Laporan Wartawan Gridhot, Desy Kurniasari
Gridhot.ID - Kasus virus corona (covid-19) pertama kali ditemukan di China.
Di Indonesia sendiri, kasus virus ini sempat belum terdeteksi.
Hingga pada akhirnya, pada 2 Maret 2020 lalu diumumkan pertama kalinya kasus infeksi virus corona di Indonesia.
Sejak saat itu pun kasus terkonfirmasi virus corona terus bertambah.
Melansir Tribunnnews.com, pada hari itu, Presiden Joko Widodo ditemani Menteri Kesehatan, Menteri Sekretaris Negara, dan Sekretaris Kabinet mengumumkan 2 warga negara Indonesia (WNI) terkonfirmasi terpapar covid-19.
Joko Widodo menjelaskan, dua WNI tersebut sempat kontak dengan warga negara Jepang yang datang ke Indonesia.
Warga Jepang itu terdeteksi virus corona setelah meninggalkan Indonesia dan tiba di Malaysia.
Semenjak pengumuman tersebut, Covid-19 menjadi isu yang mendapat perhatian dari hampir seluruh lapisan masyarakat.
Hingga Selasa (14/4/2020) siang, kasus terkonfirmasi virus corona di Tanah Air sebanyak 4.557.
Namun seorang pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono, memprediksikan hal lain.
Dilansir dari Kompas.com, pakar Epidemiologi UI itu memprediksi penularan virus corona sudah terjadi di Indonesia sejak Januari hingga Februari 2020.
Oleh karena itu, ia menyangsikan kasus pasien 1 dan 2 terjangkit Covid-19 karena tertular dari warga negara Jepang yang berdomisili di Malaysia.
Pasien 1 dan 2 diduga positif Covid-19 setelah melakukan kontak fisik dengan warga negara Jepang tersebut.
"Makanya kasus yang ditemukan pada bulan Maret itu, orang masih nyangkal, oh itu orang Jepang yang bawa. Salah, orang Jepang itu tertular di Jakarta," kata Pandu pada Kompas.com, Senin (13/4/2020).
"Ketika dia pulang demam, sakit diperiksa sudah covid. Bukan dua orang pertama yang dilaporkan itu tertular dari orang Jepang, keliru," sambungnya.
Menurut Pandu, sejak Januari-Februari lalu sudah terdapat banyak laporan pasien bergejala Covid-19.
Namun, kala itu pemeriksaan laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) belum siap dalam mendeteksi Covid-19, sehingga hasil yang dikeluarkan selalu negatif.
"Tapi hasil tesnya masih negatif karena waktu itu pada awal-awal bulan itu, tes yang di Badan Litbangkes belum siap. Jadi hasilnya negatif terus," ungkapnya.
Pandu mengatakan, penularan lokal yang tidak terdeteksi itu menyebabkan jumlah kasus Covid-19 melonjak, baik dengan gejala ataupun tanpa gejala.
"Jadi virus itu udah lama beredar di Indonesia, cuma kita kan terlena sekali menganggap enggak ada, Indonesia bebas virus. Itu yang membuat menjadi kondisinya seperti sekarang," ujar Pandu.
Pandu kemudian menjelaskan mengapa penularan lokal terjadi sejak awal tahun.
Penularan lokal terjadi karena Indonesia masih membuka penerbangan ke lokasi yang terdampak Covid-19, yakni Wuhan, China.
Sebelum akhirnya China menerapkan kebijakan lockdown.
"Artinya di antara penumpang yang bolak balik Wuhan-Jakarta itu dan lima kota lainnya di Indonesia, di Makassar, di Batam, sudah ada yang membawa virus," ucap Pandu.
(*)