Terimakasih Kopral Romnick Estacio, Tentara Filipina yang Gugur Saat Bebaskan 2 Warga Negara Indonesia Sandera Abu Sayyaf, Miris, Sang Adik Dulu Juga Tewas di Tangan Teroris Kala Selamatkan Kota Marawi dari Belenggu ISIS

Selasa, 24 Desember 2019 | 12:13
Facebook Mighty War dan Screengrab from The Star

Seorang tentara Filipina meninggal dunia saat menyelamatkan WNI yang diculik Militan Abu Sayyaf

GridHot.ID - Tentara Filipina telah menyelamatkan dua pelaut Indonesia (Samiun Maneu dan Maharudin Lunani) yang diculik militan Abu Sayyaf.

Dilansir dari BBC Indonesia, penyelamatan tersebut berlangsung pada Minggu (22/12/219).

Sementara itu, satu orang pelaut lainnya bernamaMuhammad Farhan, masih diupayakan pembebasannya.

Menurut Kementerian Luar Negeri Indonesia, Muhammad Farhan merupakan satu-satunya WNI yang masih menjadi sandera di Filipina.

Baca Juga: Bak Disambar Petir di Siang Bolong, Pasangan Suami Istri Ini Baru Tahu Kalau Mereka Saudara Kandung, Padahal Sudah Menikah Selama 30 Tahun

Namun demikian, proses penyelamatan pelaut Indonesia yang diculik militan Abu Sayyaf rupanya meninggalkan duka mendalam.

Mengutip akun Twitter @Jatosin, Senin (23/12/2019), saat proses penyelamatan, salah seorang tentara Filipina dikabarkan meninggal dunia.

Tentara tersebut adalah Kopral Romnick C Estacio.

Baca Juga: Seolah Tak Cukup Sekali, Suami Iis Dahlia Kembali Dikabarkan Menjalin Hubungan dengan Pramugari Junior, Pihak keluarga Hanya Bisa Mengelus Dada

"Cpl. Romnick C Estacio dari @PhilMarineCorps @PN_Speak gugur saat membebaskan dua WNI," tulis akun Twitter @Jatosint pada kolom keterangan.

Di luar itu semua, siapa yang menyangka jika adik sang kopral, Jethro Estacio ternyata juga gugur saat menjalankan tugas.

Jethro Estacio yang tergabung dalam Scout Rangers meninggal dunia saat bertempur melawan ISIS di Marawi pada 2017 silam.

Baca Juga: Mantan Suaminya Direbut Pelakor, Begini Sikap Sarita Abdul Mukti Saat Makan Malam Bareng Faisal Harris, Netizen Singgung Jennifer Dunn: Lagi Kepanasan!

"2017 lalu ia dan adiknya Jethro Estacio (scout ranger @hukbongkatihan) bertempur di Marawi melawan ISIS namun sayangnya sang adik gugur di sana,"tambahnya.

Ya, kakak beradik tersebut sama-sama gugur saat menjalankan tugas negara.

Akun Facebook Jackie Jean Estanislao Aspiras menuliskan bahwa Romnick C Estacio dan Jethro Estacio membayar kebebasan dengan pengorbanan tinggi.

Baca Juga: Ditinggal Citra Kirana Menikah Duluan, Ali Syakieb Justru Kepergok Jalan Bareng Wanita Cantik, Warganet Menyebut Sosoknya Mirip Dewi Perssik

"Dua saudara laki-laki gugur. Pahlawan-pahlawan tersebut dibesarkan oleh seorang ibu yang ditinggalkan dengan menahan rasa kehilangan mendalam

Hormat dan cinta untuk tentara kami

Terimaksih...

Kalian telah melakukan yang terbaik," tulisnya.

Twitter/@jatosint
Twitter/@jatosint

Seorang tentara Filipina meninggal dunia saat menyelamatkan WNI yang diculik Militan Abu Sayyaf

Baca Juga: Tantang Balik Para Pemburunya, Pemilik Akun Facebook Andre Maroz Penghina Kopassus Siap Serahkan Mahar Rp 1 Miliar Bagi yang Bisa Menemukannya, Tak Sadar Jika Dirinya Bisa Saja Terjerat Hukuman Penjara

Sebagaimana diberitakanoleh Kompas.com sebelumnya, sebanyak tigapelaut asal Indonesia disandera kelompok teroris Abu Sayyaf di Filipina.

Ketiganya diculik saat sedang mencari ikan di perairan Lahad Datu, Malaysia.

Kelompok Abu Sayyaf meminta tebusan Rp 8 miliar yang disampaikan melalui laman Facebook.

Dari informasi yang dihimpun Kompas.com, tiga nelayan Indonesia itu diketahui bernama Maharudin Lunani (48), anaknya Muhammad Farhan (27), dan kru kapal Samiun Maneu (27).

Screengrab from The Star
Screengrab from The Star

Ketiga nelayan Indonesia ketika dihadapkan dalam rekaman video yang dirilis Abu Sayyaf pekan lalu. Ketiganya ditangkap September lalu, di mana Abu Sayyaf meminta tebusan Rp 8 miliar.

Baca Juga: Suasana Ramai Mendadak Berubah Tenang Ketika Adzan Berkumandang, Ini Penampakan Desa Madinah di Jawa Timur, Hampir Semua Warganya Berpakaian ala Timur Tengah

Dalam video berdurasi 43 detik yang dirilis pekan lalu, Samiun menyebut diri mereka sebagai nelayan Indonesia dan bekerja di Malaysia.

"Kami ditangkap oleh Kelompok Abu Sayyaf pada 24 September 2019," ujar Samiun dalam bahasa Indonesia.

Mereka meminta perusahaan maupun pemerintah membebaskan mereka.

"Kami meminta kepada Presiden Indonesia untuk membebaskan kami. Mereka (Abu Sayyaf) meminta tebusan 30 juta peso (Rp 8 miliar)," ucap Samiun.

(*)

Tag

Editor : Siti Nur Qasanah

Sumber Kompas.com, Facebook, Twitter, BBC Indonesia