Laporan Wartawan Gridhot, Desy Kurniasari
Gridhot.ID - Virus corona kini telah menyebar ke sedikitnya 200 negara di dunia.
Oleh karenanya, permintaan pasar terhadap masker terus meningkat.
Namun rupanya permintaan tersebut tidak sesuai dengan ketersediaan masker.
Masker bedah dan masker N95 yang notabene digunakan sebagai alat pelindung diri (APD) untuk tenaga kesehatan kini justru langka.
Melansir South China Morning Post (SCMP), pemerintah kota Berlin telah sepakat meminta militer Jerman untuk mengamankan transportasi yang membawa masker bedah dan APD lain setelah konflik yang membuat mereka geram setengah mati.
Mereka sebelumnya telah memesan 200 ribu masker, tetapi kapal yang membawa masker tersebut justru menghilang.
Kini hilangnya pesanan 200 ribu masker tersebut sedang diusut oleh polisi Jerman.
Pasukan militer Jerman, Bundeswehr, akhirnya ikut angkat bicara.
Melalui juru bicaranya, mereka mengkonfirmasi jika ada permintaan tersebut.
Permintaan dari pemerintah Berlin tersebut segera mereka pelajari setelah Menteri Kesehatan Jerman, Dilek Kalayci, mengatakan pada Minggu (5/4/2020) bahwa Berlin sangat memerlukan bantuan Bundeswehr untuk membawakan suplai medis ke kota terbesar di Jerman.
Dilansir dari BBC, Sabtu (4/4/2020), masker jenis FFP2 yang sejatinya dipesan oleh Kepolisian Berlin itu tidak pernah sampai ke tangan.
Karena itu Menteri Dalam Negeri Jerman, Andreas Geisel, mencurigai bahwa penutup mulut dan hidung itu sengaja diarahkan ke Amerika Serikat (AS).
"Kami mempertimbangkan tindakan ini adalah pembajakan modern. Anda tentu tak bisa memperlakukan partner trans-atlantik seperti ini," keluh Geisel.
Mendapat keluhan seperti itu, 3M selaku produsen masker langsung menyanggah dengan "tidak ada bukti" bahwa ada pesanan asal Berlin yang disita.
Dikutip Financial Times, perusahaan yang berbasis di Mapplewood, Minnesota, itu tidak mempunyai catatan pemesanan dari China ke Berlin.
Sementara otoritas ibu kota Jerman itu juga tidak memberikan komentar pada Jumat (3/4/2020) terkait pemesanan 200.000 unit masker itu.
Kabar tersebut terjadi setelah Presiden AS Donald Trump mengaktifkan aturan era Perang Korea di tengah wabah virus corona yang terjadi.
Melalui Undang-undang Pertahanan Produksi, 3M diperintahkan untuk tidak memproduksi dan mengekspor masker ke negara lain.
"Kami membutuhkan barang ini untuk kebutuhan negara segera. Kami harus segera mendapatkannya," kata Trump saat memimpin konferensi pers di Gedung Putih.
Presiden 73 tahun itu mengklaim, Washington telah menyita 200.000 masker N95, 130.000 masker bedah, dan 600.000 pasang sarung tangan.
Orang nomor satu AS dari Partai Republik itu tidak memberikan penjelasan dari mana Negeri "Uncle Sam" mendapatkan barang itu.
Kembali melansir SCMP, Walikota Berlin, Michael Mueller, yang telah mengkritik Amerika sebagai 'pihak tidak bertanggung jawab' pada Jumat, kemudian mengumumkan jika dua juta masker dan 300 ribu APD dari China telah sampai ke Berlin pada hari Minggu.
Mueller mendapat kritik keras dari pimpinan partai oposisi Jerman, yaitu partai Demokrat Kristen konservatif.
Burkhard Dregger menuduh Mueller telah 'dengan bebas menyebarkan informasi palsu ke publik' terkait keberadaan masker yang hilang.
"Pemerintah mencari kambing hitam dan berusaha menutupi ketidakmampuan mereka dalam menyediakan APD yang cukup bagi semua orang," ujar Dregger.
Jerman telah menyuarakan kepada siapa saja untuk menggunakan masker baru-baru ini.
Terutama setelah Badan Penanggulangan Penyakit Robert Koch Institute mengubah rekomendasi mereka untuk para warga menggunakan masker kain saat di publik.
Kepala Robert Koch Institute, Lothar Wieler menyebut, "masker dapat melindungi orang lain tetapi tidak melindungi pemakainya.
"Kita perlu memahami itu." (*)