GridHot.ID - Tentara Filipina telah menyelamatkan dua pelaut Indonesia (Samiun Maneu dan Maharudin Lunani) yang diculik militan Abu Sayyaf.
Dilansir dari BBC Indonesia, penyelamatan tersebut berlangsung pada Minggu (22/12/219).
Sementara itu, satu orang pelaut lainnya bernamaMuhammad Farhan, masih diupayakan pembebasannya.
Menurut Kementerian Luar Negeri Indonesia, Muhammad Farhan merupakan satu-satunya WNI yang masih menjadi sandera di Filipina.
Namun demikian, proses penyelamatan pelaut Indonesia yang diculik militan Abu Sayyaf rupanya meninggalkan duka mendalam.
Mengutip akun Twitter @Jatosin, Senin (23/12/2019), saat proses penyelamatan, salah seorang tentara Filipina dikabarkan meninggal dunia.
Tentara tersebut adalah Kopral Romnick C Estacio.
"Cpl. Romnick C Estacio dari @PhilMarineCorps @PN_Speak gugur saat membebaskan dua WNI," tulis akun Twitter @Jatosint pada kolom keterangan.
Di luar itu semua, siapa yang menyangka jika adik sang kopral, Jethro Estacio ternyata juga gugur saat menjalankan tugas.
Jethro Estacio yang tergabung dalam Scout Rangers meninggal dunia saat bertempur melawan ISIS di Marawi pada 2017 silam.
"2017 lalu ia dan adiknya Jethro Estacio (scout ranger @hukbongkatihan) bertempur di Marawi melawan ISIS namun sayangnya sang adik gugur di sana,"tambahnya.
Ya, kakak beradik tersebut sama-sama gugur saat menjalankan tugas negara.
Akun Facebook Jackie Jean Estanislao Aspiras menuliskan bahwa Romnick C Estacio dan Jethro Estacio membayar kebebasan dengan pengorbanan tinggi.
"Dua saudara laki-laki gugur. Pahlawan-pahlawan tersebut dibesarkan oleh seorang ibu yang ditinggalkan dengan menahan rasa kehilangan mendalam
Hormat dan cinta untuk tentara kami
Terimaksih...
Kalian telah melakukan yang terbaik," tulisnya.
Sebagaimana diberitakanoleh Kompas.com sebelumnya, sebanyak tigapelaut asal Indonesia disandera kelompok teroris Abu Sayyaf di Filipina.
Ketiganya diculik saat sedang mencari ikan di perairan Lahad Datu, Malaysia.
Kelompok Abu Sayyaf meminta tebusan Rp 8 miliar yang disampaikan melalui laman Facebook.
Dari informasi yang dihimpun Kompas.com, tiga nelayan Indonesia itu diketahui bernama Maharudin Lunani (48), anaknya Muhammad Farhan (27), dan kru kapal Samiun Maneu (27).
Dalam video berdurasi 43 detik yang dirilis pekan lalu, Samiun menyebut diri mereka sebagai nelayan Indonesia dan bekerja di Malaysia.
"Kami ditangkap oleh Kelompok Abu Sayyaf pada 24 September 2019," ujar Samiun dalam bahasa Indonesia.
Mereka meminta perusahaan maupun pemerintah membebaskan mereka.
"Kami meminta kepada Presiden Indonesia untuk membebaskan kami. Mereka (Abu Sayyaf) meminta tebusan 30 juta peso (Rp 8 miliar)," ucap Samiun.
(*)