Mak Dedah sebagai janda beranak dua, tinggal di rumah panggung berdinding kayu itu dengan 4 cucu dan satu cicitnya.
Kondisi bangunannya sudah sangat memprihatinkan. Atap dan dindingnya jebol, tiang penyangga mulai keropos, bilik bambu yang hampir ambruk, serta banyak material yang sudah meninggalkan kerangkanya.
Mak Dedah bahkan tak memiliki dapur dan kamar mandi.
Sebab kamar mandinya telah lama rusak dan tidak memiliki atap, membuatnya banjir di kala hujan.
Ia pun terpaksa menjadikan ruang kosong di samping rumahnya sebagai dapur.
Sementara kebutuhan mandi cuci kakus dilakukannya di jamban umum.
Buruh tani serabutan itu sebenarnya memiliki anak, namun karena enggan merepotkan, ia meninggali rumah warisan suaminya yang meninggal 10 tahun silam.
"Tapi, karena semakin rusak dan takut ambruk, saya pun mengungsi ke rumah anak di kampung sebelah. Kalau malam hari tidur di sana, tapi siangnya tetap di sini," ucap Mak Dedah.