Jadi Salah Satu Target Pembunuh Bayaran, Wiranto Balas Ancaman dengan Lempar Senyuman

Rabu, 29 Mei 2019 | 13:25
Instagram/@wiranto.official

Wiranto, salah satu target pembunuh bayaran

Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade

Gridhot.ID - Tertangkapnya enma tersangka yang diduga akan melakukan pembunuhan terhadap empat tokoh nasional dan satu ketua lembaga survei Pilpres 2019 berhasil diamankan.

Melansir dari siaran konfrensi pers Kadiv Humas Polri Irjen Pol M Iqbal di di Kantor Menkopolhukam di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, pihak kepolisian berhasil mengumpulkan barang bukti beserta laporan pengakuan para pelaku.

Keenam pelaku tersebut berinisial IR, HK, AZ, TJ, AD dan AV alias VV berhasil dibekuk oleh pihak kepolisian.

Baca Juga: Keenam Tersangka Pembunuh Bayaran Incar Targetnya dengan Berbaur di Kerumunan Massa

barang bukti sebanyak empat senjata api rakitan dan ilegal juga berhasil diamankan oleh pihak kepolisian.

Setelah adanya pemeriksaan lebih lanjut, Kapolri Jendral (Pol) Tito Karnavian mengungkapkan empat nama tokoh nasional yang menjadi sasaran dalam rencana pembunuhan oleh enam tersangka yang telah ditangkap.

Melansir dari Kompas.com, keempat nama tersebut adalah Menko Polhukam Wiranto, Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan, Kepala BIN Budi Gunawan, dan Staf Khusus Presiden Bidang Intelijen dan Keamanan Gories Mere.

Baca Juga: Senjata Pembunuh Bayaran Aksi Kerusuhan 22 Mei Berspesifikasi untuk Sniper Profesional, M Iqbal : Walaupun Rakitan, Ini Efeknya Luar Biasa

Hal itu disampaikan Tito di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa (28/5/2019).

"Ada Pak Wiranto, Menko Polhukam, Ada Pak Luhut, Menko Maritim. Lalu ada Pak Kepala BIN, dan juga ada Pak Gories Mere," ujar Tito.

Kendati telah mengungkap keempat nama tokoh nasional, namun Tito Karnavian enggan menyebutkan nama ketua atau pemimpin lembaga survei yang turut menjadi incaran pembunuhan.

Sementara itu, ketika mendengar namanya disebutkan sebagai salah satu target pembunuhan, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto hanya tersenyum.

Theresia Felisiani/Tribunnews.com
Theresia Felisiani/Tribunnews.com

Menko Polhukam Wiranto, Ketua Gerakan Suluh Kebangsaan Mahfud MD, Kapolri dan Panglima TNI menggelar konferensi pers di Kemenko Polhukam, Selasa (28/5/2019).

Baca Juga: Identitas Pembunuh Bayaran Aksi Kerusuhan 22 Mei, Satu Perempuan Lima Laki-laki

Seusai Tito mengungkapkan empat nama yang menjadi target, Wiranto pun melanjutkan untuk berbicara.

Ia mengaku tak terpengaruh dengan ancaman pembunuhan tersebut dan akan bekerja seperti biasanya.

Dirinya juga berharap polisi segera mengusut tuntas kasus tersebut hingga sang pendana dan aktor intelektual ditangkap.

Theresia Felisiani/Tribunnews.com
Theresia Felisiani/Tribunnews.com

Kapolri Tito Karnavian, Menkopolhukam Wiranto dan Mahfud MD

Baca Juga: Pengakuan Pembunuh Bayaran Aksi Kerusuhan 22 Mei, Incar 4 Tokoh Negara dengan Tebusan Ratusan Juta

"Memang rencana pembunuhan kepada pejabat itu kan ditujukan atau dimaksud untuk memberikan rasa takut agar pejabat yang bersangkutan kemudian mengurangi aktivitasnya, lemah. Tetapi kami tidak seperti itu," ujar Wiranto.

