Akan Buat 17 Pulau di Lepas Pantai Dalam Bentuk Garuda, Belanda Ingin Selamatkan Jakarta dari Kemungkinan Tenggelam Tahun 2050, Butuh Biaya Capai Rp 555 Triliun

Minggu, 26 Januari 2020 | 07:42
Kolase/Tribunnews/The Guardian

Skenario gila untuk selamatkan Jakarta dari banjir.

Gridhot.ID -Perubahan iklim global semakin menunjukkan pengaruhnya di berbagai penjuru dunia.

Bahkan di Indonesia, dampak perubahan iklim global sudah mulai terlihat.

Pada 1 Januari 2020, hujan lebat melanda beberapa kawasan di Pulau Jawa, daerah terdampak dari hujan tersebut adalah Jakarta.

Baca Juga: Pilih Bungkam Soal Banjir Jakarta Hingga Minta Masyarakat Percaya Kinerja Anies Baswedan, Ahok Ternyata Pernah Disebut Tidak Manusiawi Saat Tertibkan Bangunan Liar untuk Normalisasi

Kota ini memang rawan mengalami banjir sejak banjir terparah terjadi tahun 2007 silam.

Jakarta disebut sebagai kota pertama yang mungkin akan tenggelam laiknya Venesia yang memiliki laju 2mm per tahun.

Jan Sopaheluwakan, peneliti geoteknologi memprediksi Jakarta akan benar-benar tenggelam tahun 2050.

Baca Juga: Siswi SMPN 147 Jakarta yang Tewas Lompat dari Gedung Sekolah Diduga Korban Bully, Keluarga Nadia Justru Dituding Lakukan Kekerasan Fisik, Sang Kakak: Jangan Sok Tau, Kalau Emang Peduli Kunjungi Makamnya, Doakan!

Daerah-daerah di Jakarta Utara, termasuk tembok laut yang dirancang untuk melindunginya, diperkirakan tenggelam sekitar 25cm setahun.

Sebuah situs berbasis di Inggris The Guardian, menyebut Jakarta tenggelam karena amblesan.

Mereka juga memberikan gambaran bagaimana skenario amblesnya Jakarta dan upaya penyelamatan yang membutuhkan biaya hingga Rp 555 triliun.

Baca Juga: Pilih Bungkam Soal Banjir Jakarta Hingga Minta Masyarakat Percaya Kinerja Anies Baswedan, Ahok Ternyata Pernah Disebut Tidak Manusiawi Saat Tertibkan Bangunan Liar untuk Normalisasi

Masalah amblesan ini diperburuk oleh ledakan blok apartemen baru, pusat perbelanjaan dan bahkan kantor pemerintah, yang meskipun ada pembatasan resmi pada ekstraksi air tanah.

Tidak hanya mengambil air dari tanah berpori ini tetapi juga menambah beratnya dan memadatkannya.

Konkretisasi Jakarta juga menyebabkan peningkatan limpasan, membuat banjirterasa lebih buruk sementara hal itu membuat air tidak meresapkembali dan menjadi persediaan air tanah.

Baca Juga: Ibu Kota Kembali Tergenang Air, Politisi PDIP Tertawa Saat Tanggapi Terobosan Baru Anies Baswedan Soal Peringatan Dini Banjir Jakarta: Entar Toanya Baterainya Habis

Ketika bahaya amblesan terus meningkat, bahaya banjir dan bencana tumbuh disebabkan oleh gelombang laut yang menghancurkan.

Air sungai di musim hujan membengkak dan membentur tepian gravitasi sehingga tidak membantunya mengalir sampai teluk.

Bahaya banjir sama tuanya dengan kota itu.

NCICD/The Guardian
NCICD/The Guardian

Peta proyenk NCICD

Baca Juga: Sebelum Lompat dari Gedung Sekolah, Nadia Sempat Kirim Pesan pada Sosok Ini, Siswi SMPN 147 Jakarta Itu Khawatirkan Hal Ini Daripada Nyawa Sendiri

Belanda mantan penjajah yang pernah singgah di Jakarta pun pernah berupaya mengendalikan banjir dengan membangun jaringan kanal dalam upaya mengendalikan aliran air.

