Laporan Wartawan Gridhot, Desy Kurniasari
Gridhot.ID - Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) memiliki susunan strategi alat utama sistem persenjataan (alutsista).
Hal tersebut penting dalam melaksanakan tugasnya untuk menjaga kedaulatan wilayah udara Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Namun rupanya, sistem pertahanan udara (Hanud) platform darat Indonesia terbilang masih minim.
Melansir Sosok.id, meski demikian rupanya pertahanan udara negeri ini sedang mendapat asupan sistem hanud dari Norwegia.
Adapun sistem hanud tersebut, yakni Norwegian Advanced Surface to Air Missile System (NASAMS) yang dibuat oleh pabrikan Kongsberg.
Mengutip Tribunnews, dalam kontrak senilai 77 juta dolar AS tersebut, Indonesia akan segera mendapatkan peralatan peluncur rudal, radar, pos komando serta radio dan sistem integrasi.
Meski demikian, rudal Advanced Medium-Range Air-to-Air Missile (AMRAAM) sebagai senjata pelibas pesawat musuh harus dibeli terpisah dari pabrikan Raytheon Amerika Serikat (AS).
Presiden Kongsberg Defence and Aerospace, Eirik Lie, mengaku senang atas kesepakatan tersebut.
Ia pun menyebutkan bahwa Indonesia akan menjadi negara pertama yang akan memiliki sistem pertahanan tersebut di kawasan.
Sebagai informasi, negara yang sudah memiliki NASAMS adalah Finlandia, Belanda, AS, Spanyol dan Oman.
"Semakin banyaknya (negara) yang menggunakan (NASAMS), telah mengkonfirmasi bahwa NASAMS adalah sistem pertahanan udara paling modern dan maju di dunia," katanya.
NASAMS sendiri dikategorikan hanud jarak sedang.
Meski demikian, bisa didongkrak performanya menjadi jarak jauh namun dengan berbagai penyesuaian.
Tahu jika negara serantau sedang besar-besaran memodernisasi perangkat perangnya, Myanmar tak mau ketinggalan.
Dilansir dariarmyrecognition.com, Rabu (8/4/2020) militer Myanmar segera menerima sistem hanud jarak jauh dari China, yakni SY-400.
Rudal pertahanan udara asli buatan negeri Tirai Bambu tersebut bakal mendongkrak kapasitas hanud Myanmar ke level tertinggi dalam sejarah negara itu berdiri.
Diberitakan pulabahwa China juga akan melakukan Transfer of Technology (ToT) plus sejumlah utang kepada Myanmar.
Sistem hanud SY-400 dipersenjatai dengan rudal DF-12A yang mampu melahap target dengan radius 400 km dari titik peluncuran.
Bahkan dalam satu platform SY-400 dapat dipersenjatai dengan 8 rudal DF-12A.
DF-12A rupanya dapat menggunakan berbagai hulu ledak sesuai target yang akan dienyahkan.
Pun dilengkapi dengan pemandu GPS/INS agar lebih presisi.
SY-400 menggunakan truk militer Wanshan 8x8 yang mempunyai jarak jelajah sejauh 650 km untuk membantu mobilitasnya.
Myanmar dan China telah melakukan negosiasi yang sangat rumit sebelum akhirnya berhasil mendapatkanSY-400.
Pada akhirnya tercapailah sebuah kesepakatan meskipun kemungkinan besar deal tersebut lebih menguntungkan China.
(*)