Mengabdi di Pedalaman Papua, Diana Cristiana Terkejut Saat Pertama Kali Datang, Muridnya Lebih Kenal Bendera Bintang Kejora Daripada Merah Putih

Senin, 19 Agustus 2019 | 19:00
Dok Istimewa | Tniad.mil.id

Memilih Jadi WNI dengan Sang Ibu Membuatnya Harus Berpisah dengan Ayahnya, Dan Saat Mengabdi Menjadi Guru di Papua, Begini yang Ia Temukan!

Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade

Gridhot.ID - Kerusuhan yang diduga karena adanya kasus persekusi dan rasisme terhadap mahasiswa Papua di sejumlah daerah Jawa Timur menyebabkan tibulnya aksi protes di Manokwari.

Dilansir dari Siaran Live Kompas TV, Senin (19/8/2019), dalam aksi protes itu, massa membakar gedung DPRD Papua Barat.

Beberapa mobil dan motor yang terparkir di sekitar gedung juga ikut terbakar karena amukan massa.

Baca Juga: Viral di Media Sosial Pria Asal Kabupaten Magelang Buka Jasa Melupakan Mantan, Syaratnya Hanya dengan Tarif Sebesar Rp 12 Ribu dan Membawa Foto Mantan, Ini Cara Kerja dan Faktanya

Selain itu, kaca-kaca rumah warga di sepanjang jalan Yos Sudarso dan jalan Merdeka juga pecah karena menjadi sasaran pelemparan batu.

Saat ini, konsentrasi massa terpecah di beberapa titik.

Rata-rata, massa aksi berada di Jalan Yos Sudorso, Jalan Manunggal Amban, dan Jalan Jendral Sudirman.

Baca Juga: Sikap Kolonel Laut Hariyo Poernomo Jadi Primadona Saat Disalami Langsung Presiden Jokowi Usai Bertugas Sebagai Komandan Upacara, Natizen: Calon Laksamana

Mirisnya peristiwa ini pecah usai perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 74.

Perayaan HUT RI yang seharusnya diisi dengan menjaga persatuan justru terpecah.

Bersyukurnya masih ada sosok-sosok yang menyadari akan perbedaan dan kesatuan itu penting.

Mereka justru rela berkorban untuk apapun demi menjaga kesatuan dan perkembangan bangsa Indonesia.

Baca Juga: Kisah Amirul Syafieq, Dulu Pernah Jadi Pemain Sepakbola Andalan Malaysia dengan Gaji Belasan Juta Per Bulan, Tapi Kini untuk Nikahi Kekasihnya Saja Harus Jadi Tukang Ojek Online

Salah satu sosok tersebut ada dalam diri Diana Cristiana Da Costa Ati, S.pd (23).

Ketika kebanyakan orang berlomba untuk bekerja di kota-kota besar, Diana memilih untuk mengabdi di daerah kecil di Papua.

Ia adalah guru penggerak di daerah terpencil Sekolah Dasar Impres (SDI) Kaibusene Distrik Haju, Kabupaten Mappi, Provinsi Papua.

Baca Juga: Sempat Viral Melalui Video di Media Sosial Sampai Dicari oleh Via Vallen, Ini Sosok Pedagang Asongan yang Beri Hormat pada Bendera Saat Lagu Indonesia Raya Berkumandang, Ternyata Jago Bahasa Inggris

Wanita berusia 23 tahun ini merupakan lulusan dari Universitas Nusa Cendana 2017, jurusan Pancasila dan Kewarganegaraan.

Namun, yang menarik ia justru bukan asli orang Indonesia, melainkan asli orang Timor Leste.

Tetapi Diana dan ibunya cinta Merah Putih dan saat jejak pendapat, mereka memilih Indonesia, namun sang ayah tetap berwarganegara Timor Leste.

Dari saat itu, Ia dan Ibunya harus berpisah dengan ayahnya sampai sekarang, dan hanya dapat bertemu di pintu batas.

Baca Juga: Sewa Pembunuh Bayaran untuk Tembak Ibu Kandung demi Bebaskan Kekasih dari Penjara, Aksi Gadis Ini Gagal Total, Namun Masih Peroleh Maaf dari Sang Ibunda

Dok. Istimewa | Tniad.mil.id

Memilih Jadi WNI dengan Sang Ibu Membuatnya Harus Berpisah dengan Ayahnya, Dan Saat Mengabdi Menjadi Guru di Papua, Begini yang Ia Temukan!

Ia menuturkan bahwa suatu pengalaman luar biasa ketika harus menghadapi kehidupan yang jauh berbeda dari kehidupan di kota sebelumnya.

“Tanah kami tanah kaya, kami berenang di atas minyak, tidur di atas emas…..”, secuil lirik dari sebuah lagu yang dinyanyikan oleh Edo Kondologit membuat Diana memutuskan untuk mengabdi di tanah Papua.

Diana menuliskan di laman tniad.mil.id, saat pertama kali menginjakkan kaki di Papua pada Bulan November tahun 2018, ia dibuat terkejut oleh keadaan yang ada di sana.

Baca Juga: Ada di Gerbong PT KAI Saat Detik-detik Peringatan Proklamsi 17 Agustus, Band Gigi Ikut Upacara di Atas Kereta, Armand Maulana Beri Kesaksian Pertama dalam Sejarah

Anak-anak SDI Kaibusene sama sekali tidak bisa menyebutkan identitas negara Indonesia.

