Find Us On Social Media :

Gunung Anak Karakatau: Si Kecil yang Sedang Mengumpulkan Energi untuk Mengamuk Kembali

Gunung Anak Krakatau

Namun demikian, dikutip GridHot.ID dari akun twitter Radio Elshinta Sabtu (11/4/2020), Kasubid Pengamatan dan Peneyelidikan Gunung Anak Krakatau Hendra Gunawan mengatakan bahwa suara dentuman yang didengar masyarakat bukan merupakan aktivitas Gunung Anak Krakatau.

Kasubid Pengamatan & Penyelidikan Gn. Anak Krakatau Hendra Gunawan: "Suara dentuman yang didengar oleh masyarakat di wilayah Jakarta, Depok, dan Bogor bukan berasal dari aktivitas Gn. Anak Krakatau." #ElshintaUpdate

Baca Juga: Ada Penampakan Tak Biasa di Dasar Laut Selat Sunda Usai Tsunami Gunung Anak Krakatau, TNI AL: Muncul Cekungan Kawah Menyerupai Teluk

Sebelumnya, Gunung Anak Karakatau sempat menjadi perhatian publik pada awal tahun 2018 lalu.

Pasalnya, Tsunami Banten/ Selat Sunda pada Sabtu (22/12/2018) diduga karena longsornya material sedimen di sekitar Gunung Anak Krakatau di bawah laut.

BMKG juga mendeteksi anak Krakatau erupsi pada pukul 21.03 WIB dan mengakibatkan peralatan seismograf rusak.

Nyatanya, erupsi Anak Krakatau sudah terjadi saban hari sejak 29 Juni 2018.

Dikutip dari Geo Magz, Majalah Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Gunung Anak Krakatau lahir pada 15 Januari 1929.

Baca Juga : Ini Prediksi BNPB Menyoal Bencana Alam Mengerikan Tahun 2019 di Indonesia

Ia lahir setelah 'orang tuanya' meletus pada tahun 1883 yang menewaskan 36 ribu jiwa.

"Pada 20 Januari 1929, asap meniang keluar dari tumpukan material gunung api yang baru muncul di permukaan, yang mulai tumbuh dari kedalaman laut 180 m. Itulah gunung yang baru lahir yang diberi nama Gunung Anak Krakatau. Anak gunung api ini tumbuh 4 m per tahun dan mempesona banyak orang," demikian adalah pernyataan yang ditulis dalam majalah milik Kementerian ESDM itu.