Dulu Susah Setengah Mati Cari Tenaga Medis yang Mau Ditempatkan di Pedalaman, Putra Asli Papua Ini Sekarang Ditunjuk Erick Tohir Jadi Bos Freeport Indonesia, Duduki Kursi Setelah Berkarier dari Bawah

Selasa, 18 Februari 2020 | 18:42
Kolase Tribunnews.com

Claus Wamafma dan Erick Thohir

Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade

Gridhot.ID - Perusahaan tambaang emas terbesar Freeport baru-baru ini telah mengalami perombakan jajaran direksi dan Komisaris.

Melansir dari Kompas.com, perombakan tersebut langsung dilakukan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.

Dalam perombakan ini, Erick menunjuk seorang putra asli Papua untuk masuk dalam jajaran bos PT Freeport Indonesia.

Baca Juga: Awalnya Disepelekan Peneliti Harvard, Menkes Buktikan Usahanya hingga Buat Takjub WHO, Dapat Kepercayaan Indonesia Bersih dari Virus Corona

Putra asli Papua yang ditunjuk Erick, yakni Claus Wamafma.

Sebelum masuk ke jajaran direksi, Claus menjabat sebagai Senior Vice President CSR, Partnership Fund, and Community Development Freeport.

Seperti diketahui, mayoritas saham atau 51 persen saham Freeport Indonesia sudah ada di tangan salah satu BUMN, yakni PT Inalum, sejak akhir 2018.

Baca Juga: Tembak Kepala Ayah Ibunya hingga Tewas, Siswi Teladan Ini Puas Luapkan Kemuakannya, Merasa Tertekan Dituntun Terus Berprestasi

Ini juga menjadi representasi kepemilikan Pemerintah Indonesia atas saham perusahaan tambang yang memiliki induk di Amerika Serikat tersebut.

Arya menjelaskan, pengangkatan Claus membuktikan bahwa putra asli Papua memiliki kemampuan menjadi petinggi di perusahaan multinasional.

“Ini baru pertama (orang asli Papua masuk ke jajaran direksi Freeport). Dia (Claus) berkarier dari bawah,” kata Arya.

Sementara itu sosok Claus Wamafma lahir di Manokwari tahun 1973.

Baca Juga: Dituduh Bunuh Dua Gadis, Bocah 14 Tahun Ini Nasibnya Berujung Tragis, Dipaksa Mengaku hingga Dikursilistrikan

Elisabeth Novina

Wilayah pertambangan yang dioperasikan perusahaan Freeport-McMoran Cooper & Gold Inc. di Papua.

Ia merupakan jebolan Institut Teknologi Bandung (ITB).

Sementara pendidikan dasar sampai menengah diselesaikannya di Fakfak dan Jayapura.

Sebelumnya, Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga, mengungkapkan klalau “Claus Wamafma ini putra asli Papua dan dia berkarier sudah 20 tahun di Freeport,” ujar Arya, Senin (17/2/2020).

Baca Juga: Alasan Ahok Lirik Puput Nastiti Devi untuk Diperistri, Publik Tak Menyadari Ternyata Mantan Polwan Tersebut Punya Kesamaan dengan Veronica Tan, Simak Kemiripannya!

Jadi, Claus Mamafma bukan orang baru di Freeport Indonesia.

Sebelum ditunjuk sebagai anggota direksi, dirinya pernah menduduki posisi Wakil Presiden Pengembangan Komunitas PT Freeport Indonesia sejak tahun 2014.

Rekam jejak karirnya dihabiskan di raksasa tambang yang dulunya penanaman modal asing (PMA) asal Amerika Serikat tersebut.

Melansir dari Harian Kompas, 1 Desember 2014, tugasnya di Freeport Indonesia saat itu yakni bertugas di kegiatan CSR dan pemberdayaan masyarakat, khususnya yang berada di area sekitar operasi perusahaan.

Baca Juga: Temuan Coretan Palu Arit di Purbalingga, Warga Desa Tak Terima di Cap Antek PKI, Tuding Petugas DPU Jadi Dalang Dibaliknya

kolase tribunmedan.com
kolase tribunmedan.com

Claus Wamafma

Pelayanan kesehatan di dua rumah sakit Freeport jadi salah tanggung jawab Claus Wamafma.

Di Distrik Tembagapura, Mimika, lokasi beroperasinya PT Freeport Indonesia, perusahaan tambang multinasional, terdapat dua fasilitas kesehatan.

RS Tembagapura milik Freeport memberi layanan gratis bagi karyawan Freeport Indonesia dan warga sekitar yang merupakan tujuh suku asli di wilayah itu, yakni Damal, Ekari, Amungme, Kamoro, Moni, Dani, dan Mee.

Baca Juga: Isi DMnya ke Vanessa Angel Terbongkar, Dedy Susanto Buat Murka Bibi Ardiansyah, Borok Psikolog Diduga Cabul Diumbar Habis

Total kunjungan per hari 200 orang.

Selain itu, terdapat RS Waa Banti, yang terletak di luar area operasi PT Freeport Indonesia.

Claus Wamafma juga yang bertanggung jawab pada layanan kesehatan yang disediakan Freeport untuk masyarakat pedalaman di Mimika, Papua.

”Kami kesulitan mencari tenaga yang mau bermukim di pedalaman berbulan-bulan,” kata Claus Wamafma saat itu.(*)

Tag

Editor : Nicolaus

Sumber Kompas.com, harian kompas