Bagai Berada di Medan Perang, Seorang Perawat Bagikan Pengalamannya Urus Pasien Terjangkit Virus Corona di Italia: Saya Belum Pernah Melihat Begitu Banyak Orang Mati di Depan Saya

Jumat, 20 Maret 2020 | 05:42
Paolo Miranda NBC News

Perawat yang kelelahan

Gridhot.ID - Virus Corona sudah mejadi momok mengerikan bagi masyarakat dunia.

Tercatat ada 152 negara yang melaporkan kasus penyebaran virus corona atau Covid-19 di wilayahnya.

Bahkan sudah banyak korban jiwa berjatuhan akibat virus mematikan tersebut.

Baca Juga: Jadi Salah Satu Pengacara Paling Sibuk di Indonesia, Hotman Paris Nekat Kurung Diri di Tengah Wabah Virus Corona, Saking Parnonya Terhadap Covid-19, Makanan Beli Sampai Dimasak Lagi dan Dipegang Pakai Tisu

Salah satu negara yang melaporkan penyebaran virus corona di wilayahnya adalah Italia.

Negara yang punya standar kesehatan kelas dunia itu bahkan sampai dibuat kewalahan dengan penyebaran virus corona atau Covid-19.

Bagaimana tidak, dalam kurun waktu 4 minggu saja, sudah ada lebih dari 31 ribu kasus dengan 2.500 di antaranya dinyatakan meninggal dunia.

Baca Juga: Gagal Plesiran ke Rusia Gara-gara Wabah Corona, Syahrini Pamer Kurung Diri di Rumah Sambil Nonton Film dan Dzikir, Istana Megahnya Tunjukkan Landasan Helikopter di Luar Jendela

Angka ini menempatkan Italia menjadi negara kedua dengan jumlah kasus terbanyak setelah China.

Banyak tenaga medis profesional yang dikerahkan pemerintah Italia untuk menjadi garda depan dalam upaya penanganan virus corona.

Melansir dari NBC, salah satu perawat di salah satu rumah sakit di Bergamo bahkan mengibaratkan situasi saat ini layaknya medan perang.

Baca Juga: Dipisahkan Anak Sendiri dari Suami, Maia Estianty Terpaksa Jauhi Irwan Mussry, Padahal Sempat Buat Heboh Gara-gara Mampir ke Kantor Ahmad Dhani

"Rasanya seperti kita menyeberang di tengah medan perang," ucapnya.

Kota-kota Milan dan Bergamo telah sangat hancur. Bergamo sendiri sudah memiliki hampir 3.800 kasus yang dikonfirmasi.

"Saya belum pernah melihat begitu banyak orang mati di depan mata saya," katanya lebih lanjut.

Baca Juga: Rajanya Titahkan Rakyat Lakukan Lockdown untuk Batasi Penyebaran Virus Corona, Tingkah Warga Negara Malaysia Justru Bikin Geleng-geleng Kepala, Seenak Jidat Keliaran di Pasar Hingga Restoran Seolah Tak Terjadi Apa-apa

Akibar lonjakan pasien, stok peralatan dan perlengkapan medis di beberapa rumah sakit di Italia pun mulai menipis.

Hingga pejabat setempat harus mengubah beberapa bangsal rumah sakit menjadi unit perawatan intensif darurat.

"Kami benar-benar di mata topan," terang Lorenzo D’Antiga, direktur departemen pediatrik di Rumah Sakit PaBaca Juga: Nasib Brigjen Merdisyam di Ujung Tanduk, Kebohongannya Tentang Asal Muasal 49 TKA China Timbulkan Keresahan Masyarakat Terhadap Virus Corona, IPW Rekomendasikan Kapolda Sultra untuk Dipecat

Seperti diketahui, pada awal Maret lalu, lonjakan kasus virus corona harus membuat pemerintah Italia mengambil langkah yang tegas untuk menekan angka persebarannya.

Pada 8 Maret, Perdana Menteri Giuseppe Conte memberlakukan lockdown di wilayah Lombardy, Italia, yang secara efektif mengkarantina sekitar 16 juta orang.

Kebijakan ini dikeluarkan lebih dari sebulan setelah kebijakan serupa diberlakukan di China sebagai tempat virus itu pertama kali muncul.

Baca Juga: Lantang Sebut Pasien Covid-19 Tidak Ditanggung BPJS, Dokter Ini Geram Sampai Tulis Surat Terbuka untuk Jokowi, Minta Presiden Laksanakan Lockdown Sampai Tenaga Medis Sudah Angkat Bendera Putih Tangani Pasien Virus Corona

Dari laporan terakhir, jalan-jalan yang biasanya ramai di kota-kota seperti Milan dan Venesia sepi tanpa orang.

Tetapi ketenangan ini mengkhianati realitas yang sangat berbeda bagi orang Italia di garis depan pandemi.

"Tampaknya santai karena semua orang tinggal di dalam dan orang-orang memasak dan melakukan pekerjaan di rumah,"

Baca Juga: Viral Ajakan Minum Dettol untuk Bunuh Virus Corona, Pihak Perusahaan Langsung Buru-buru Keluarkan Pernyataan, Tulisan di Balik Botol Produk Ternyata Jadi Pemicunya

"Tapi di rumah sakit, ini seperti perang," kata Francesco Longo, direktur Pusat Penelitian Kesehatan dan Manajemen Perawatan Sosial di Universitas Bocconi di Milan.

Di rumah sakitnya, D'Antiga mengatakan hampir setengah dari 1.000 tempat tidur didedikasikan untuk merawat pasien dengan COVID-19.

Bahkan perawatan untuk penyakit lain harus dibatasi atau dihentikan.

Baca Juga: Sosoknya Diburu Para Peneliti untuk Bongkar Asal-usul Covid-19, Ini Dia Pasien Virus Corona Pertama dari China, Bukan Berasal dari Wuhan, Kasusnya Sudah Muncul Sebulan Sebelum Kehebohan

"Di bangsal gastroenterologi, penyakit dalam dan bangsal lain, mereka harus mengirim pasien dan hanya menerima pasien dengan COVID-19 - bahkan di bangsal neurologi,” kata D'Antiga.

“Kami memiliki 20 hingga 30 pasien yang datang setiap hari yang membutuhkan rawat inap, tetapi kami kehabisan tempat tidur. Ini situasi yang sangat sulit," katanya lebih lanjut.

Dan yang membuat kondisi semakin buruk adalah bahwa beberapa ranjang digunakan untuk merawat tenaga medisnya yang satu persatu tumbang usai membantu perawatan virus corona.

Baca Juga: Muak Saksikan Kemesraan Suami dan Istri Sah, Artis Cantik Ini Ingin Pernikahan Sirinya Diakui Sang Jenderal Bintang 3, Saking Nekatnya Sampai Susul Liburan ke Bali

"Di sini, mungkin 20 hingga 30 persen profesional kesehatan terinfeksi,”

“Di departemen saya, saya memiliki 25 dokter anak dan saat ini 10 orang sakit. Ini sama di departemen lain, dan ini merupakan tantangan besar.," kata D'Antiga.

Artikel ini telah tayang di Grid.ID dengan judul Kesaksian Perawat di Italia Tangani Kasus Virus Corona: Rasanya Seperti Menyeberang di Tengah Medan Perang!

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber Grid.ID