Find Us On Social Media :

Hartini, Satu-satunya Wanita yang Paling Lama Dampingi Hidup Soekarno

Laporan Wartawan Gridhot.ID, Septiyanti Dwi Cahyani

Gridhot.ID - Hartini, lahir di Ponorogo, 20 September 1924.

Hartini merupakan istri keempat Presiden Soekarno.

Hartini bertemu dengan Soekarno saat peresmian teater terbuka Ramayana di Candi Prambanan.

Melalui seorang teman, Soekarno mengirimkan sepucuk surat kepada Hartini dengan nama samaran Srihana.

Baca Juga : Ikhlaskan Soekarno untuk Fatmawati, Berikut Kisah Inggit Garnasih Perempuan Hebat yang Hampir Terlupakan

Dua hari setelah Guruh Soekarno Putra lahir, Soekarno meminta izin kepada Fatmawati untuk menikahi Hartini.

Meski Fatmawati mengizinkan, pernikahan ini kemudian menuai banyak protes dari berbagai organisasi wanita yang anti poligami.

Hal ini pulalah yang menyebabkan konflik antara Presiden Soekarno dengan Jendral AH Nasution.

Sejak menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Nasution telah menanamkan prinsip dalam kehidupan rumah tangga tentara.

Baca Juga : Dengan Tegas Menolak Cinta Soekarno, Irma 'Ottenhof’ Mamahit Ternyata Miliki Alasan yang Mendalam

Pada 1952, Nasution menerbitkan keputusan bahwa pejabat militer tak diperkenankan berpoligami tanpa izin komandan atasan.

Sempat tak langsung menjawab, akhirnya menerima pinangan Soekarno setelah dua tahun sejak pertemuan mereka.

Akhirnya merekapun menikah pada 7 Juli 1953 di Istana Cipanas.

Dua tahun setelah menikah, Hartini diboyong ke Bogor.

Baca Juga : Dulunya Gagah Perkasa Merdekakan Indonesia, di Akhir Hayatnya Soekarno Meninggal di Atas Pangkuan Seorang Wanita

Namun, Hartini tidak tinggal di Istana, melainkan tinggal di salah satu paviliun di Istana Bogor.

Meski tak tinggal di Istana, Hartini tetap mendampingi Soekarno saat menghadiri beberapa acara kenegaraan.

Seperti menemui Ho Chi Minh, Norodom Sihanouk, Akihito dan Michiko.

Meski hidup sebagai 'istri kedua', namun ada satu keistimewaan yang didapat Hartini dari Presiden Soekarno.

Baca Juga : Kisah Gempar, Anak Kandung Soekarno yang Pernah Berjualan Es dan Kondektur Bemo untuk Mencukupi Kebutuhannya

Dan mungkin, keistimewaan itu tidak dimiliki oleh istri Soekarno yang lain.

Ya, di tahun 1950-an, saat nasionalisme dan revolusi sangat kuat mewarnai citra diri Soekarno, peran Hartini di Istana Bogor sangat besar.

Hal ini kemudian menjadikan Hartini sebagai satu-satunya istri Soekarno yang paling lama bertemu dengan Soekarno.

Dan sejarah mencatat, jika Hartini adalah sosok wanita yang mengisi separuh kehidupan Soekarno.

Baca Juga : Bukan Fatmawati, Ternyata Inilah Wanita yang Temani Soekarno Menghembuskan Napas Terakhirnya

Hartini digambarkan sebagai lambang perempuan Jawa yang setia, nrimo, dan penuh bekti terhadap guru laki.

Yang lebih mengesankan, ternyata Hartini adalah sosok wanita yang hadir saat Bung Karno menghembuskan napas terakhirnya.

Di pangkuan Hartinilah Bung Karno menghembuskan napas terakhirnya di RS Gatot Subroto pada 21 Juni 1970. (*)