Hanya Bisa Mengendap-endap Sampai ke Tujuan, Sniper Terbaik Amerika Serikat Ini Rela Tak Tidur 4 Hari Demi Bunuh Satu Target Penting, Tak Terasa, Malah Babat Hampir 100 Pasukan Vietcong

Selasa, 24 Desember 2019 | 20:13
via Intisari

Carlos Hathcock

Gridhot.ID - Dalam peperangan memang semua bisa terjadi.

Kemampuan bertahan dan menyerang yang luar biasa harus bisa dimiliki tiap pasukan.

Salah satu pasukan yang benar benar harus memiliki skill khusus adalah para Sniper.

Baca Juga: Malang Melintang di Industri Hiburan Sejak Lama, Elly Sugigi Nyatanya Masih Tinggal di Kamar Kos yang Pengap, Handuk-handuk yang Menggantung Sembarang Jadi Sorotan

Bertempur sebagai seorang sniper harus memiliki stamina dan mental baja.

Pasalnya untuk membunuh satu target terpilih membutuhkan kesabaran tingkat tinggi dan konsentrasi penuh seperti dialami Carlos Hathcock, sniper ulung Korps Marinir AS (USMC).

Sebagai seorang sniper, bakat alami Carlos Hathcock sebagai sniper sudah terlihat dari sejak kecil.

Baca Juga: Bak Disambar Petir di Siang Bolong, Pasangan Suami Istri Ini Baru Tahu Kalau Mereka Saudara Kandung, Padahal Sudah Menikah Selama 30 Tahun

Selama usia remaja, Hathcock yang tinggal di pedesaan Little Rock, Arkansas sudah terbiasa memegang senjata api dan pergi berburu sendirian atau ditemani anjingnya.

Sewaktu berburu, Carlos bahkan mengandaikan sasaran yang ditembak sebagai tentara Nazi Jerman.

Kemahiran Carlos dalam berburu makin menjadi-jadi ketika ayahnya memberikan senapan bekas PD II.

Baca Juga: Dibongkar Semua! Hotman Paris Sebut Ada Pramugari yang Justru Bangga Diminta Layani Direksi, Sang Pengacara Sindir Habis Para Oknum Maskapai: Mending Kayak Gue Berantakan

Tak hanya ingin menjadi pemburu ulung, Carlos juga bermaksud bergabung dengan militer AS jika usianya sudah cukup.

Ketika berumur 17 tahun Carlos pun diterima di Korps Marinir AS dan segera menjalani latihan dasar kemiliteran.

Kemampuan Carlos sebagai penembak jitu langsung ketahuan ketika dirinya berlatih menembak di pusat pendidikan USMC, Camp Pendleton, sehingga para intruktur selalu mengirimkan Carlos di setiap ajang lomba menembak.

Baca Juga: Wanita Hamil dan Anaknya Tewas di Tempat, Ini Kelakuan Tentara Israel yang Bikin Geleng-geleng Kepala di Medan Perang, Bunuh Orang Tak Berdosa Saat Adu Tembak di Gaza

Sewaktu ditempatkan di Company E, 2nd Battalion, 4th Marines, Hawai, Carlos berhasil memenangi lomba tembak Pacific Division dengan mudah.

Usai tugas di Hawai, Carlos ditarik lagi ke AS dan ditempatkan di Marine Air Station, Cherry Point, North Carolina.

Berbagai kejuraan menembak kembali dimenangi Carlos dengan score 248 sementara nilai tertinggi yang kemungkinan bisa dicapai oleh para sniper adalah 250.

Baca Juga: Tewas Secara Tragis di dalam Goa Lele, Ini Penyebab Meninggalnya 3 Mahasiswa Anggota Mapala UNSIKA, Kepala BPBD Sebut Tak Minta Izin Jadi Faktor Utama

Nilai 248 yang pernah dipecahkan oleh Carlos belum ada yang melampaui hingga saat ini.

Tahun 1965 ketika USMC menggelar lomba menembak Wimbledon Cup di Camp Perry yang diikuti lebih dari 3000 petembak, Carlos kembali memenangkan lomba yang di kalangan USMC merupakan lomba tembak paling elit.

Pada tahun 1966 ketika Carlos ditempatkan ke Vietnam yang kemudian dilanda perang besar yang melibatkan puluhan ribu pasukan AS, tugas utamanya bukan sebagai pasukan tempur melainkan Polisi Militer.

Baca Juga: Bakal Jadi Pembeli Setia Boeing, Indonesia Bagai Negara Sultan yang Siap Beli 2500 Unit Pesawat Terbang, Punya Syarat Ketat untuk Kekang Amerika Serikat

Peran Carlos sebagai sniper baru terlaksana ketika Kapten Marinir Edward James Land bermaskud menggalakkan ketersediaan sniper di setiap peleton pasukan marinir.