Tetapi tidak pernah mengatasinya, dan kini para insiyur dan pengusaha Belanda disebut menawarkan proposal untuk mengendalikan air untuk kembali ke tanah.

Tawaran untuk menyelamatkan Jakarta adalah dengan rencana dramatis dan kontroversial, yang disebut Giant Sea Wall dan proyek Great Garuda.

Baca Juga: Buntut Panjang Banjir Bandang di Ibu Kota, Anies Baswedan Digugat oleh Ratusan Korban, Pemprov DKI Jakarta: Biasa Saja Sih

Tawaran proposalnya membutuhkan biaya 40 miliar Dollar AS untuk membuat tanggul besar melengkung 25 mil melintasi Teluk Jakarta.

Ini akan menciptakan laguna buatan manusia yang besar dengan megacity pantai baru yang dibangun disekitar tanah reklamasi.

Proyek ini, yang secara resmi dikenal sebagai program Pengembangan Pesisir Terpadu Ibukota Nasional (NCICD), didukung oleh bantuan dari pemerintah Belanda.

Baca Juga: Dipenuhi Lelaki Hidung Belang dan Kupu-kupu Malam, Gunung Kemukus Ternyata Masih Simpan Sisi Kelam Dibalik Tradisi Ngalap Berkahnya, Dikelola Baik Oleh pemerintah Sragen Sebagai Tempat Ziarah

Reklamasi tanah direncanakan untuk membuat 17 pulau di lepas pantai kota, dan dirubah menjadi konsep ambisius untuk kota di tepi laut baru.

Menyebar keluar dari dinding laut dalam bentuk garuda.

Dari atas ilustrasi ini sangat mirip dengan pulau Palm buatan di lepas pantai Dubai, calon pengembangnya juga mencari inspirasi lebih dekat dan berencana membangun gedung pencakar langit yang mewah laiknya Pulau Sentosa Singapura.

Baca Juga: Rumahnya Terendam Banjir, Nyawa Ibu di Jakarta Utara Melayang Akibat Tersetrum Kulkas, Sang Bayi yang Masih Berusia 4 Bulan Nyaris Bernasib Sama

Champions mengatakan Giant Sea Wall akan segera menjadi satu-satunya cara untuk menyelamatkan kota dari bencana banjir yang melanda.

Tetapi sekema itu tampaknya bukan pilihan terbaik, dan justru terperosok dalam gugatan hukum, skandal, dan kontroversi moral.

Khusunya penggusuran massal desa nelayan, dan komunitas tepi laut.

Baca Juga: Serangan Balik Ervin Luthfi ke Mulan Jameela, Tak Terima Posisinya Jadi Anggota DPR RI Digantikan Istri Ahmad Dhani, PTUN Jakarta Diharap Bisa Mengadili

Koalisi luas ilmuwan Indonesia, aktivis tanah dan penduduk lokal mengatakan itu adalah proyek aneh dan tidak perlu yang akan mendatangkan bencana lingkungan dan sosial.

Mereka berpendapat kehidupan komunitas nelayan tradisional dihancurkan ketika penggusuran massal diberlakukan.

Mereka juga mengklaim bahwa membentur teluk akan mengubahnya menjadi "septik laguna" dari air tawar yang terperangkap.

Dengan sedikit pengolahan limbah untuk air sungai yang mengalir ke teluk, upaya perusahaan ini untuk "membersihkan" pantai Jakarta bisa berakhir dengan efek sebaliknya.

Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul: "Disorot Dunia Sebagai Kota Paling Potensial Tenggelam, Beginilah Skenario Gila Untuk Menyelamatkan Jakarta yang Butuh Biaya Hingga Rp555 Triliun."

(*)

Tag

Editor : Candra Mega Sari

Sumber Intisari Online