Laporan Wartawan Gridhot.ID, Angriawan Cahyo Pawenang
Gridhot.ID - Banyak momen yang disoroti masyarakat Tanah Air saat momen pengumuman Kabinet Indonesia Maju.
Masyarakat sempat heboh mengenai cara duduk Presiden Joko Widodo saat mengumumkan nama-nama menteri.
Saat itu Jokowi ditemani wakilnya Ma'aruf Amin dan para menteri yang sudah ditunjuk duduk 'ngemper' bersama di tangga Istana Negara.
Lalu netizen menyoroti gaya duduk Jokowi yang cukup unik.
Pasalnya saat itu kaki sang presiden seakan menyilang bersila terbalik.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, gaya tersebut merupakan hasil dari kondisi Hyperlaxity.
Hyperlaxity bagaikan bakat alami yang membuat anggota tubuh menjadi lebih lentur bahkan sejak lahir.
Meski gaya duduk Presiden Jokowi jadi sorotan, peneliti yang satu ini fokus dengan dengan makna filosofis tentang aksi ngemper Jokowi bersama wakil dan para menterinya.
Dikutip Gridhot dari Antara, Andi Zulkarnain yang merupakan peneliti dari sosok Joko Widodo mengatakan ada makna filosofis yang ia tangkap.
Dirinya mengatakan kalau aksi ngemper merupakan bukti dari Jokowi kalau dirinya bukanlah Presiden boneka.
"Jokowi ingin memperlihatkan kepada publik bahwa ia adalah The Real President, bukan presiden boneka,
"Jokowi adalah pemimpin negara dalam sistem presidensiil," kata Zulkarnain.
Zulkarnain juga menganalisis mengenai perkataan Jokowi mengenai tidak ada visi lain selain visi presiden.
Zulkarnain mengatakan perkataan tersebut menandakan semua menteri terpilih sejatinya hanya membantu presiden yang ditugaskan mengimplementasikan janji-janji presiden.
Penggunaan kemeja putih saat para calon menteri datang ke Istana Negara juga ternyat memiliki makna unik.
Bagaikan pelamar kerja yang menggunakan kemeja putih dan celana hitam atau rok formal, para calon memang dianggap sebagai para pekerja.
"Itu sebagai simbol bahwa Jokwi mencari pekerja, bukan sekadar jago konsep apalagi ABS (Asal Bapak Senang)," kata Zulkarnain.
Aksi ngemper yang dipilih Jokowi juga disebut seakan memberi pesan agar para menteri meninggalkan kultur priyayi dalam birokrasi.
"Pejabat digaji rakyat, maka dia harus menjadi sebaik-baiknya pelayan rakyat,
"Jokowi dan Iriana telah membangun style baru dalam dunia politik negeri,
"Ia hidup sederhana meski sebagai RI 1 dan ibu negara," jelas Zulkarnain.
(*)