Gus Miftah, Sosok Ulama Nyentrik yang Tak Segan Datang ke Kelab Malam untuk Berdakwah

Sabtu, 22 Juni 2019 | 17:06
Instagram.com/gusmiftah

Penampilan Gus Miftah yang lain daripada ulama pada umumnya.

Laporan Wartawan Gridhot.ID, Candra Mega

Gridhot.ID - Nama Miftah Maulana Habiburrahman atau yang akrab disapa Gus Miftah belakangan menjadi sorotan.

Pasalnya Gus Miftah membantu Deddy Corbuzier menjadi mualaf pada Jumat (21/6/2019) di Sleman, Yogyakarta.

Rupanya sosok Gus Miftahpunya ciri unik yang membedakan dirinya dari kebanyakan pendakwah.

Baca Juga: Kini Ditakuti Mafia Ilegal Fishing, Siapa Sangka Susi Pudjiastuti Pernah Digoda Rp 5 Triliun untuk Izinkan Kapal Asing

Hal yang identik dariGus Miftah yakni kacamata hitam, rambut gondrong bak penyuka gaya musisi rock ditambah dengan blangkon.

Tak pelak, hal tersebut seolah membuat publik bertanya tentang siapakah sosok Gus Miftah.

Berikut 5 fakta tentang Gus Miftah yang dirangkum Gridhot.ID dari berbagai sumber.

Baca Juga: Masih Bujang Diusia 60 Tahun, Rocky Gerung: Perkawinan Itu Indah Sebagai Fiksi, Buruk Sebagai Fakta

1. Kelahiran Lampung

Meski dikenal sebagai ulama asal Jogja, Gus Miftah nyatanya merupakan kelahiran Lampung.

Bernama asli Miftah Maulana Habiburrahman, Gus Miftah lahir pada 5 Agustus 1981 silam.

Baca Juga: Jadi Korban Sistem Zonasi, 2 Keponakan Kembar Mendikbud Tak Masuk Sekolah Negeri Meski Berprestasi

Mengutip Wikipedia, perjalanan dakwah Gus Miftah dimulaisaat ia berusia 21 tahun selepas menimba ilmu agama di pondok pesantren Nahdlatul Ulama.

Instagram/@gusmiftah
Instagram/@gusmiftah

Gus Miftah

2. Sering tampil nyentrik

Sosok Gus Miftah tentunya tak bisa dilepaskan dari tampilannya yang nyentrik.

Baca Juga: Tim Hukum Prabowo-Sandi Ketawa Saat Saksi Jokowi-Amin Singgung Obat Batuk di Sidang Sengketa Pilpres 2019 di MK

Pria berusia 38 tahun itu sering kali mengenakan kacamata hitam dalam berbagai aktivitasnya.

Saat berdakawah, Gus Miftah juga kerap mengenakan penutup kepala khas Jawa atau blangkon berwarna hitam.

Dari berbagai unggahan di laman Instagramnya, ia juga tampak memanjangkan rambutnya hingga bahu.

Baca Juga: Awalnya Hendak Mutilasi dan Bakar Korban, Berikut 4 Kekejaman Prada DP Pembunuh Vera Oktaria

3. Dakwah di klub malam

Tak melulu gaya berbusana, Gus Miftah juga dikenal melalui gaya dakwah yang unik.

Dikutip Gridhot.ID dari akun Instagram pribadinya, Gus Miftah berdakwah di hadapan para pekerja seks komersial dan preman di Sarkem (Pasar Kembang) atau dikenal sebagai lokalisasi di Yogyakarta dan kelab malam.

Instagram/@gusmiftah
Instagram/@gusmiftah

Gus Miftah berdahwah di klub malam

Bukan hanya di Yogyakarta, tempat hiburan di Bali juga menjadi sasaran Gus Miftah.

Baca Juga: Sosok Christina Aryani, Pengacara Cantik dari Kubu Jokowi Pada Sidang MK yang Kerap Terekam Kamera

Salah satunya yaitu klub malam Boshe VVIP pada September 2018.

Dalam sebuah video yang diunggah, tampak puluhan PSK duduk mendengarkan solawat yang ia ucapkan.

4. Dikenal sebagai pendakwah kaum marjinal

Baca Juga: Disebut Termahal se-Indonesia, Tarif Parkir Universitas Pelita Harapan Bikin Mahasiswa Geleng Kepala

Dalam berdakwah, Gus Miftah memilih pendekatan tak biasa lantaran sering memberikan siraman rohani kepada pekerja kelab malam dan lokalisasi.

Tak pelak, sebutan pendakwah kaum marjinal pun melekat padanya.

Melansir dari Tribun Jateng, Kamis (20/6/2019), Gus Miftah ingin memberikan kesempatan yang sama bagi kaum marjinal.

Baca Juga: Selain Pintu Sengaja Dikunci Mandor Hingga 30 Pekerja Tewas Terpanggang, Pabrik Mancis yang Terbakar Ternyata Ilegal!

"Saya memberikan kesempatan dan peluang supaya mereka bisa merasakan sama dengan yang kita rasakan. Terutama kaitannya dengan persoalan rohani," ujarnya.

"Kesempatan mereka untuk ngaji terbatas. Maka saya jemput bola ke sana," tambah Gus Miftah.

5. Punya pondok pesantren

Baca Juga: Kebakaran Pabrik Mancis di Binjai Sumatera Utara yang Tewaskan 30 Orang, Jenazah Bertumpuk dalam Satu Ruangan

Gus Miftah diketahui mendirikan Pondok Pesantren Ora Aji di Sleman, Yogyakarta pada tahun 2011.

Di pondok Pesantren Ora Aji, para santri dibebaskan untuk menekuni apa pun yang digemari, bukan hanya soal agama.

(*)

Tag

Editor : Dewi Lusmawati

Sumber Instagram, wikipedia, Tribun Jateng