Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade
Gridhot.ID - Bencana banjir yang menimpa sebagian besar wilayah Jakarta dan sekitarnya pada awal tahun 2020 sangat membuat repot masyarakat.
Tingginya debet air membuat banyak warga yang terjebak di rumah-rumah.
Bahkan, banjir kali ini sudah memakan korban.
Sebelumya dikabarkan seorang pemuda tewas karena tersengat listrik pada saat banjir.
Selain itu juga dikabarkan seorang pasutri warga RW 04 Kelurahan Cipinang Melayu, Muhammad Ali (82) dan Siti hawa (76) yang terjebak banjir diberitakan meninggal dunia dan kritis saat dievakuasi.
Nahas saat berhasil dievakuasi petugas gabungan sekira pukul 16.00 WIB tadi Hawa sudah meninggal dunia, sementara Ali dalam kondisi kritis.
"Istrinya meninggal, untuk suaminya dalam kondisi kritis. Istrinya meninggal karena terjebak di rumahnya saat banjir, jadi kelelep di air," kata Ketua RW 04 Kelurahan Cipinang Melayu Irwan Kurniadi, Rabu (1/1/2020).
Keduanya tak sempat menyelamatkan diri bersama warga RW 04 lainnya saat debit air luapan Kali Sunter meluap sekira pukul 02.00 WIB.
Ketinggian air di wilayah RT 04 tempat Ali dan Hawa tinggal pun paling tinggi di antara RT lain di wilayah RW 04, yakni nyaris empat meter.
"Suaminya tadi mungkin dibawa ke RS Budhi Asih, karena yang jaraknya dekat. Kondisinya tadi kritis, tapi saya enggak tahu kondisi pastinya," ujarnya.
Usai kabar ini tersebar, melansir dari Wartakotalive.com, anak Siti Hawa yakni Liana (59) membenarkan bahwa ibunya telah tiada lantaran meninggal akibat mengalami hipotermia saat terjebak banjir.
Namun demikian, ayahnya selamat dan berhasil dievakuasi.
"Yang meninggal Ibu saya saja, kalau Bapak sih Alhamdulillah selamat," kata Liana di posko pengungsian, Universitas Borobudur, Cipinang Melayu, Makasar, Jakarta Timur, Kamis (2/1/2020).
Ia menceritakan bahwa kedua orang tuanya memang tinggal hanya berdua di rumah.
Sementara anak-anaknya tinggal di RT yang berbeda.
Kala itu, Senin (1/1/2020), setelah perayaan tahun baru, keduanya tidur di kamar.
Hingga kemudian banjir tiba-tiba merangsek masuk ke dalam rumah pada pukul 02.00 WIB.
"Banjirnya itu deras, airnya kencang, jadi Bapak sama Ibu kaget. Air cepat masuknya. Tiba-tiba sudah tinggi saja," katanya.
Oleh sebab itu pasangan lansia tersebut tak sempat menyelamatkan diri dari dalam kamar lantaran ketinggian air telah mencapai 2 meter ketika mereka tersadar.
Padahal keduanya masih dalam kondisi sehat dan tak memiliki riwayat penyakit berat.
"Kasurnya Bapak kan diplastikin, jadi pas air masuk kasurnya ngambang. Nah Bapak sama Ibu itu di atas kasur. Tapi karena kaget, jadi ibu jatuh dari kasur terus kerendem air," ucap Liana.
Ali yang telah berumur berupaya untuk menyelamatkan istrinya.
Namun ia kesulitan lantaran terjepit kasur dan plafon rumah sehingga tak bisa berbuat banyak.
Dalam kondisi terjepit, Ali berusaha untuk mengetuk-ngetuk tembok rumahnya agar terdengar oleh warga.
Upayanya baru membuahkan hasil setelah 13 jam terjepit di antara kasur dan plafon dengan ketinggian banjir sekira 2-3 meter di dalam kamar.
"Tetangga saya denger suara dari tembok pas jam 3 siang, dia baru nyadar kalau masih ada orang tua saya kejebak di dalam. Terus warga pada jebolin tembok kamar dari luar pakai palu," tuturnya.
Saat dievakuasi, Ali ditemukan terkulai lemas di atas kasur.
Namun sayangnya, nyawa Siti tak tertolong, ia ditemukan mengambang di kamar tidurnya.
"Ibu saya sudah enggak ada pas dievakuasi. Kalau Bapak langsung dibawa ke RS Budhi Asih. Sekarang sudah sehat Alhamdulillah, kami bawa ke posko saja biar kepantau sama anak-anaknya," kata Liana.
Menteri Sosial Juliari Batubara yang memantau ke posko di Universitas Borobudur secara langsung memberikan santunan kepada Ali sebesar Rp 15 juta.(*)