Makin Beringas Meski Telah Dihujani Peluru 50 Pasukan Elit RPKAD, KKB Papua Pimpinan Lodewijk Mandatjan Alot Untuk Ditaklukan, Konflik Selesai Saat Sarwo Edhie Wibowo Turun Tangan Tanpa Senjata

Rabu, 04 Desember 2019 | 17:13
Kolase Surya

KKB Papua mengaku telah menembak mati dua anggota TNI, tapi begini yang terjadi sebenarnya.

Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade

Gridhot.ID - Konflik KKB Papua masih berlanjut hingga saat ini.

Pasukan KKB tak ada hentinya melancarkan teror dan juga serangan ke pos-pos penjagaan TNI dan Polri

Meskipun beberapa dedengkot berhasil ditangkap, namun pasukan KKB masih saja terus melakukan serangannya.

Baca Juga: Rela Ngemis hingga Jualan Tisu di Pinggir Jalan, Bocah 9 Tahun Ini Selalu Jadi Sasaran Pukul Ibunya Jika Pulang Tak Bawa Uang, Hasilnya Ternyata Dipakai Bayar Arisan

Ternyata konflik ini telah terjadi sejak tahun 1967.

Pada tahun itu, pimpinan tertinggi KKB dipegang oleh Lodewijk Mandatjan.

Untuk meredam konflik yang terjadi, pemerintah pun mengirimkan pasukan elite Resimen Para Komando Angkatan Darat atau RPKAD (sekarang Kopassus) untuk meredam aksi KKB Papua.

Baca Juga: Dilahirkan 10 Minggu Pasca Pernikahan Pemimpin Kerajaan Inggris, Wanita Bernama Sarah Ini Sebut Dirinya Anak Terbuang dari Pangeran Charles dan Putri Diana, Ngaku Dapat Ancaman Saat Cari Tahu Asal-usulnya

Namun, meski telah digempur habis-habisan oleh prajurit RPKAD, aksi KKB Papua tetap tak mau menyerah.

Pada akhirnya Sarwo Edhie Wibowo yang baru menjabat sebagai panglima Kodam XVII/Tjendrawasih (1968-1970), turun tangan merancang strategi khusus untuk menghadapi mereka.

Awalnya, kurang lebih 50 prajurit RPKAD yang baru mendarat di Papua langsung ditugaskan untuk menggempur KKB Papua.

Melansir dari buku 'Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando' karya Hendro Subroto.

Baca Juga: Bikin Geleng-geleng Kepala, Erick Tohir Sentil Bisnis Perhotelan Perusahaan BUMN: Akhirnya Kontraproduktif

(Tribun Jambi)
(Tribun Jambi)

Ilustrasi Kopassus

50 prajurit RPKAD pimpinan Sintong Panjaitan itu langsung ditugaskan menyerbu KKB Papua tanpa sempat istirahat.

Saat itu, salah satu pos koramil di Warmare diserbu oleh KKB Papua

Pos koramil itu hanya dipertahankan oleh enam orang anggota TNI, yang kemudian salah satunya gugur saat KKB Papua mengepung

Baca Juga: Awalnya Hanya Iseng Pelihara Lebah di Kebunnya, Kini Purwanto Berhasil Raih Gelar 'Profesor' Berkat Temukan Madu Terbaik se Asia, Padahal Pendidikannya Tak Tamat SD

Pasukan RPKAD pimpinan Sintong Panjaitan tiba di Manokwari pada 6 Januari 1967, dan langsung diperintahkan untuk menggempur KKB Papua yang tengah mengepung pos koramil itu.

50 prajurit RPKAD langsung berangkat dari Manokwari menuju Warmare menggunakan dua truk tanpa sempat istirahat

Dalam menghadapi KKB Papua di Warmare, pasukan RPKAD bertempur secara frontal.

KKB Papua pun berhasil dipukul mundur dari Warmare dan lima orang anggota TNI yang terkepung berhasil dibebaskan.

Namun, aksi teror KKB Papua masih berlanjut.

Baca Juga: Lepas Jabatan Sebagai PNS Usai Mengabdi Selama 14,5 Tahun, Pria Ini Beri Kesaksian Mengejutkan : Antara Hati dan Pikiran Gak Sejalan, Takut Pertanggungjawaban

(Kolase youtube dan IST Tribun Medan)
(Kolase youtube dan IST Tribun Medan)

Jenderal TNI Jebolan Kopassus, Sintong Panjaitan (kanan)

Meski berkali-kali dipukul mundur oleh RPKAD, aksi teror KKB Papua masih saja terjadi.

