Find Us On Social Media :

Bersikap Belagu Tolak Unsur TNI AL di Lautan, Aksi Kapal Selam Indonesia Pernah Permalukan Angkatan Laut Malaysia

Kapal Selam Indonesia, KRI Ardadedali 404

Gridhot.ID - Dikejarnya KP Hiu O8 milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia oleh Kapal Maritim Malaysia saat menangkap kapal nelayan negeri jiran itu heboh di jagat maya.

Tak hanya mengerahkan kapal patroli, pihak Malaysia juga mengerahkan tiga buah helikopter untuk mengagalkan upaya penangkapan yang dilakukan KP Hiu 08.

Namun meski kalah persenjataan, awak KP Hiu tak gentar. Dengan senapan terkokang mereka siap meladeni pihak Maritim Malaysia.

Memang antara Indonesia-Malaysia sering terjadi gesekan di lautan.

Baca Juga : Sahabat Bermimpi Didatangi Budi Hartanto untuk Carikan Bagian Tubuhnya : Kepalanya Tidak Terlihat

Tak pelak hal ini memanaskan hubungan kedua negara.

Jika melongkok jauh ke masa lalu, nayatanya ada sebuah insiden cukup menarik yang terjadi antara TNI AL dengan Tentera Laut Diraja Malaysia (TLDM).

Saat itu tahun 1974, Gugus Tempur Laut (Guspurla) TNI AL mendapat perintah dari Mabes TNI untuk menjalankan operasi pengamanan di Selat Malaka.

Operasi pengamanan itu layaknya patroli laut yang sudah biasa dilakukan oleh unsur kapal perang Indonesia.

Baca Juga : Gorok Leher Ibu Kandungnya Sampai Hampir Putus, Saat Ditangkap Pelaku Malah Cengar-Cengir

Tapi kali ini berbeda lantaran patroli pengamanan dilakukan bersama dengan TLDM.

TNI AL kemudian mengerahkan satu unsur kapal selam yakni RI Pasopati untuk ikut andil dalam patroli bersama pengamanan Selat Malaka.

RI Pasopati saat itu dikomandani oleh Kapten (P) Soentoro, sedangkan komandan Guspurla dipegang oleh Laksamana Pertama Mardiono.

Lantas dilakukanlah perencanaan operasi antar TNI AL dan TLDM untuk pengamanan selat Malaka itu di Belawan, Medan.

Rencananya TNI AL dan TLDM akan berpatroli di teritori laut masing-masing yang terbagi dalam dua etape.

Baca Juga : Cantik dan Menawan, Tentara Wanita Ini Bikin Resah Komandannya

Kemudian keduanya akan berkumpul di suatu titik untuk berlayar bersama ke Penang, Malaysia (etape I)

Etape II sendiri hampir dilakukan sama dan kedua AL akan berlayar bersama menuju Sabang, Indonesia.

Namun dalam perencanaan operasi, pihak Malaysia tidak suka adanya unsur kapal selam (KS) Indonesia dalam operasi pengamanan tersebut.

"Untuk apa (kapal selam)...!? kata para perwira Malaysia.

Para perwira Malaysia khawatir jika KS Indonesia itu akan menyelinap masuk tak terdeteksi ke wilayah lautnya meningat TLDM tak punya kemampuan anti-kapal selam.

Dengan penolakan tidak etis itu komandan RI Pasopati, Kapten Soentoro meradang.

Ia menganggap jika RI Pasopati nantinya akan membahayakan berlangsungnya patroli bersama dan hendak mengajukan protes.

Namun, kemarahan Kapten Soentoro itu segera dihalangi oleh komandan Guspurla dengan alasan persahabatan dua negara.

Tapi komandan RI Pasopati itu diam-diam akan memberi pelajaran kepada TLDM.

Pada etape I setelah selesai berpatroli dan semua kapal perang berkonvoi menuju Penang tiba-tiba saja RI Pasopati muncul mendadak di muka pintu pelabuhan.

Hal ini sontak membuat panik rombongan konvoi yang dipimpin oleh TLDM karena tak bisa mendeteksi keberadaan RI Pasopati (dikira KS asing).

Bahkan panglima TLDM Kolonel Laut Sidiq kesal bukan main akibat kelakuan kapal selam Indonesia tersebut.

Belum cukup sampai situ 'kenakalan' RI Pasopati.

Pada etape II RI Pasopati melakukan free hunting (tidak mengikuti) pola patroli dan bebas bergerak kemanapun mereka suka.

Saat memasuki pelabuhan Sabang, RI Pasopati nekat dalam mode masih menyelam memasuki pelabuhan.

Padahal kedalaman alur pelabuhan hanya 20 meter.

Periskop dinaikkan dan terlihat kapal TLDM jenis Landing Ship Tank yang menjadi kapal komando konvoi tak sadar disekat diam-diam oleh RI Pasopati.

Setelah berjarak hanya beberapa meter dari lambung kapal TLDM, RI Pasopati muncul tiba-tiba sembari membunyikan gauk (sirine) bresuara memekikan telinga.

Terperanjat syok bukan main awak kapal TLDM mendengar ada suara sirine keras secara tiba-tiba di samping kapal mereka.

Kejadian itu memalukan bagi TLDM karena dua kali kapal perang mereka tak sanggup mendeteksi kedatangan RI Pasopati.

Hal ini menggambarkan jika AL Malaysia tidak mempunyai kesiapsiagaan tinggi saat menjalankan misi.

Untung situasi tersebut dalam rangka patroli bersama, lha kalau dalam kondisi perang? habislah sudah kapal perang Malaysia di salvo torpedo RI Pasopati.

Malamnya Kapten Soentoro kena 'semprot' komandan Guspurla akibat tindakan nekatnya itu.

Komandan Guspurla sambil tersenyum dan berkata "Jangan Sembrono lagi ya...", dijawab "Siap Laksamana" oleh Kapten Soentoro.(Seto Aji/Gridhot.ID)