Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade
Gridhot.ID -Bergabung dengan kesatuan petugas keamanan tentunya memiliki resiko dan tanggung jawab yang besar.
Salah satunya adalah anggota kepolisian.
Sebagai pengayom masyarakat, sudah menjadi seorang anggota polisi untuk menciptakan suasana aman dalam masyarakat.
Apapun harus dilakukan untuk menjaga keamanan masyarakat dan terciptanya suasana kondusif didalamnya.
Bahkan seorang anggota harus siap siaga jika harus diterjunkan untuk bertugas di tempat yang memiliki resiko tinggi.
Seperti kisah seorang polwan anggota Polri bernama Rochana Sulistyaningrum saat masih berpangkat ajun komisaris polisi (AKP).
Melansir Tribun Jambi, Sabtu (21/9/2019) Kala itu dia menjabat Kapolsek Wedarijaksa di Kabupaten Pati, Jawa Tengah.
Rochana mendapati laporan jika didaerahnya ada prostitusi terselubung yang mengindikasikan juga adanya perdagangan perempuan.
Rochana yang saat itu menjabat sebagai Kapolsek Wedarijaksa langsung turun tangan mengungkap adanya prostitusi ini.
Sasaran pertama dalam penyamarannya yaitu lokasi di Warung Kopi Kuro-Kuro di Dukuh Rames, Desa Sukoharjo, Kecamatan Wedarijaksa.
Dengan mengendarai sepeda motor, Rochana yang berpakaian preman mulai bertanya-tanya kepada warga sekitar.
Rochana juga bercengkerama dengan orang yang ada di dalam Warung Kopi Kuro-Kuro.
Bangunan yang dijadikan sebagai modus warung kopi tersebut bagian depannya digunakan untuk berjualan kopi dan makanan.
Penyamaran itu efektif bahkan warga sekitar saja hanya tahu itu warung kopi biasa.
Pemiliknya cukup rapi mengelabuhi karena hanya orang tertentu yang bisa menikmati bisnis esek-eseknya tersebut.
Sehari sebelum penyergapan, wanita berhijab itu kemudian memutuskan untuk menyaru supaya bisa bercengkerama dengan orang yang ada di dalam warung kopi Kuro-Kuro.
Untuk memuluskan penyamaran, ia lantas mempercantik diri serta mengajak seorang anggotanya, polwan cantik Bripda Mira Indah Cahyani (21).
"Mira, kamu jangan pulang dulu, nanti malam ada kegiatan. Tolong kamu jangan bilang anggota lain. Sore ini saya mandi di kantor dan selanjutnya antar saya ke salon," ujar Rochana.
Setelah itu Rochana menyampaikan segala seluk beluk operasi penyamaran yang sedang ia jalankan.
Dengan mengendarai sepeda motor keduanya berangkat ke salon untuk mempercantik diri.
Canggung juga Bripda Mira dan Rochana ketika mengenakan pakaian seksi.
Namun demi keberhasilan misi semua ini harus dilakukan.
"Mira sempat risih karena saya suruh berganti kaus minim dan hotpant. Begitu juga saya yang memutuskan mengenakan daster dan melepas hijab. Tapi it's ok, inilah tugas yang harus kita emban," jelas Rochana.
Kedua polwan itu pokoknya didandani ala kekinian, mengenakan rambut palsu, topi dan kaus ketat.
"Saya juga minta Mira memakai topi. Kaus, hotpant serta topi itu milik anak saya.
Kalau saya yang berdandan seperti anak muda kan lucu. saya pakai daster saja," ungkap Rochana sambil tertawa.
Kelar berdandan, keduanya langsung bergegas ke medan operasi.
Dengan sedikit bujuk rayu manja, Rochana dan Mira memelas kepada seorang PSK yang ada di dalam warung kopi agar ditemukan dengan muncikari.
Tak berselang lama muncikari keluar yang ternyata seorang biduan dangdut bernama Woro Wiranti (34).
"Saya kaget bukan kepalang begitu bosnya keluar. Ternyata ia biduan dangdut yang sering ketemu di panggung saat saya berjaga mengamankan. Kami pernah saling menyapa dan bertatap muka. Saat itu saya hanya berdoa semoga penyamaran lancar. Alhamdulillah ia tak mengenali saya," kata Rochana yang masuk Secaba Polwan 1987 itu.
Usai ngobrol ngalor ngidul, Mira dan Rochana diterima bekerja sebagai pemandu karaoke dengan syarat harus berpenampilan aduhai untuk mengundang syahwat lelaki.
Keduanya juga diharuskan bekerja dari jam 9 pagi sampai Maghrib.
"Besok langsung kerja aja layani tamu berkaraoke. Jika tamu minta esek-esek layani saja. Ada satu room karaoke dan dua kamar. Oh iya kamu jangan pakai daster lagi. Kalau siang banyak bos-bos berkumpul di sini. Ada bos ketela, bos ikan, dan bos tepung. Kalau habis magrib sudah sepi," kata Rochana menirukan ucapan bos PSK itu.
Warung kopi Kuro-Kuro tersebut sudah beroperasi 4 bulan. Untuk sekali berkencan dengan PSK tarifnya mulai Rp 200 ribu hingga Rp 400 ribu, tinggal menyesuaikan usia dan fisik.
"Meski sudah berumur saya diperbolehkan bekerja dengan tarif Rp 50 ribu sekali kencan. Katanya saya khusus untuk brondong, karena brondong itu tak berduit. Kalau Mira tarifnya Rp 350 ribu, dengan alasan karena muda dan bodinya masih bagus. Itu bosnya yang bilang," kisah Rochana.
Mira dan Rochana lantas kembali ke markas dan esoknya bersama tim melakukan penggerebekan ke warung kopi prostitusi itu.
Dalam penggerebekan, polisi mengamankan 3 PSK, 4 pria hidung belang, dan satu pasangan mesum yang terkunci rapat di kamar.
Selain itu turut mengamankan seorang mucikari atau pemilik warung kopi Kuro-Kuro atas nama biduan Woro Wiranti (34).
"Mana brondongnya, katanya saya mau dikasih brondong?" tanya Rochana pada mucikari dan si pemilik warung kopi itu. Pemilik warung kopi langsung kaget dan meminta maaf.(*)