Find Us On Social Media :

Aturan Presiden Filipina Tak Main-main, Satu Orang Tewas Ditembak Polisi Setelah Menolak Disuruh Pakai Masker, Begini Kronologinya

Presiden Filiphina

Gridhot.ID - Kita tentu masih ingat dengan peraturan gila presiden Filipina.

Dirinya memerintahkan polisi agar bisa menembak mati warga yang sengaja membuat kegaduhan di tengah lockdown akibat wabah corona.

Aturan inipun langsung dipraktekkan beberapa waktu lalu.

Seorang pria (63) ditembak mati di Filipina pada Sabtu (4/4/2020) setelah mengancam para pejabat desa dan polisi dengan alat sabit di pos pemeriksaan virus corona.

Baca Juga: Difitnah Geng Bajing Loncat, Mira, Waria di Jakarta Tewas Dibakar Hidup-hidup, Sempat Pulang Sendiri Habis Dipukuli, Hembuskan Napas Terakhir Saat Akan Diobati

Pria itu diyakini sedang mabuk ketika mengancam para pejabat desa dan polisi yang menjaga pos pemeriksaan di Kota Nasipit, Provinsi Agusan del Norte Selatan, Kamis (2/4/2020).

"Tersangka telah diperingatkan oleh petugas kesehatan desa ... karena tidak mengenakan masker," kata sebuah laporan yang dikutip Aljazeera.

"Tapi tersangka marah dan mengucapkan kata-kata (yang) memprovokasi dan akhirnya menyerang personil menggunakan sabit."

Tersangka akhirnya ditembak mati oleh seorang polisi yang berusaha menenangkannya.

Baca Juga: 16 Tahun Sambung Hidup di Dunia Militer, AHY Sakit Hati Profesi Kebanggaannya Dihina Habis-habisan, Suami Annisa Pohan Tak Terima TNI Direndahkan Hingga Luapkan Amarah di Media Sosial

Ini adalah insiden pertama yang dilaporkan tentang penembakan terhadap warga oleh polisi karena menolak mengikuti aturan pembatasan untuk mengekang penyebaran virus corona.

Presiden Rodrigo Duterte sendiri sebelumnya telah memperingatkan pada Rabu (1/4/2020) bahwa dia akan memerintahkan polisi dan militer untuk menembak siapa saja yang membuat masalah.

"Ikuti pemerintah saat ini karena sangat penting bagi kami untuk memberikan perintah," katanya dalam pidato nasional televisi larut malam.

"Dan jangan membahayakan pekerja kesehatan, para dokter... karena itu adalah kejahatan serius."

Baca Juga: Abaikan Sosial Distancing, Warga Lombok Timur Nekat Berdesak-desakan Demi Sambut Kepulangan Kontestan Liga Dangdut, Tim Penanganan Covid-19 Akui Kewalahan Tertibkan Massa: Petugas Kami Sudah Berusaha

"Perintah saya kepada polisi dan milite, jika ada yang membuat masalah dan hidup mereka dalam bahaya: tembak mati mereka."

Sementara itu, diketahui Pulau Utama Luzon di Filipina telah ditutup selama sebulan sejak 16 Maret silam.

Pemerintah Filipina juga melarang orang meninggalkan rumah mereka kecuali untuk perjalanan penting ke toko kelontong atau apotek, atau jika mereka adalah pekerja di garis depan.

Banyak provinsi di luar Luzon juga memberlakukan pembatasan mereka sendiri dalam upaya pencegahan penyebaran virus.

Baca Juga: Tanpa Banyak Mulut, Aktor Ini Bungkam Mulut Penghujat dengan Aksi Nyata, Sumbangkan Gedung Empat Lantai untuk Karantina Pasien Virus Corona

Departemen kesehatan Filipina melaporkan 76 kasus infeksi baru yang dikonfirmasi, sehingga jumlahnya menjadi 3.094 kasus.

Delapan kematian tambahan juga dicatat, menjadikan angka kematian di Filipina sejumlah144 jiwa, sementara 57 pasien diketahui telah pulih.

Duterte membela peringatannya sendiri terhadap pembuat onar yang dia siarkan di pidato televisi larut malam lainnya pada Jumat (3/4/2020).

Dia mengatakan masyarakat perlu menyadari gawatnya situasi karena siapa pun dapat sakit karena penyakit itu.

Baca Juga: Selain Sabun dan Disinfektan, Beberapa Hal Ini Diyakini Mampu Melemahkan Virus Corona, Bisa Dimanfaatkan untuk Cegah Penularan

"Tanpa pembatasan ini, ini tidak akan berakhir," katanya.

"Jadi, jika Anda tidak mau mengikuti, maka saya akan menghabisi Anda untuk melindungi nyawa orang tak bersalah yang tidak ingin mati."

Di sisi lain, Amnesty International menyesalkan fakta bahwa para pemimpin kuat di seluruh dunia seperti Duterte telah menggunakan wabah virus corona untuk lebih jauh melumpuhkan kritik dan perbedaan pendapat.

"Ini adalah krisis kesehatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, tetapi Presiden Duterte fokus pada menyerang kebebasan berbicara dan berkumpul," kata Butch Olano, Direktur Amnesty International di Filipina.

Baca Juga: Istrinya Selalu Dihubungi Sahabat Nikita Mirzani, Raffi Ahmad Protes Keras, Tak Terima Saat Orang Itu Mengaku Suka dengan Nagita Slavina

"Dia (Duterte) meremehkan permintaan bangsanya untuk layanan yang lebih baik ketika prioritasnya (seharusnya) adalah memenuhi kewajibannya untuk menyediakan layanan kesehatan dan bantuan vital bagi semua orang tanpa diskriminasi," tambahnya.

Meski begitu, pemerintah Filipina telah mulai mendistribusikan bantuan tunai kepada keluarga miskin dan pekerja yang terkena dampak lockdown dengan paket bantuan perbaikan sebanyak 4 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 65 triliun.

Namun, selalu ada keluhan terkait keterlambatan pengiriman bantuan khususnya pengiriman paket makanan.

Sementara itu, pada Rabu (1/4/2020), keributan terjadi di pinggiran Manila ketika sekelompok penduduk daerah kumuh berkumpul di luar rumah mereka karena mendengar desas-desus bahwa sumbangan akan didistribusikan.

Baca Juga: Bongkar Aib Sendiri, Aurel dan Azriel Akui Pernah Sengkokol Untuk Membohongi Ashanty, Anak Anang Hermansyah: Bandel Banget!

Petugas keamanan desa dan polisi mendesak warga untuk kembali ke rumah mereka, tetapi mereka menolak.

Dua puluh satu warga ditangkap dan berbagai tuntutan pidana telah diajukan terhadap mereka.

Artikel ini telah tayang di Suar dengan judul Remehkan Aturan Pandemi Virus Corona, Pria Filipina Ini Langsung Ditembak Mati, Begini Kronologinya.

(*)