"Biarpun ada ancaman pembunuhan ya, kami semua tetap bekerja keras sesuai dengan prosedur yang ada. Orientasi kami adalah mengamankan keselamatan negara. Soal nyawa itu ada di tangan Tuhan yang maha kuasa, Allah SWT," lanjut mantan Panglima ABRI itu.

Setelah adanya konfrensi pers ini, Peneliti Pertahanan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Muhamad Haripin pun juga angkat bicara.

Mengutip dari Tribun Jabar, Muhamad Haripin mengatakan empat orang tokoh nasional jadi target pembunuh bayaran karena mereka memiliki posisi yang strategis dan penting di pemerintah.

Baca Juga: Viral Tulisan Running Text SPBU di Medan Berisi Hinaan Pada Jokowi dan Megawati, Polisi Lakukan Penyelidikan

Misalnya Kepala BIN Budi Gunawan (BG), kata Haripin, yang mempunyai posisi sangat vital bagi suatu negara.

Kompas TV
Kompas TV

Sosok Vivi, wanita pemasok senjata bagi pembunuh bayarab aksi 22 Mei.

"Ada teori yang bilang intelijen itu garis pertama dari pertahanan. Jadi kalau ngejebol suatu negara dengan perang atau invasi, yang pertama dijebol dulu ya intelijen. Misalkan Pak BG 'kejadian', berarti rezim Jokowi (tinggal) beberapa langkah lagi menuju situasi kekacauan," terang Haripin sebagaimana dikutip Gridhot.ID dari Tribun Jabar.

Posisi Gories sebagai staf ahli presiden, kata Haripin, juga sama krusialnya.

Baca Juga: 7 Tuntutan BPN Prabowo - Sandi Kepada MK, Mulai dari Pemilu Ulang Hingga Minta Jokowi Didiskualifikasi

Jika Gories menjadi korban, kata Haripin, itu akan mengirim sinyal yang sangat kuat pada pemerintahan Jokowi bahwa para lawan hanya tinggal selangkah lagi untuk 'menyentuh' Jokowi.

Tak hanya itu, Haripin juga memperhatikan kemungkinan adanya friksi pada tubuh TNI yang melatarbekalangi kasus ini, mengingat Luhut dan Wiranto adalah purnawirawan TNI.

Haripin menduga ada faktor persaingan antara Luhut dan Soenarko yang sama-sama berlatar belakang sebagai Danjen Kopassus.

Haripin lantas menyorot pertikaian-pertikaian yang terjadi antara Wiranto dan Kivlan Zen selaku purnawirawan pendukung Prabowo, yang kini ditetapkan sebagai tersangka makar.

Baca Juga: Lama Diam, Iwan Fals Minta Polisi Ciduk Dalang Kerusuhan 22 Mei

Tangkapan layar kompas TV
Tangkapan layar kompas TV

Barang bukti senjata api milik para tersangka yang merupakan pembunuh bayaran.

Dikatakan oleh Haripin bahwa baik kubu Jokowi maupun kubu Prabowo sama-sama didukung oleh sejumlah purnawirawan.

Selain Luhut dan Wiranto, Jokowi didukung purnawirawan lain, seperti Moeldoko.

Sementara, kubu Prabowo didukung Jenderal (Purn) Djoko Santoso hingga Laksamana TNI (purn) Tedjo Edhy Purdijatno.

Baca Juga: Usai Temuan Batu, Kini Beredar Video Diduga Ambulans Gerindra Turunkan Massa Sesaat Sebelum Pecah Bentrok 22 Mei

Ia menyebut keberadaan purnawirawan di kedua kubu masih sangat berpengaruh.

Meski bukan lagi prajurit, Haripin mengatakan masih banyak purnawirawan yang menduduki posisi strategis baik di pemerintahan atau perusahaan.

Latar belakang mereka sebagai prajurit di orde baru, tambah Haripin, membuat para purnawirawan itu tetap ingin berperan dalam pemerintahan.

"Di satu sisi ada kepentingan politik, di sisi lain, kalau kita mau agak positif, mereka mempunyai romantisme ideologi masa lalu, terkait dwifungsi ABRI," kata Haripin. (*)

Tag

Editor : Seto Ajinugroho

Sumber Kompas.com, Tribun Jabar