Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade
Gridhot.ID - Hari-hari pasca pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia periode 2019-2024, media-media Indonesia dibanjiri kabar soal siapa saja nantinya menteri-menteri yang terpilih dalam periode ini.
Beberapa sosok memang sudah nampak diundang untuk bicara langsung dengan Presiden Jokowi.
Bahkan diantaranya merupakan wajah-wajah baru yang belum pernah masuk ke ranah politik dan pemerintahan.
Sejumlah nama pengusaha macam Nadiem Makarim dan Wishutama masuk sebagai kandidat menteri.
Namun, hingga berita ini ditulis masih belum ada rilis resmi soal penetapan menteri-menteri di kabinet Jokowi periode kedua ini.
Bagaimanapun siapapun nanti yang menjadi menteri dapat semoga membawa kemajuan signifikan bagi Indonesia.
Tak hanya itu, masyarakat juga berharap para sosok yang terpilih bisa menjadi sosok yang rendah hati dan bijaksana dalam menjalankan tugasnya.
Sikap tersebut perlu dimiliki oleh seorang menteri seperti sosok-sosok pendahulunya.
Salah satunya adalah sosok menteri awal Indonesia yakni Ir.Sutami.
Siapa sangka, mungkin Ir Sutami mempunyai sikap layaknya Bung Hatta, jujur, sederhana dan bijaksana.
Mengutip Kompas.com, Kamis (1/8/2019) Sutami lahir di Surakarta 19 Oktober 1928.
Jenjang pendidikannya tergolong mencerminkan orang cerdas.
Ia sekolah di SMA Negeri 1 Surakarta dan melanjutkan kuliah di ITB sampai meraih gelar Insinyur.
Memang sudah suratan takdir bagi Sutami, sejak era Kabinet Dwikora tahun 1964, dirinya sudah diangkat menjadi Menteri Negara diperbantukan pada Menteri Koordinator Pekerjaan Umum dan Tenaga untuk urusan penilaian konstruksi oleh Presiden Soekarno.
Karirnya berlanjut dengan mengisi posisi yang sama pada Kabinet Dwikora II tahun 1966.
Saat Orde Lama ambruk, semua yang berhubungan dengan Soekarno dihapus oleh Orde Baru.
Namun tidak bagi Sutami, ia dipercaya oleh Soeharto di Kabinet Pembangunan II mengisi jabatan Menteri Pekerjaan Umum (PU) Indonesia.
Ir Sutami total menjabat Menteri PU selama 12 tahun pada 6 kabinet Orde Baru ditambah jabatan pada Orde Lama yang membuatnya menjadi menteri terlama di Indonesia.
Saat menjabat tersebut berbagai mega proyek ia tangani dengan terampil.
Sebut saja jembatan Semanggi Jakarta yang menjadi ikon ibukota, jembatan Ampera, bendungan Waduk Jatiluhur, hingga kubah Gedung Kura-kura warna hijau MPR/DPR yang banyak 'lahirkan' koruptor itu juga hasil tangan dingin Sutami.
Jadi menteri terlama lantas tak membuat Sutami bergelimang harta.
Mengutip Staf Ahli Menteri PU, Hendropranoto Suselo dalam Edisi Khusus 20 tahun Majalah Prisma yang diterbitkan LP3ES tahun 1991 di Jakarta, saat Sutami masih menjabat Menteri PU dan Tenaga Listrik atap rumahnya bocor.
Nah, ketika lebaran tiba dan orang-orang berkunjung ke rumahnya mereka kaget mendapati banyak bekas bocor pada langit-langit rumah.
Ia belum punya biaya untuk memperbaiki atap rumahnya.
Ketika tidak lagi menjabat menteri pada 1978, Sutami mengembalikan semua fasilitas yang diberikan kepadanya kepada negara karena memang itu bukan miliknya.
Pernah suatu ketika rumah Sutami di Solo diputus listriknya oleh PLN.
Pasalnya ia belum bisa membayar tagihan listrik saat itu karena tak punya uang.
Trenyuh memang, mantan menteri Tenaga Listrik malah rumahnya sendiri diputus oleh PLN.
Seakan belum cukup, Sutami pernah jatuh sakit namun takut diopname.
Alasannya sama, ia takut tak bisa bayar tagihan rumah sakit.
Hingga susah payahnya Sutami terdengar oleh pemerintah dan Soeharto langsung menyuruh untuk membantu mantan menterinya itu.
Presiden Soeharto kerap menjenguk Sutami saat sakit.
Soeharto pula yang meminta Sutami mau berobat ke luar negeri.
Ir Sutami meninggal dunia pada 13 November 1980 pada umur 52 tahun karena menderita sakit lever.(*)