Mereka menyebut bendera Indonesia adalah bendera berlambang Bintang Kejora bukan Merah Putih.

Padahal bendera Bintang Kejora adalah bendera dari Organisasi Papua Merdeka.

Sungguh miris keadaan di sana saat Diana pertama kali datang ke SDI Kaibusene Distrik Haju, Kabupaten Mappi, Provinsi Papua.

Baca Juga: Pengakuan 5 Pelaku Pembunuh Gadis dalam Karung di Tegal, Beberapa Kali Rumahnya Sempat Didatangi Sosok Kuntilanak, Warga Sekitar Juga Kena Imbasnya

Tak hanya itu, lagu Indonesia Raya pun tak ada yang bisa menyanyikan termasuk murid kelas enam sekalipun.

Dan yang paling fatal menurut Diana adalah tak satupun murid di sekolah itu hafal Pancasila.

Melihat fenomena itu, hati kecil Diana menangis dan berpikir bagaimana nasib anak-anak ini kedepannya.

Baca Juga: Dikenal Sebagai Pengajar Cerdas dan Berprestasi, Budi Setianto Dosen Teknik Elektro UGM Ditemukan Tewas Gantung Diri di Kediamannya dengan Kondisi Mengenaskan

Di SDI Kaibusene tersebut hanya memiliki tiga ruangan sehingga saat proses belajar mengajar harus bercampur.

"Yang pasti, bukan salah anak didik saya. Hal kecil tapi sangat miris ketika didengar", tulis Diana di laman tniad.mil.id.

Selama setahun Diana mengajar, ia berusaha untuk mendidik anak-anak SDI supaya memiliki mimpi untuk menjadi orang berguna di masa depannya.

Hingga pada Februari 2019, perjuangan Diana pun tak sia-sia.

Baca Juga: Miris! Amankan Aksi Demo Mahasiswa di Cianjur, 3 Anggota Polisi Justru Dibakar Hidup-hidup, Diduga Sengaja Disiram Cairan Bahan Bakar oleh Massa Anarkis

Dok. Istimewa | Tniad.mil.id

Memilih Jadi WNI dengan Sang Ibu Membuatnya Harus Berpisah dengan Ayahnya, Dan Saat Mengabdi Menjadi Guru di Papua, Begini yang Ia Temukan!

Ada banyak perubahan pada anak-anaknya dan mereka sudah memiliki mimpi yang sangat besar.

"Ibu sa su cape ka begini terus saya mau naik pesawat kayak bapak-bapak dorang di Jakarta sana, naik mobil mewah, sa tra pernah naik mobil Ibu guru, sa mau tidur di atas spon, Sa mau minum air bersih, Sa mau jadi orang hebat ibu…", tulis Diana menggambarkan mimpi-mimpi anak didiknya yang dikutip dari laman tniad.mil.id.

Niat Diana pada saat mengajar memang hanya untuk merubah pola pikir anak didiknya supaya memiliki mimpi besar.

Baca Juga: Lantang Pertahankan Enzo Zenz Allie Tetap Jadi Taruna, Inilah Sosok Jendral Andika Perkasa, Mantan Komandan Paspampres yang Sempat Bersaing dengan Suami Bella Saphira untuk Jadi KSAD

Dengan keterbatasan fasilitas yang ada, ia tak menyerah untuk melatih anak-anaknya untuk belajar membaca dan menulis.

Bahkan anak-anak didiknya mau lakukan semuanya sebab mereka mulai paham pendidikan itu merupakan pedoman menuju kehidupan lebih layak.

Ia pun juga mendatangi orang tua murid bersama guru-guru lain demi pendidikan anak-anaknya.

"Cukup mace dan pace saja ke hutan anak dorang dengan kita belajar supaya besok besok mereka bisa beli berasa kasih pace dorang makan ka”, tulis Diana di laman tniad.mil.id.

Baca Juga: Polisi Sampai Menangis Saat Menggendongnya, Bayi 14 Bulan di Jember yang 3 Hari Tiga Malam Peluk Jenazah Ayahnya di Rumah, Ditinggal Ibunya Jadi TKW di Taiwan

Dan usaha Diana beserta guru-guru yang lain di SDI Kaibusene Distrik Haju, Kabupaten Mappi, Papua dapat merasakan hasil ketulusan mereka dalam mencerdaskan anak didiknya.

Sekarang semua lagu nasional mereka sudah bisa menyanyikan, bahkan bahasa Inggris ajaran dasar pun sudah bisa mereka sebutkan dan pahami maksudnya.

"Anak didik saya bermimpi suatu saat nanti seiring matahari terbit di ufuk timur ini kami yang kulitnya hitam dan rambutnya keriting bisa menjadi orang No 1. Aamiin Nak….semuanya bisa. Yang rajin belajar dan berdoa…”, tulis Diana di laman tniad.mil.id.

Baca Juga: Nasib Naas Supir Truk Pengangkut Hewan Kurban, Jadi Tersangka Usai Sebabkan Anggota Polisi Kecelakaan, Tak Jadi Rayakan Idul Adha Bersama Anak Tercinta

Sejak artikel ini diunggah oleh laman tniad.mil.id, pada (27/6/19), Diana dan kawan-kawan guru lainnya, menyiapkan perpustakan mini dengan jumlah buku 500 buah untuk dibaca setiap jam 16.00 WIT di tempat tinggal mereka.(*)

Tag

Editor : Nicolaus

Sumber Kompas.com, tniad.mil.id