Sebagai peraih piala juara menembak Winbledon Cup, Carlos kemudian ditempatkan di medan tempur yang terkenal ganas, Bukit 55, dengan tugas spesifik melumpuhkan para petinggi Vietcong dan Pasukan Vietnam Utara serta melumpuhkan sebanyak mungkin sniper lawan ( countersniper).

Kehadiran Carlos yang didampingi seorang observe (spotter) berpengalaman dan kebetulan dibesarkan di kawasan Pasifik yang beriklim tropis banyak membantu Carlos.

Baca Juga: Kecewa F-117 Miliknya Kurang Siluman Gara-gara Masih Terdeteksi, Amerika Serikat Kini Garap Pesawat yang Benar-benar Bisa Menghilang, Radar Secanggih Apapun Tak Akan Mempan

Tembakan jitu Carlos pun segera memakan korban. Puluhan personel Vietcong dan pasukan Vietnam Selatan tewas akibat tembakan maut Carlos yang bersenjata Winchester Model 70.

Salah satu taktik Carlos untuk menghabisi Vietcong adalah menembak personel yang berada di baris paling depan dan selanjutnya menghabisi Vietcong yang berada di barisan paling belakang.

Pasukan Vietcong yang kebingungan dan berusaha bersembunyi kemudian menjadi sasaran tembakan jitu Carlos satu demi satu hingga semua personel Vietcong habis.

Baca Juga: Dapat Lampu Hijau dari DPD RI, Pemekaran Papua Sudah di Depan Mata, Nano Sampono Sebut Bumi Cendrawasih Idealnya Jadi 7 Provinsi

Selain menghabisi musuh yang berhasil diendapnya, Carlos juga mendapat tugas khusus untuk menghabisi sasaran spesifik.

Dua sasaran besar yang pernah dibereskan Carlos adalah interogator asal Perancis yang bertugas di pasukan Vietcong.

Interogator yang dikenal kejam itu bertugas menyiksa para pilot AS yang tertawan dengan mengajukan pertanyaan yang disertai siksaan kejam. Teror yang selalu dilancarkan interrogator Perancis di seputar Bukit 55 demikian terkenal dan membuat takut para pasukan marinir AS.

Baca Juga: Dapat Lampu Hijau dari DPD RI, Pemekaran Papua Sudah di Depan Mata, Nano Sampono Sebut Bumi Cendrawasih Idealnya Jadi 7 Provinsi

Setelah melakukan pengendapan secara seksama, satu butir peluru Winchester Model 70 yang ditembakkan Carlos akhirnya berhasil menumbangkan interogator Perancis yang nahas itu.

Tugas lain yang bagi Carlos sangat menantang dan butuh kesabaran serta stamina tinggi adalah ketika dirinya mendapat misi rahasia untuk membunuh salah satu jenderal Vietnam Utara.

Perlu waktu, ketrampilan dan kesabaran tinggi untuk mencapai kemah sang Jenderal dan selalu dalam penjagaan ekstra ketat. Selama tiga hari Carlos tidak tidur dan terus merayap mendekati posisi jenderal Vietnam Utara yang berada di tendanya.

Baca Juga: Ngemis-ngemis Cinta pada Pegawai Bank Mandiri, Siwi Sidi Sampai Hadang dan Berdiri di Depan Mobil FH, Tak Punya Urat Malu Usai Kepergok Jadi Selingkuhan Heri Akhyar

Setelah merayap kurang lebih 2,5 km yang ditempuh secara perlahan dan nyaris memakan waktu empat hari, pada hari yang ke empat itu, pada jarak 731,52 m, sang jenderal tampak keluar dari tendanya.

Sebuah tembakan tunggal dari senapan Carlos menghantam tepat di bagian dada dan jenderal Vietnam Utara yang menjadi sasaran pun jatuh tewas.

Untuk membalas kematian petingginya pasukan Vietnam Utara segera melancarkan gempuran tembakan meriam artileri dan mortir dalam jumlah besar ke posisi pasukan AS yang bertahan di Bukit 55.

Baca Juga: Seharusnya Jadi Musuh Amerika Serikat Gara-gara Beli Senjata Rusia, Indonesia Justru Lolos dari Jerat Embargo Negara Paman Sam, Donald Trump Sampai Marah Meski Alasannya Masuk Akal, Ini Penyebabnya

Gempuran masif itu juga diharapkan bisa membunuh Carlos dan spotter-nya yang saat itu berusaha keras menuju Bukit 55 di bawah hujan peluru artileri musuh. Tapi Carlos yang sudah kelelahan dan kurang tidur akhirnya bisa kembali selamat ke sarangnya tanpa luka sedikit pun.

Carlos bahkan tetap selamat hingga Perang Vietnam usai. Selama bertugas sebagai sniper di Vietnam, Carlos behasil membunuh 93 prajurit Vietnam Utara dan gerilyawan Vietcong.

Artikel ini telah tayang di Intisari denga judul Kisah Sniper AS Merayap Sejauh 2,5 Km Selama 4 Hari Demi Tembak Mati Jenderal Vietcong.

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber intisari