Laporan Wartawan Gridhot.ID, Angriawan Cahyo Pawenang
Gridhot.ID - Di Indonesia tentu saja kita pernah menyaksikan suatu kejadian kecelakaan yang terjadi di depan mata.
Namun bukannya berniat menolong, kita hanya sekedar menghampiri dan melihat korban yang sedang kesakitan.
Tak hanya kecelakaan, beberapa peristiwa yang membutuhkan pertolongan orang sekitar kadang hanya menjadi tontonan semata.
Akibatnya banyak korban kecelakaan yang terlalu lama mendapatkan pertolongan.
Lalu apa yang terjadi di masyarakat kita hingga hal ini terjadi?
Apakah ini termasuk gangguan jiwa?
Ternyata kejadian ini merupakan fenomena yang sering terjadi di seluruh dunia dan tidak hanya di Indonesia saja.
Hal ini pertama kali 'ditemukan' oleh para psikolog dari kejadian pembunuhan di New York pada tahun 1964.
Pembunuhan tersebut diberi nama Kitty Genovese Murder.
Dikutip Gridhot dari The Vintage News, Kitty Genovese merupakan seorang wanita berusia 28 tahun yang hidup di Queens, New York dan memiliki sebuah bar.
Genovese yang baru pulang sekitar pukul 3 dini hari tiba-tiba diserang oleh seorang pria bernama Winston Moseley di depan apartemennya.
Winston menusuk Genovese hingga 14 kali.
Genovese sempat berteriak meminta toong saat kejadian, namun disebutkan sekitar 38 orang tetangganya yang menjadi saksi pembunuhan tersebut hanya melihat dan tidak menolongnya sama sekali.
Bahkan ada yang menyebutkan salah satu tetangganya hanya mengusir Winston dari jendela dengan cara meneriakkan "jangan ganggu dia(Genovese)", meski Genovese sedang ditusuk berkali-kali saat itu.
Kejadian tersebut akhirnya disebut para psikolog sebagai Kitty Genovese Syndrome atau yang lebih ilmiah Bystander Effect.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, Bystander Effect sendiri merupakan fenomena psikologis yang terjadi pada masyarakat dimana ketika seseorang membutuhkan pertolongan tapi tidak ada orang lain yang membantunya.
Hal ini dikarenakan orang-orang tersebut beranggapan bahwa akan ada orang lain yang menolong korban.
Akan tetapi, karena semua orang memikirkan hal yang sama, akhirnya tidak ada orang yang menolong sama sekali.
Oleh karena itu, fenomena ini disebut bystander karena orang-orang tersebut hanya menonton korban meminta tolong sambil berharap orang lain akan membantunya.
Contoh kasus paling sederhana adalah ketika ada terjadi KDRT di suatu rumah dan para tetangganya hanya akan melihat tanpa mau ikut andil memisahkan perbuatan tersebut.
Gridhot mengutip dari Hellosehat, ternyata hal ini terjadi karena disebabkan beberapa faktor.
1. Difusi Tanggung Jawab
Yang dimaksud difusi tanggung jawab di sini adalah keadaan ketika orang tidak merasa harus menolong dan bertanggung jawab terhadap keadaan korban karena ada banyak orang di sekitarnya.
Membantu orang dalam ruang publik adalah tanggung jawab bersama bagi mereka sehingga semakin banyak orang keinginan untuk menolong korban semakin sedikit.
Hal itu dikarenakan tiap orang berpikiran yang sama tentang kurangnya tanggung jawab menolong atas dasarnya banyak orang di tempat.
2. Terlalu Melihat Situasi
Biasanya ketika ada korban kecelakan, tiap orang akan melihat reaksi masyarakat lainnya terlebih dahulu.
Mereka akhirnya saling menunggu satu sama lain untuk memberikan bantuan.
Selain itu, Anda atau orang lain mungkin merasa takut untuk menolong karena tidak mengetahui cara yang tepat untuk memberikan bantuan.
(*)