Laporan repoerter Gridhot.ID, Nicolaus Ade
Gridhot.ID - Islamic State of Iraq and Syria sebuah organisasi baru di Timur Tengah yang sering disebut dengan nama ISIS masih banyak disoroti mata dunia.
Kelompok yang sudah dicap sebagai biangnya terorisme ini memang sering menebar teror di dunia.
Sudah banyak cara yang digunakan kelompok ini untuk menebar teror di belahan dunia.
Mulai dari Bom, serangan bersenjata hingga penyanderaan.
Belakangan ini dikabarkan, kelompok Teroris ISIS menggunakan hewan sapi untuk melancarkan serangan terhadap pasukan Irak.
Sapi tersebut dipasangi bahan peledak dengan diikat ke badannya dan dibiarkan berjalan menuju pos pemeriksaan militer di Provinsi Diyala.
Tentara Irak pun menembaki sapi tersebut dan menimbulkan sebuah ledakan.
Melansir dari Fox News, akibat serangan sapi peledak ini pada Minggu (1/9/2019) seorang warga sipil tewas.
Menurut pejabat lokal Sadiq Husseini, insiden itu menunjukkan bahwa kelompok itu telah kehilangan kemampuan untuk merekrut anggota muda dan calon pembom bunuh diri.
"Insiden itu menunjukkan kelompok tersebut telah kehilangan kemampuan untuk merekrut orang-orang muda dan calon pembom bunuh diri, sebagai gantinya mereka menggunakan ternak," ujar Husseini.
Diketahui provinsi Diyala merupakan rumah bagi suku Kurdi, Sunni, dan Syiah.
Daerah tersebut menjadi pusat perselisihan antara pemerintah daerah Kurdistan dan Irak.
Dari perselisihan tersebut, ISIS mengambil keuntungan untuk kembali membangun kelompoknya usai kehilangan sebagian besar wilayah mereka yang dikuasai kekhalifahan.
Di bagian selatan provinsi itu, ISIS menguasai zona dukungan yang tahan lama dan meningkatkan serangannya terhadap pasukan keamanan, tokoh suku setempat, dan situs komersial, menurut Institut Studi Perang.
Upaya penyerangan dengan hewan ternak ini merupakan cara yang digunakan ISIS untuk pertama kalinya.
Namun, sekelompok pejuang militan lainnya pernah menggunakan taktik serupa.
"Kita telah menemui banyak insiden di mana mereka menggunakan taktik berteknologi rendah semacam ini."
"Terkadang kami bisa menghentikannya dan sekali waktu serangan mereka berhasil," kata Brigadir Jenderal Mark Kimmit, wakil kepala operasi AS di Irak, pada saat itu.
Badan penelitian nonprofit, Action on Armed Violence, yang berbasis di London, telah mencatat setidaknya enam insiden serangan menggunakan "perangkat peledak improvisasi" (IED) yang dibawa menggunakan keledai, sejak 2010, dan menewaskan hingga 14 orang.
Seluruh insiden terjadi di Pakistan dan Afghanistan.
ISIS juga diketahui pernah setidaknya satu kali menggunakan produk susu untuk menyelundupkan bahan peledak.
Kelompok militan itu menyelundupkan bahan peledak dari Suriah menggunakan ember keju untuk digunakan dalam serangan terhadap tempat-tempat ibadah, target militer, dan pertemuan.
Namun rencana serangan itu dapat digagalkan setelah dilakukannya operasi pengawasan oleh polisi selama 10 bulan untuk mengungkap plotnya.(*)