Gridhot.ID - Pidato presiden petahana Joko Widodo di Solo, Minggu (3/2) menyebut pemakai konsultan asing dalam berpolitik cenderung tak menghiraukan dampaknya bagi rakyat Indonesia.
Seperti dikutip dari Antara, Senin (4/2) Jokowi lantas menyebut teori Propaganda Rusia dalam pidatonya tersebut.
Pernyataan Jokowi langsung direspon oleh akun Twitter resmi Kedubes Rusia di Indonesia @RusEmbJakarta, yang menjelaskan jika istilah Propaganda Rusia sendiri direkayasa pada tahun 2016 saat pemilu presiden Amerika Serikat.
Namun Pemerintah Rusia menolak akan hal tersebut dan menyatakan mereka tak akan mencampuri urusan dalam negeri orang, termasuk Indonesia yang merupakan sahabat dekat negeri Beruang.
"Kami menggarisbawahi bahwa posisi prinsipil Rusia adalah tidak campur tangan pada urusan dalam negeri dan proses-proses elektoral di negara-negara asing, termasuk Indonesia yang merupakan sahabat dekat dan mitra penting kami," tulis Kedubes Rusia dalam cuitannya.
Tak dipungkiri jika propaganda di dunia memang benar adanya akan tetapi dalam konteks peperangan hal tersebut lumrah digunakan.
Maskirovka atau jamak dikenal dengan Russian Military Deception/The Russian Art of Deception sudah akrab di telinga para pemerhati militer di dunia.
Dikutip dari Global News, Maskirovka sendiri ialah teknik penggaburan informasi (disinformasi), penipuan militer, kamuflase dan menyaru.
Baca Juga : Bersama Selingkuhannya Istri Muda Penggal Kepala Suami, Keluarga Istri Pertama Juga Ikut Dibantai
Tujuanya ialah menjadikan Rusia sebagai pemenang dalam peperangan yang mereka hadapi, baik dari segi militer, ekonomi dan politik.
Maskirovka sudah ada sejak zaman Tentara Kekaisaran Rusia, hingga era Uni Soviet, dan hingga hari ini.
Maskirovka tercatat pertama kali digunakan pada tahun 1380 ketika Pangeran Dmitry Donskoy dan 50 ribu tentara Rusianya mengalahkan Golden Horde, yakni pejuang Mongolia berjumlah 150 ribu dalam Pertempuran Kulikovo.
Dalam pertempuran Kulikovo, Pangeran Donskoy menyembunyikan tentaranya di hutan terdekat sebelum melakukan serangan mendadak ke posisi musuh.
Beranjak ke Perang Dunia II, Uni Soviet dibawah komando Jenderal Besar Georgy Zhukov sukses mengimplementasikan Maskirovka dalam palagan Neraka Dunia itu.
Baca Juga : Niat Baik Mau Periksa Jentik Nyamuk, Petugas Jumantik Malah Babak Belur Digebuki Seorang Warga
Terhitung pada pertempuran Stalingard, Kursk, dan Operasi Bagration di Belarus, Tentara Merah berhasil menipu mentah-mentah Nazi Jerman.
Hasilnya, Jerman kalah telak dari Uni Soviet di ketiga segi yang sudah disebutkan di atas.
Berakhirnya Perang Dunia II bukan berarti Maskirovka tak ada.
Justru teknik penipuan ini menyasar kepada adidaya Amerika Serikat dan Sekutunya.
Contohnya pada Krisis Misil Kuba (1962), The Prague Spring (1968) dan terakhir digunakan pada Aneksasi Crimea oleh Rusia (2014).
Seorang Sejarawan bernama Tom Cubbage mengatakan jika Maskirovka sangat berhasil diterapkan oleh Uni Soviet sampai dengan Rusia dan apa pun yang mungkin dipikirkan Amerika Serikat bagi Kremlin itu adalah sesuatu yang dapat digunakan dalam perang maupun dalam masa damai.
Sedangkan US Army mendefinisikan Maskirovka sebagai penipuan, penyangkalan, kamuflase, penyembunyian dan penyamaran.
(Seto Aji/Gridhot.ID)