Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade
Gridhot.ID -Munculnya pemburu - pemburu liar sangat mengancam habitat hewan yang statusnya dalam perlindungan lembaga konservasi.
Ancaman perburuan semakin merusak keseimbangan ekosistem di alam ini.
Upaya pihak keamanan pelindung satwa pun sudah berulang kali melakukan pencegahan namun tetap saja masih banyak khasus perburuan liar yang terjadi.
Hal ini juga terjadi di Indonesia yang dikenal memiliki flora dan fauna yang beraneka ragam dan langka.
Belakangan ini, sebuah video yang menggabarkan betapa rusaknya ekosistem alam di Indonesia dipertontonkan Pendiri Yayasan Orangutan Sumatera Lestari-Orangutan Information Centre (YOSL-OIC), Panut Hadisiswoyo saat ditemui di kantornya, di Medan, Kamis siang tadi (28/11/2019).
Dalam video tersebut, nampak seekor orangutan sumatera (Pongo abelii) dewasa berjalan di tanah di sebuah perkebunan kelapa sawit.
Tangannya menggapai-gapai ke atas seperti ingin memanjat dan badannya yang terlihat lemas kemudian menabrak pelepah kelapa sawit.
Dikatakan Panut, orangutan tersebut bernama Paguh. Dia dievakuasi dari sebuah perkebunan kelapa sawit di Desa Gampong Teungoh, Kecamatan Trumon, Aceh Selatan, pada Rabu (20/11/2019) oleh tim The Human-Orangutan Conflict Response Unit (HOCRU) bersama tim dari BKSDA Aceh.
"Memang kondisinya sudah berada di tanah, kondisinya seperti tidak bisa melihat dan berada di dalam perkebunan kelapa sawit masyarakat," katanya.
Menurutnya, orangutan tersebut dalam kondisi terdesak dan tidak memiliki kemampuan untuk bertahan hidup.
Seorang anggota tim HOCRU YOSL-OIC memeriksa orangutan sumatera bernama Paguh usai dibius untuk dievakuasi dari perkebunan kelapa sawit di Gampong Teungoh, Kecamatan Trumon, Aceh Selatan. Orangutan ini sebelumnya hanya bisa berjalan di tanah dan tangannya menggapai-gapai karena buta. Orangutan ini sekarang berada di Pusat Karantina Orangutan di Batu Mbelin, Kecamatan Sibolangit, Deli Serdang, Sumatera Utara.(YOSL-OIC)
Saat menemukannya, tim mencurigai orangutan tersebut tidak bisa melihat atau buta. Dari situ kemudian tim membiusnya.
"Tim mencurigai matanya mengalami kebutaan akibat kontraksi dengan benda tajam dan juga infeksi akibat benda tajam, atau peluru (senapan angin)," katanya.
Dugaan adanya peluru senapan angin, kata dia, sudah terkonfirmasi dari pihak Sumateran Orangutan Conservation Programme (SOCP).
Diketahui, SOCP adalah pengelola Pusat Karantina Orangutan di Batu Mbelin, Kecamatan Sibolangit, Deli Serdang.
"Di dalam tubuh orangutan itu ada 24 peluru senapan angin di mana dari 24 peluru itu, 16 berada di kepala, termasuk di bagian wajah orangutan," katanya.
Panut menjelaskan, lokasi tersebut berdekatan dengan Suaka Margasatwa Rawa Singkil yang mejadi habitat orangutan sumatera di wilayah Aceh Selatan. Kawasan tersebut, kata dia, menjadi habitat lebih dari 1.300 orangutan sumatera.
"Ada beberapa tempat yang terjadi deforestasi, pembukaan lahan perkebunan sehingga beberapa orangutan terdesak harus keluar dari habitat alaminya, sehingga tersesat di dalam kebun," katanya.
Fakta orang utan yang ditemukan mengenaskan
Selanjutnya, terjadilah banyak interaksi dengan manusia.
Menurutnya, istilah konflik sedikit radikal karena sebenarnya orangutan kehilangan habitatnya mendapatkan interaksi yang sangat frontal.
"Sehingga ada beberapa masyarakat yang melihatnya sebagai hama dan satwa menakutkan, tidak ada toleransi," katanya.
Dijelaskannya, setelah dievakuasi dan diperiksa, orangutan tersebut dibawa ke Pusat Karantina Orangutan Batu Mbelin untuk melakukan proses penyembuhan.
Menurutnya, kondisi orangutan itu tidak memungkinkan untuk dilepasliarkan atau dikembalikan ke habitat aslinya di SM Rawa Singkil.
"Tapi saya tidak yakin matanya sudah buta dan bisa pulih kembali," katanya.(*)