Gridhot.ID - Demi menjaga kedaulatan perairan laut Natuna yang sedang panas situasinya, pemerintah akan mengirim ratusan nelayan Pantura ke perairan Natuna.
Hal ini bertujuan supaya nelayan Pantura menangkap ikan sebanyak-banyaknya sekaligus membentengi perairan ZEE Indonesia dari aksi jahil kapal-kapal asing yang melakukan illegal fishing atau curi ikan.
Sebelumnya, perencanaan ini telah disampaikan oleh Menkopolhukam, Mahfud MD.
Menkopolhukam Mahfud MD menjelaskan, banyaknya kapal asing masuk perairan Natuna disebabkan oleh kurangnya aktivitas nelayan lokal. Maka perlu segera dikirim ratusan nelayan Pantura ke Natuna.
Mahfud MD memastikan akan memperlancar izin dan memberi perlindungan agar saat mereka melaut tidak diganggu oleh kapal asing.
Tribun Jateng datang ke Pelabuhan Tegal yang banyak kapal-kapal nelayan bersandar. Kapal-kapal berbagai ukuran itu ditambat di Pelabuhan Tegal.
Sesaat sebelum berlayar, nelayan bersama keluarga dan warga setempat menggelar doa selamatan di atas kapal.
Dengan harapan selamat pergi sampai tujuan dan pulang bawa ikan tangkapan melimpah ruah.
Kamis (16/1/2020) sore itu kebetulan ada kapal baru yang akan berlayar perdana. Ada doa selamatan di atas kapal, sebagaimana tradisi rutin dijalani masyarakat Tegal.
Siap Diberangkatkan
Mereka sudah mengetahui bahwa akan ada nelayan Tegal diberangkatkan ke Natuna. Namun mereka belum tahu siapa saja yang akan dikirim ke Natuna, dan kapan akan berangkat.
Ia mengaku, dulu sekitaran tahun 80an pernah berlayar ke Natuna untuk mencari ikan.
Suasananya sama seperti perairan Jawa. Dulu belum ada kapal asing cari ikan di perairan tersebut. Sekarang sudah ricuh.
"Dulu biasa saja, belum ricuh seperti sekarang," ujar Pujiono, nelayan senior.
Namun kini, tidak ada nelayan Tegal yang mencari ikan sampai ke Natuna.
Biasanya ke arah Timur seperti Sulawesi hingga Papua.
Kesiapan Pujiono untuk diberangkatkan ke Natuna karena jiwa nasionalisme ingin membantu pemerintah Indonesia sekaligus geram dengan adanya nelayan asing.
Ia pun tidak takut dengan adanya kapal asing karena dalam misi ini pasti juga akan dibantu dari TNI AL dari segi keamanannya.
"Belum tahu siapa dan kapan akan berangkat. Kalau saya disuruh berangkat, saya siap," kata Pujiono seorang ABK yang mengikuti acara syukuran kapal baru sore itu.
Tak jauh dari lokasi syukuran, Suminah terlihat bediri di pinggir pelabuhan. Ia tengah menunggu suaminya untuk pergi berlayar.
Rencananya kapal ikan tempat suaminya bekerja akan berangkat selama dua minggu di perairan Jawa.
Berbeda dengan Pujiono, Suminah justru tak mengizinkan jika suaminya berangkat dalam misi Natuna.
Alasan keamanan menjadi pertimbangan dirinya tak mau melepas suami karena takut terjadi hal yang tidak diinginkan.
Selain itu ia pun sudah merasa cukup dengan pekerjaan yang kini dilakukan suaminya. Setiap berlayar dua bulan, upah yang didapat minimal Rp 10 juta.
"Tapi jadi istri nelayan harus sabar karena sering ditinggal dengan waktu lama, didarat paling cuma seminggu, waktunya lebih banyak di laut," imbuhnya.
Para nelayan yang ditemui Tribun Jateng mengaku sudah tahu rencana Pemerintah Pusat akan mengirim ratusan nelayan Pantura ke perairan Natuna.
Namun belum tahu kapan akan berangkat. Biasanya nelayan Pantura, mencari ikan di perairan Kalimantan, Laut Jawa, Sulewasi dan Papua.
Tidak sampai ke Natuna yang dikenal punya ombak besar. Namun mereka mangaku siap kapan saja diberangkatkan ke Natuna dengan syarat difasilitasi dan dilindungi oleh pemerintah.
Baca Juga: Mangkir Saat Dipanggil Polisi, Siwi Widi Pamer Foto Ini, Kondisi Ibunya Dijadikan Alasan
35 Kapal Rembang Bersiap
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Jateng, Fendiawan Tiskiantoro membenarkan adanya rencana memberangkatkan nelayan pantura ke Natuna.