Hingga pada akhirnya KKB Papua pimpinan Lodewijk Mandatjan benar-benar padam setelah Sarwo Edhie Wibowo turun tangan.

Sarwo Edhie Wibowo saat itu mau tak mau harus menghadapi sepak terjang KKB Papua pimpinan Lodewijk Mandatjan.

Baca Juga: Tebarkan Paham Radikal dan Hasut Masyarakat Ramai-ramai Lakukan Aksi Teror, Rombongan Teroris di Bima NTB Berhasil Diamankan Densus 88, Terduga Kuat Masuk Jaringan JAD

Dalam menghadapi aksi teror KKB Papua saat itu, Sarwo Edhie Wibowo memadukan operasi tempur dengan operasi non tempur.

Menurutnya, strategi non tempur digunakan lantaran ia menganggap para KKB Papua masih merupakan saudaranya sebangsa dan setanah air.

"Kalau pemberontak kita pukul terus menerus, mereka pasti hancur. Tetapi mereka adalah saudara-saudara kita.

Baiklah mereka kita pukul, kemudian kita panggil agar mereka kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi" kata Sarwo Edhie Wibowo dalam buku karya Hendro Subroto.

Untuk menghindari terjadi pertumpahan darah yang lebih banyak, Sarwo Edhie Wibowo memerintahkan melakukan penyebaran puluhan ribu pamflet yang berisi seruan agar KKB Papua kembali ke NKRI.

Baca Juga: Kado Spesial TNI untuk OPM Tepat di Hari Ulang Tahunnya, Duduki Markas KKB Papua di Distrik Balingga, Purom Wenda Sampai Lari Pontang Panting Dibuatnya

(Kolase Tribun Jambi dan Wikipedia)
(Kolase Tribun Jambi dan Wikipedia)

Letjen (Purn) Sarwo Edhie Wibowo Ayah Ani Yudhoyono

Sarwo Edhie Wibowo kemudian memberi tugas kepada perwira RPKAD Mayor Heru Sisnodo dan Sersan Mayor Udara John Saleky untuk menemui pimpinan KKB Papua yang bernama Lodewijk Mandatjan.

Tujuannya adalah membujuk agar Mandatjan beserta anak buahnya mau kembali lagi ke pangkuan NKRI.

Tanpa membawa senjata, Mayor Heru Sisnodo dan Sersan Mayor Udara John Saleky berjalan kaki memasuki hutan untuk menemui pimpinan KKB Papua.

Baca Juga: Minder Lihat Cewek Cantik di Instagram, Sandra Dewi Didatangkan Salon ke Rumah oleh Sang Suami, Penyebabnya Tubuh Tak Terurus Gara-gara Punya 2 Buah Hati

Saat bertemu dengan Mandatjan, Mayor Heru Sisnodo berkata: "Bapak tidak usah takut. Saya anggota RPKAD. Komandan RPKAD yang ada di sini anak buah saya. Dia takut sama saya. Kalau bapak turun dari hutan, nanti RPKAD yang akan melindungi bapak."

Akhirnya, Mayor Heru Sisnodo dan Sersan Mayor Udara John Saleky berhasil meyakinkan Lodewijk Mandatjan dan anak buahnya.

Mandatjan beserta keluarga dan anak buahnya pun diantar turun ke Manokwari.

Saat bertemu dengan Mandatjan, Sintong Panjaitan berkata: "Bapak saya jamin, saya akan melindungi bapak dengan keluarga"

Baca Juga: Sangat Ketakutan Dengar Kencangnya Suara Ledakan, Wanita Ini Saksikan Langsung Detik-detik Ledakan di Monas: Suaranya Kencang Sekali!

Pemberontakan KKB Papua pimpinan Lodewijk Mandatjan pun sebagian besar telah terselesaikan, RPKAD tinggal melakukan penyisiran untuk memburu sisa-sisa anggota KKB Papua lainnya.

Dengan begitu, Sarwo Edhie Wibowo berhasil menerapkan strategi non tempurnya sehingga tak terjadi pertumpahan darah lebih banyak.(*)

Tag

Editor : Nicolaus

Sumber Surya.co.id, Sintong Panjaitan : Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando