GridHot.ID-Syekh Sayyid Hassan Nasrallah adalah salah satu pejuang anti-Israel di Lebanon.
Pada tahun 2000, Nasrallah berhasil tampil memimpin kelompok pejuang Hizbullah mengusir pendudukan pasukan Israel dari Lebanon Selatan.
Lalu pada tahun2004, Nasrallah berhasil melepaskan ratusan tawanan pejuang Hizbullah dari penjara-penjara gelap Israel.
Nasrallah melakukan bargaining terhadap Israel dengan melakukan taktik penyanderaan pasukan Israel yang kemudian menukarnya dengan pejuang-pejuang Hizbullah yang ditawan tentara Zionis.
Taktik ini terbukti ampuh hingga membuat militer Israel menjadi frustrasi.
Tapi pada 12 Juli 2006, perlawananNasrallahterhadap dua tentara Israel, berakibat pada agresi militer Israel di Lebanon Selatan.
Entah skenario apa yang dijalankan oleh Israel saat itu, sehingga mereka bisa melancarkan agresi militer yang amat besar.
Sebuah laporan di kalangan militer AS menulis, agresi militer Israel tersebut telah direncanakan jauh sebelumnya serta diketahui oleh Presiden AS saat itu, George Bush, dan orang-orang penting dalam pemerintahan AS.
Bagi Nasrallah, gertakan berupa serangan militer berskala besar Israel sama sekali tidak menyurutkan nyalinya.
Robin Wright, seorang reporter yang pernah melakukan wawancara dengan Nasrullah pada 2007 silam, dalam harian Washington Post, menulis artikel bertajuk "Inside the Mind of Hezbollah".
Wright menggambarkan, Nasrallah adalah sosok pujaan sekaligus ikon kontroversial di dunia Arab.
Apa yang ada dalam diri Nasrallah adalah kombinasi gambaran pemimpin populis Revolusi Islam Iran Ayatollah Khomeini serta ikon pemimpin gerilya Che Ghuevara.
Nasrallah merupakan pemimpin kharismatik yang foto-fotonya ada di screensaver semua komputer yang digunakan para pejuang Hizbullah.
Wright menambahkan, sesungguhnya keinginan Nasrallah untuk menjadi seorang pemimpin sudah tertanam sejak dirinya berusia sembilan tahun.
Ya, sejak kecil, Nasrallah sudah terbiasa dengan kondisi perang dan pengungsian.
Sebagaimana diketahui, Nasrallah lahir di kamp pengungsian Bourji Hammaoud, sebelah timur Beirut, pada 31 Agustus 1960.
Nasralah adalah anak pertama dari sembilan bersaudara yang dibawa orang tuanya mengungsi dari Lebanon Selatan.
Lalu pada tahun 1975, orang tua Nasrallah pulang kampung.
Dikampungnya, Bassouriyeh, Nasrallah yang baru berusia 15 tahun bergabung dalam Pergerakan Amal (Amal Movement) yang dibentuk kelompok Islam Syiah.
Nasrallah yang mendalami ilmu Al-quran di Najaf, Irak, berhasil mengenyam pendidikan dengan baik.
Namun di tengah upayanya menimba ilmu, Nasrallah diusir oleh pihak berwajib Irak untuk kembali ke negara asalanya, Lebanon.
Nasrallah kemudian menjadi pembimbing di sekolah yang didirikan oleh Abbas al-Musawi di Baalbak.
Ada yang menyebut, semasa di Irak, Musawi merupakan senior Nasrallah yang sama-sama berasal dari Lebanon.
Mousawi juga merupakan pengikut Pergerakan Amal sebagaimana Nasrallah.
Ketika Israel mulai menduduki Lebanon Selatan tahun 1982, Nasrallah mendedikasikan diri sepenuhnya untuk berperang melawan Israel.
Nasrallah bergabung dengan kelompok Hizbullah dan bertempur di Lembah Bekaa.
Dalam melawan Israel, Nasrallah melakukan kajian tentang banyak hal.
Nasrallah mempelajari buku-buku yang menulis berbagai hal mengenai para pemimpin Israel seperti Benjamin Netanyahu dan Ariel Sharon.
Nasrallah menjadi pemimpin Hizbullah tahun 1992 setelah sang sahabat, guru dan seniornya, Abbas Al-Musawi tewas dibunuh tentara Israel.
Di bawah kepemimpinannya inilah, keberadaan Hizbullah makin dipandang Israel sebagai batu penghalang yang amat besar.
Satu pernyataan yang paling monumental adalah ketika ia berujar, "Tidak akan pernah ada kata solusi dengan Israel kecuali mereka pindah atau lenyap dari muka bumi,".
Hingga saat ini, Nasrallah masih tetap gigih memimpin pejuang Hizbullah di Lebanon melawan Israel.
Namun karena Hizbullah mendapat dukungan dari Iran, Arab Saudi yang sedang bermusuhan dengan Iran, menyatakan para pejuang Hizbullah sebagai musuhnya.
Apalagi para pejuang Hizbullah oleh militer Arab Saudi telah diketahui turut bertempur bersama pemberontak Syiah Houti di Yaman.
Sejumlah rudal yang ditembakkan ke wilayah Arab Saudi dari Yaman, diyakini dioperasikan oleh para pejuang Hizbullah yang sudah berpengalaman.
Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul "Menurut Tokoh Lebanon Ini, Solusi Bagi Israel adalah Lenyap dari Muka Bumi"
(*)