Find Us On Social Media :

Kehabisan Peluru Gara-gara Digempur Habis-habisan, Kompeni Nekat Pakai Kotoran Manusia Sebagai Amunisi Meriam Terakhir Mereka, Pasukan Mataram Sampai Mundur Dibuatnya

Ilustrasi peperangan kerajaan Mataram

Gridhot.ID - Peperangan di masa penjajahan VOC memang masih menggunakan beberapa persenjataan manual.

Belum adanya teknologi modern membuat apapun bisa dijadikan alat untuk digunakan sebagai senjata peperangan.

Bahkan kotoran manusia pernah digunakan VOC untuk menggempur pasukan Tanah Air.

Waktu balatentara Mataram menyerang Batavia, tersebutlah bahwa pihak Kompeni sudah kehabisan peluru dan benteng Belanda hampir dapat direbut. Tiba-tiba pihak Kompeni mengisi meriam-meriamnya dengan kotoran manusia dan menembakkannya ke arah pasukan-pasukan Mataram.

Baca Juga: Rentalkan Kamar Kosnya pada Kaum Pacaran Seharga Rp 15 Ribu Per Jam, Pelajar SMK Ini Raup Penghasilan Ratusan Ribu Sehari, Cukup Sediakan Sediakan Tisu dan Kondom Sebagai Fasilitas

Karena tidak tahan pada baunya, balatentara Mataram itu lari mengundurkan diri sambil berteriak-teriak: "Mambet tahi! Mambet tahi!" (Bau tahi!).

Kisah diatas dapat kita jumpai dalam dongeng-dongeng tradisionil Jawa seperti "Babad Tanah Jawi" dan sebangsanya. Bahkan dalam kitab "Serat Baron Sakender" disebutkan bahwa kota Batavia dapat dibagi menjadi dua,yaitu Kota Tahi dan Kota Inten.

Sudah barang tentu kita akan tertawa mendengar atau membaca dongeng sedemikian. Lebih- lebih karena kita tahu bahwa nama "Betawi" itu berasal dari kata "Batavia".

Tetapi apakah "episode kotoran manusia" dalam dongeng itu juga hanya akal orang-orang Jawa dalam usahanya menutupi kegagalan mereka menyerbu Batavia? Nampak-nampaknya tidak! Sebab ada saksi-mata yang mengalami peristiwa itu sendiri dan menuliskan laporannya.

Baca Juga: Malang Melintang di Industri Hiburan Sejak Lama, Elly Sugigi Nyatanya Masih Tinggal di Kamar Kos yang Pengap, Handuk-handuk yang Menggantung Sembarang Jadi Sorotan

la adalah Seyger van Rechteren, seorang "Krankbezoeker", yaitu pegawai VOC yang tugasnya menengok dan menghibur orang-orang sakit, yang tiba di Batavia pada tanggal 23 September 1629. Jadi hanya beberapa hari saja sebelum terjadi serangan yang kedua kalinya dari Mataram.

Waktu serangan datang, Van Rechteren berada di benteng "Maagdelijn" yang letaknya ada di sudut Tenggara kota. Dengan mata-kepala sendiri ia menyaksikan betapa benteng itu dihujani meriam dan api.