Find Us On Social Media :

Hasrat Pikniknya Tertahan Selama Lockdown, Puluhan Ribu Warga China Malah Ramai-ramai Naik Gunung Setelah Kebijakan Dilonggarkan, Padahal Virus Corona Masih Mengintai Perlahan

Puluhan ribu warga China malah piknik

Gridhot.ID - China memang sudah melonggarkan kebijakan lockdown setelah angka infeksi sudah mulai menurun drastis.

Namun kelonggaran tersebut malah disalahgunakan masyarakatnya untuk melampiaskan hasrat piknik yang sudah menggebu-gebu.

Pasalnya warga disana ingin melampiaskan hasrat outing usai dicengkeram corona selama berbulan-bulan.

Baca Juga: 16 Tahun Sambung Hidup di Dunia Militer, AHY Sakit Hati Profesi Kebanggaannya Dihina Habis-habisan, Suami Annisa Pohan Tak Terima TNI Direndahkan Hingga Luapkan Amarah di Media Sosial

Bagaimana tidak, sebanyak 20.000 warganya berbondong-bondong mendaki gunung di Huangshan, Provinsi Anhui, China Timur.

Diketahui pegunungan di bagian timur ini memang cukup populer sebagai destinasi wisata.

Akibatnya, karena banyaknya massa yang datang ke tempat itu, jalur menuju pegunugan tersebut akhirnya ditutup.

Baca Juga: Abaikan Sosial Distancing, Warga Lombok Timur Nekat Berdesak-desakan Demi Sambut Kepulangan Kontestan Liga Dangdut, Tim Penanganan Covid-19 Akui Kewalahan Tertibkan Massa: Petugas Kami Sudah Berusaha

Seperti dikutip dari South China Morning Post, (06/04), sebelumnya pada Hari Sabtu (04/04) pemerintah Provinsi Anhui telah menawarkan tiket masuk gratis ke 29 situs di provinsi itu termasuk Huangshan untuk meningkatkan jumlah pengunjung.

Pengunjung diminta untuk menunjukkan status kesehatannya pada aplikasi, memakai masker bedah dan diukur suhu tubuhnya sebelum masuk.

Akan tetapi, pada Hari Minggu pengunjung membludak.

Baca Juga: Tanpa Banyak Mulut, Aktor Ini Bungkam Mulut Penghujat dengan Aksi Nyata, Sumbangkan Gedung Empat Lantai untuk Karantina Pasien Virus Corona

Pihak berwenang taman akhirnya memutuskan untuk menutup tempat itu karena pengunjung telah mencapai batas harian sebanyak 20.000 orang.

Pihak berwenang juga meminta agar orang-orang mengunjungi tempat itu lain waktu atau mengunjungi situs yang lainnya.

Berbagai gambar tentang padatnya pegunungan itu dibagikan oleh netizen melalui platform media sosial Weibo.

Baca Juga: Selain Sabun dan Disinfektan, Beberapa Hal Ini Diyakini Mampu Melemahkan Virus Corona, Bisa Dimanfaatkan untuk Cegah Penularan

"Pariwisata dan industri terkait telah terpukul keras. Tapi epidemi belum berakhir. Jika Anda harus membuka situs, Anda harus membatasi arus (turis), dan pengunjung dari luar," komentar salah seorang pengguna.

Seorang netizen juga mengunggah keramaian itu di akun Twitter.

“Orang-orang memadati Huangshan (Yellow Mountain), jajaran bergerigi lebih dari 70 puncak seperti pisau di provinsi Anhui, China timur, setelah larangan karantina dicabut di sebagian besar wilayah China #CoronavirusPandemic,” tuis seorang netizen @QiZHAI.

 Baca Juga: Istrinya Selalu Dihubungi Sahabat Nikita Mirzani, Raffi Ahmad Protes Keras, Tak Terima Saat Orang Itu Mengaku Suka dengan Nagita Slavina

Anhui merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan Provinsi Hubei, lokasi awal wabah virus corona dilaporkan menyebar.

Pada 27 Februari Anhui terakhir melaporkan total kasus sebanyak 990 kasus Covid-19 termasuk 6 kematian.

Sektor pariwisata China termasuk yang terpukul akibat wabah virus corona yang mulai terdeteksi sejak akhir Desember 2019.

Baca Juga: Bongkar Aib Sendiri, Aurel dan Azriel Akui Pernah Sengkokol Untuk Membohongi Ashanty, Anak Anang Hermansyah: Bandel Banget!

Tempat wisata populer di Shanghai termasuk Shanghai Oriental Pearl Tower dan Shanghai Jinmao Tower, pada minggu lalu terpaksa ditutup kembali berselang dua minggu dari awal ia dibuka kembali.

Dai Bin, presiden Akademi Pariwisata China, sebuah lembaga penelitian di bawah Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, memperkirakan bahwa hilangnya pendapatan tahunan dari pariwisata dapat mencapai 1,2 triliun yuan atau setara 169 miliar dollar AS tahun ini.

Artikel ini telah tayang di Sosok.ID dengan judul Corona Ternyata Masih Menghantui China, Namun Warganya Memilih Acuh dan Malah Piknik Naik Gunung Ramai-ramai.

(*)