Fendiawan menyebut, nelayan Pantura yang dimaksud yaitu berasal dari daerah Tegal, Jepara dan Rembang.
Pemerintah sudah melakukan rapat bersama untuk membahas terkait mobilisasi nelayan ke Natuna.
Bukan hanya nelayan dari Jawa Tengah yang disiapkan melainkan juga dari Sulawesi dan Sumatera.
Menurutnya, sudah ada 35 kapal berukuran di atas 75 GT milik nelayan Rembang yang akan berangkat ke Natuna.
Sedangkan untuk nelayan dari daerah lain Fendiawan tidak menjelaskan.
Menurutnya, perairan Natuna memiliki kekayaan laut yang berlimpah karena letak geografisnya pertemuan dua arus.
Potensi yang luar biasa tersebut sehingga membuat banyak nelayan dari negara tetangga seperti China, Thailand dan Vietnam tertarik menangkap ikan di wilayah tersebut.
Pemerintah harus tegas mengatasi masalah ini. Jangan sampai kekayaan laut Indonesia justru dinikmati oleh nelayan dari negara asing.
Terkait kesiapan, kapal nelayan Jateng bertonase besar cukup banyak hampir ada 800 kapal berukuran di atas 30 GT. Kapal besar itu mempunyai kemampuan menangkapkan dalam jarak jauh.
Minta Kesediaan BBM
Sebelum diberangkakan, nelayan minta kepada pemerintah untuk disediakan BBM yang terjangkau mengingat jarak tempuh cukup jauh.
Selain itu juga terjaminnya keamanan dari Badan Keamanan Laut (Bakamla) RI dan TNI AL, karena nelayan asing cenderung berani melawan nelayan Indonesia.
Di samping itu, pemerintah juga perlu menyiapkan infrastruktur lain seperti pelabuhan serta tempat pengolahan ikan yang representatif di wilayah sekitar perairan Natuna.
Sehingga hasil tangkapan ikan bisa segera didistribusikan dan nelayan tidak perlu meninggalkan perairan Natuna terlalu jauh.
"Kalau nelayan Jateng rata-rata sudah dilengkapi freezer sehingga hasil tangkapan bisa langsung dibekukan dibawa ke Jateng. Idealnya memang diproses di Natuna mungkin infrastruktur belum layak. Sehingga dibawa ke Jakarta karena permintaan di Jateng dan Jakarta lebih tinggi. Cumi bisa Rp100 ribu per kilogram," kata Fendiawan Tiskiantoro.
Kesempatan Pakai Cantrang
Nelayan di Kota Tegal antusias untuk diberangkatkan ke perairan Natuna. Bagi mereka ini momen penting untuk mencari ikan sebanyak mungkin. Merasa dibutuhkan pemerintah. Hal ini jadi nilai tawar bagi nelayan untuk mendesak pemerintah agar mencabut aturan pelarangan penggunaan cantrang.
Keuntungan lain dari misi Natuna adalah para nelayan pasti akan difasilitasi. Selama ini dalam berlayar mereka sebenarnya ingin mencari ikan ke mana-mana. Namun terhalang biaya operasional yang mahal khususnya BBM. Maka wajar mereka ingin ada subsidi solar untuk berangkat ke Natuna.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan, Pertanian dan Pangan Kota Tegal, Noor Fuady mengatakan, rencana pemberangkatan nelayan Tegal ke Natuna sepenuhnya dipegang oleh pemerintah pusat. Pihaknya tidak dilibatkan dalam rencana tersebut. Melainkan hanya mendengar pemberitaan di media.
Sepengetahuannya dari operasi Natuna ini adalah kapal yang dipersyaratkan atau boleh ikut serta minimal bertenaga di atas 30 GT. Untuk ukuran tersebut, Noor Fuady menjelaskan bawah proses perizinannya berada di pusat sehingga dirinya tidak mengetahui data secara pasti.
"Di Tegal ini mungkin ada 300 pengusaha kapal. Masing-masing orang ada yang punya dua hingga tiga kapal. Tapi untuk kapal besar izinnya langsung di pusat sehingga kami tidak punya data pasti ada berapa jumlahnya. Kami mengurusi nelayan-nelayan kecil jarak operasi 4 mil jumlahnya ada 700an nelayan kapal kecil, " ujarnya.
Dulu tahun 2000an nelayan Tegal pernah dikerahkan untuk menjaga perairan di Natuna, menggunakan kapal purse seine. Namun pihaknya tidak mengetahui siapa saja nelayan asal Tegal yang kala itu ikut berangkat.(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul "Nelayan Pantura Sudah Siap Dikirim ke Natuna, Tapi Minta Jaminan Keamanan"