Gridhot.ID - RA (22) seorang pemuda yang merupakan pelaku bom bunuh diri di Pospam Kartasura pada Senin (3/6/2019) malam kini dalam pengamanan pihak polisi.
Saat ledakan terjadi warga sekitar langsung berhamburan keluar karena dikira ban meletus.
Hal itu diungkap seorang saksi mata bernama Kokoh yang berada di lokasi saat kejadian terjadi.
"Bunyi ledakan itu seperti ban meletus. Setelah itu warga berhamburan keluar mencari sumber suara," katanya kepada Kompas.com, Senin (3/6/2019).
Baca Juga: Israel-Suriah Saling Hantam dengan Rudal, PM Netanyahu : Kami Tidak Akan Mentolerir
Mengutip Kompas.com, Selasa (4/6/2019) setelah ledakan terjadi Kokoh melihat ada seorang terkapar di depan pos pengamanan Lebaran tersebut.
Lain lagi dengan kesaksian Masil (19) dari Dusun Kranggan Kulon, Desa Wirogunan, Kartasura, Sukhoharjo yang merupakan sahabat RA.
Mengutip Tribun Solo, Selasa (4/6/2019) Menurut pengakuan Masil, dirinya pernah menawari RA pekerjaan.
"Kebetulan, saya ada informasi pekerjaan untuknya namun ia menolak," ujar Masil.
Masil mengungkapkan, kepribadian RA yang makin tertutup membuat dirinya dan warga sekitar kesulitan berkomunikasi dengannya.
Namun, dirinya mengaku masih sesekali berkomunikasi dengan RA.
Hanya saja, Masil tak pernah tahu secara pasti apa yang membuat temannya itu mengalami perubahan drastis dan berperilaku aneh.
Masil menduga, RA sudah mendapat semacam pencucian otak dari orang yang tak dikenal.
Terlebih, semenjak RA mulai enggan diajak pergi ke masjid.
RA juga diketahui kerap menghilang secara misterius dan tiba-tiba pulang ke rumah.
RA juga sempat dinyatakan hilang.
"Dulu, bahkan sampai masuk ke akun Facebook Info Cegatan Solo, masuk daftar orang hilang," ucapnya.
Sosok Tertutup
Semenjak lulus dari salah satu SMK di Solo, RA jarang bersosialisasi dengan sekitar.
Ia juga jarang terlihat pergi ke masjid untuk beribadah.
"(RA) tertutup setelah lulus SMA, biasanya dulu ke masjid tapi sekarang nggak pernah," kata Kepala Dusun Kranggan Kulon, Sudalmanto (51).
"Nggak pernah berinteraksi di kampung," imbuhnya.
Sudalmanto menjelaskan, RA tidak memiliki pekerjaan tetap alias serabutan.
Sehari-sehari, RA disebut kerja serabutan sebagai penangkap burung.
RA juga pernah berjualan gorengan.
"Pekerjaannya terkadang tulup (menangkap) burung," kata Sudalmanto.
"Sempat jualan gorengan," ujarnya. (*)