Arahkan Moncong Meriam ke Istana Negara, Tingkah Kemal Idris Memang Banyak Menimbulkan Kontroversi, Sang Mayor Jenderal Bahkan Harus Meninggalkan Jabatan Militer Lantaran Laporan Orang Lain yang Tak Suka Dengannya

Senin, 10 Februari 2020 | 11:25
Ist

Kemal Idris

GridHot.ID - Mayor Jenderal Kemal Idris merupakan anggota militer yang berpengaruh.

Selain itu, Kemal Idris juga dikenal sebagai sosok yang kontroversial

Hal itu tak lain karena keberaniannyamengarahkan mulut meriam ke arah Istana Negara pada 17 Oktober 1952.

Baca Juga: Pertama Kali Buka Instagram Presiden Jokowi, Perancang Kebaya Kondang Ini Langsung Kecewa: Saya Hampir Tidak Bisa Berpikir dengan Apa yang Saya Lihat

Walau begitu, Kemal Idris teteplah Kemal Idris.

Berkat prestasi, keberanian, dan sifat loyalnya sebagai prajurit, Kemal Idris diangkat sebagai Pangkostrad menggantikan Mayjen Umar Wirahadikusumah padatahun 1967.

Ketika menjabat Pangkostrad, Kemal Idris berperan besar dalam mendukung gerakan mahasiswa menentang Orde Lama.

Diabekerjasama erat sekali dengan Panglima Siliwangi Mayjen Dharsono dan komandan RPKAD Kolonel Sarwo Edhi Wibowo untuk mematahkan usaha-usaha yang hendak mencegah timbulnya Orde Baru.

Baca Juga: Lupakan Masker dan Sarung Tangan, Seorang Penasehat Medis Ungkap Cara Paling Ampuh Tangkal Penyebaran Virus Corona, Apa Itu?

Kemal Idris bahkan sering diminta berbicara di depan pertemuan para mahasiswa.

Bertahan dua tahun sebagai Pangkostrad, Kemal Idriskemudian menjabat sebagai Panglima Komando Antar-Daerah untuk Kawasan Indonesia Timur.

Karier militer terakhir yang diembannya adalah Panglima Komando Wilayah Pertahanan (Pangkowilhan) dengan pangkat Letnan Jenderal.

Baca Juga: Tertawa-tawa, Megawati Soekarnoputri Singgung Soal Kenakalan Prabowo Subianto Semasa Jadi Taruna Akademi Militer: Kalau Mau Nempeleng, Kasih Saja Pipinya

Saat mundur dari dunia militer, dalam memoar bukunya yang berjudul Bertarung Dalam Revolusi, ia mengatakan, "Barangkali karena sikap saya yang keras dan tak kenal kompromi, akhirnya saya tak disukai oleh sesama pendukung Orde Baru. Ada yang memasukkan laporan nggak bener kepada Pak Harto. Dan akhirnya saya harus rela meninggalkan jabatan militer saya".

Sebagaiinformasi, pada September 1972, Kemal Idris diangkat menjadi duta besar Yugoslavia merangkap Yunani.

Usai bertugas sebagai Dubes dan kembali ke Indonesia, kondisi politik Orde Baru sudah berubah banyak dan Kemal pun 'menganggur'.

Baca Juga: Bikin Tetangga Bergidik Ngeri, Pria Ini Bongkar Makam Istrinya Secara Sengaja, Bawa Tulang Belulangnya untuk Dijadikan Teman Tidur Selama 16 Tahun Terakhir

Sebenarnya Kemal Idris telah ditawari jabatan sebagai petinggi BUMN dan calon anggota MPR/DPR.

Namun, semua itu ditolak karena dianggap bukan kemampuannya.

Tapi Kemal Idris tak mau tinggal diam.

Baca Juga: 20 Tahun Lepaskan Diri, Timor Leste Kini Kalang Kabut Hadapi Wabah Virus Corona, Minta Bantuan Indonesia Sediakan Tempat Karantina: Kita Tidak Punya Fasilitas Apa-apa

Saat melihat kota Jakarta yang kumuh dan penuh sampah, Kemal Idris mendirikan PT Sarana Organtama Resik (SOR).

Usaha dari bawah dengan modal pribadi yang lalu berkembang besar dengan lebih dari 700 karyawan.

Sepak terjang dalam dunia kebersihan itu mengundang kekaguman sehingga muncul julukan sebagai 'Jenderal Sampah'.

Baca Juga: Janjinya Tak Kunjung Ditepati, Menteri Perdagangan Kini Dilaporkan ke Polisi, Agus Suparmanto Diduga Terlibat Kasus Penipuan Rp 500 Miliar, Pelopor Dituding Hanya Cari Sensasi

Julukan yang sebenarnya bertujuan untuk berkelakar yang diterima dengan lapang dada oleh Sang Jenderal yang sangat berjiwa besar itu.

Kemal Idris wafat karena usia tua (87 tahun) pada 28 Juli 2010 di Jakarta.

Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul "Kemal Idris, Jenderal Sampah Anti-Sukarno yang Pernah Arahkan Moncong Meriam ke Arah Istana Negara"

(*)

Tag

Editor : Siti Nur Qasanah

Sumber Intisari Online