Gridhot.ID -Kemunculan sekelompok orang yang menamakan diri sebagai Keraton Agung Sejagat di Purworejo, Jawa Tengah, menuai perhatian publik.
Sejumlah foto aktivitas kelompok tersebut juga viral di media sosial.
Kelompok yang dipimpin oleh sosok yang dijuluki Sinuhun ini mengklaim bahwa KeratonAgung Sejagat (KAS) memiliki kekuasaan di seluruh dunia.
Mendampingi pemimpinnya atau Sinuhun, ada pula seorang layaknya permaisuri sebuah kerajaan yang dijuluki Kenjeng Ratu.
Melansir dari Tribunnews.com, dia adalah Totok Santosa Hadiningrat, atau dengan julukannya Sinuhun Totok Santosa Hadiningrat.
Sementara istrinya dipanggil Kanjeng Ratu Dyah Gitaraja.
Kerajaan Agung Sejagat (KAS) juga dilengkapi dengan bangunan yang mereka sebut keraton dan pakaian adatnya sendiri.
Totok Santosa Hadiningrat, atau yang kerap dipanggil Sinuhun oleh pada punggawa pengikutnya ternyata pernah menjadi pemimpin sebuah organisasi bernama Jogjakarta Development Committe (JOGJA-DEC).
Jogjakarta Development Economic Committe (DEC) adalah organisasi yang bergerak di bidang kemasyarakatan dan kemanusiaan.
Hal tersebut dibenarkan oleh tetangga yang tinggal dekat dengan istana Keraton Agung Sejagat (KAS), Sri Utami (40).
Bahkan, Sri Utami mengaku dulu pernah menjadi anggota Keraton Agung Sejagat (KAS).
"Sekitar tiga tahun yang lalu, awal kegiatannya seperti membantu rakyat kecil.
Waktu terbentuk sudah ada bidang-bidangnya seperti pendidikan, sanitasi dan lain-lainnya," ujar Utami dikutip dari Tribunjateng.com, Selasa (14/1/2020).
Dari penjelasan Utami, dalam DEC dulu sempat ada iuran kartu anggota (KTA) sebesar Rp 15 ribu.
"Selain iuran KTA suruh bayar seragam juga senilai Rp 3 juta. Seragamnya itu dulu seperti army atau militer loreng-loreng," katanya.
Totok Santosa Hadiningrat, atau Sinuhun itu sendiri menjanjikan mendatangkan Dolar Amerika Serikat ke Indonesia.
Uang tersebut diklaim untuk membiayai kegiatannya dan memberi kesejahteraan bagi bangsa Indonesia.
Lama kelamaan karena merasa tidak ada kegiatan yang jelas dan hanya kumpul-kumpul saja, Utami akhirnya memutuskan keluar dari EDC.
"Bilangnya bergerak di bidang kemanusiaan, tetapi nyatanya belum ada yang disalurkan. Karena keberadaanya EDC itu dulu masih merintis disini," tambahnya.
Sri Utami yang rumahnya hanya berjarak 2 rumah dari Istana Keraton Agung Sejagad (KAS) menceritakan jika sedang tidak ada kegiatan rumah atau istana tersebut.
Dan sering kali istana dibiarkan kosong.
Pasalnya para anggota atau yang disebut punggawa kerajaan berasal dari luar dan mereka memiliki pekerjaan masing-masing.
Rumah dan lahan yang saat ini digunakan sebagai Keraton Agung Sejagat adalah milik dari Cikmawan (53) warga asli RT 3 RW 1 Desa Pogung Jurutengah, Kecamatan Bayan, Purworejo.
Diketahui ternyata Cikmawan adalah Adipati Djajadiningrat adalah bagian dari punggawa keraton atau sebagai koordinator ndalem Keraton Agung Sejagat.
Warga sekitar jarang melihat secara langsung karena memang setelah datangnya batu besar ada sedikit ketakutan.
"Mengganggu sih sebenarnya, tetapi selama tidak mengganggu masyarakat tidak masalah, karena mereka itu kejawen," paparnya.
Yang menjadi permasalahan bagi warga adalah kegiatan atau kumpul malam-malam mereka yang terlihat mencurigakan dan terkesan mistis.
"Pokoknya sebulan itu dua atau tiga kali pertemuan dan sebetulnya kumpul-kumpul seperti itu sudah lama, cuma menang ramai itu setelah datangnya batu besar itu," pungkasnya.(*)
Artikel ini telah tayang di Suar.ID dengan judul "Pengakuan Mantan Anggota Keraton Agung Sejagat, Disuruh Bayar Jutaan Hanya untuk Seragam hingga Dijanjikan Dolar AS"