Viral Kasus Sepasang WNA yang Cebok dengan Air Suci di Bali, Psikolog Sebut Tak Masalah Usir Pelaku dari Tanah Air: Bule Tidak Bisa Main-main dengan Indonesia!

Selasa, 13 Agustus 2019 | 19:20
Tribun Bali / I Wayan Eri Gunarta

Sabina Dolezalova dan Jdenek Slova, dua WNA yang lecehkan petirtaan suci di Monkey Forest, Ubud, Bali.

Laporan Wartawan Gridhot.ID, Angriawan Cahyo Pawenang

Gridhot.ID - Sedang viral kasus seorang Warga Negara Asing (WNA) yang melakukan pelecehan di tempat suci Bali.

Sepasang WNA diketahui mencuci alat vitalnya menggunakan air suci di sebuah tempat di Bali.

Dikutip Gridhot sebelumnya dari unggahan di Instagram melalui akun @Niluhdjelantik, aksi sepasang WNA tersebut akhirnya viral di Sosial Media.

Baca Juga: Sebulan Selingkuhi Istri Orang Hingga Berakhir dengan Menghabisi Nyawa, Bagus Putu Wijaya Ternyata Seorang Gigolo Bertarif Rp 500 Ribu, Nekat Bunuh Putu Yuniarti yang Ngaku Tak Puas dengan Pelayanannya

Kejadian pelecehan tempat suci tersebut diungkap Niluh melalui unggahannya pada Minggu (11/8/2019).

Nampak dalam video tersebut dua orang Warga Negara Asing yang sedang mengunjungi tempat yang diduga Monkey Forest, Ubud, Gianyar, Bali.

Keduanya awalnya berbincang diduga menggunakan bahasa Ceko.

Baca Juga: Kisah Aldi Haryopratomo, CEO yang Sering Nyambi Jadi driver Gojek, Bebas Bekerja Tanpa Ada yang Tahu

Namun tiba-tiba turis perempuan tersebut menundukkan badan dan bule pria menyiramkan air suci ke bagian bokong sang wanita.

Keduanya melakukan hal tersebut beberapa kali dan direkam oleh seorang yang diduga rekan mereka.

Tangkap layar Instagram Niluh Djelantik
Tangkap layar Instagram Niluh Djelantik

Kedua pelaku yang melakukan pelecehan tempat suci di Bali

Padahal air suci tersebut berfungsi sebagai media yang digunakan untuk upacara adat dan keagamaan.

Baca Juga: Briptu Heidar, Anak Tunggal yang Fasih Berbahasa Jerman, Sempat Bebaskan Warga yang Disandera KKB Papua Hingga Dapat Kenaikan Pangkat Luar Biasa

Umat memang diperbolehkan mengambil air tersebut namun untuk tujuan tertentu seperti

Aksi tersebut akhirnya mengundang berbagai macam reaksi dari publik yang mengetahuinya.

Tak hanya marah bahkan ada beberapa komentar yang menyebutkan agar sepasang pelaku dikembalikan ke negaranya.

Baca Juga: Tembak Mati Briptu Heidar yang Jadi Sandera, Lekagak Telenggen Dikenal Sebagai Pimpinan KKB Paling Berbahaya di Segitiga Hitam Papua

Meski pelaku sudah meminta maaf melalui akun instagramnya sendiri, publik merasa hal tersebut tidaklah cukup.

Tangkap layar Instagram Niluh Djelantik
Tangkap layar Instagram Niluh Djelantik

Permintaan maaf pelaku

Dikutip Gridhot dari Kompas.com, Arya Wedakarna, Senatar DPD RI Utusan Provinsi Bali mengatakan agar para pelaku bisa meminta maaf secara adat.

Kewajiban terlibat dalam upacara pura dan pembersihan pura, serta meminta maaf secara adat.

Baca Juga: Lekagak Telenggen: Briptu Heidar Mengejar KKB Papua, Kami Sudah Tembak Silahkan Ambil Mayatnya!

"Mereka harus ikut tata cara, karena mereka yang harus meminta maaf kepada para dewa. Jadi 3 orang, 2 wisatawan dan 1 perekam harus hadir ikut kebudayaan. Cara-cara sesuai tradisi," ujarnya.

Psikolog sosial profesional kemudian menanggapi terkait kasus pelecehan tempat suci oleh warga asing ini.

Solo Hening Widyastuti yang merupakan seorang psikolog sosial mengatakan kalau perlu ada tindakan tegas untuk shock therapy.

Baca Juga: Mas Yusuf Tak Malu-malu Ungkapkan Rasa Cintanya Saat Video Call, Intan Permata Asli: Aduh Sayangnya Saya Udah Ada yang Punya

Hal tersebut perlu dilakukan agar para wisatawan asing tidak bisa main-main dan akhirnya tidak ada lagi kejadian serupa.

Hening bahkan mengatakan tidak masalah menurutnya bila para pelaku harus angkat kaki dari Tanah Air akibat kelakuan mereka.

"Kalau hukum adat kembali ke kebijaksaan masyarakat setempat. Kalau saya pribadi, kasusnya personal, jadi menurut saya enggak masalah (bule dipulangkan dan dihukum adat), karena memang posisinya mereka salah dan orang lain pun tahu itu salah. Dengan catatan, Indonesia enggak takut," ujar Hening.

Baca Juga: Terkuak! Penyebab Tewasnya Briptu Heidar, Anggota Polri yang Disandera KKB Lekagak Telenggen Selama 6 Jam

Hening juga mengatakan kalau masyarakat asli juga perlu meningkatkan kembali nilai-nilai kesakralan.

"Untuk itu bagi masyarakat asli, nilai-nilai kesakralan perlu dihidupkan kembali dengan konsekuensi yang lugas dan harus diterapkan bagi mereka (bule dan perekam)," ujar Hening.

Dirinya menambahkan kepada pemerintahan bagian pariwisata Bali bisa berani dan berlaku tegas dengan cara memulangkan para wisatawan yang tidak bisa menjaga sopan santun.

Baca Juga: Penyesalan Hidup Terbesar Si Leher Beton, Mike Tyson Bicara Blak-blakan Dirinya Menyesal Lahir Menjadi Sosok Menyeramkan di Balik Prestasi Cemerlangnya

Hening merasa masyarakat masih terlalu lunak dalam menanggapi kasus seperti ini.

"Satu sisi kita lunak, tapi dalam hal-hal yang memang harus dihargai, (harus tunjukkan) bule tidak bisa main-main dengan Bali dan Indonesia," tegas Hening.

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber Kompas.com, Instagram