Gridhot.ID - Virus Corona menyebar di berbagai daerah di Indonesia termasuk, Kabupaten Minahasa Utara.
Tak hanya itu saja, tapi terjadinya wabah penyakit ini membawa dampak buruk bagi masyarakat.
Sudah ada kasus pemberhentian hubungan kerja (PHK) di beberapa daerah lantaran wabah dari virus corona ini.
Salah satunya dirasakan oleh Elly Lasaheng yang kini menjadi pengangguran lantaran telah kena PHK.
Ia pun pulang ke kampung halaman lantaran dipecat dari pekerjaannya di luar kota.
Namun apa yang terjadi sesampainya di rumah membuat Elly bingung dan akhirnya memutuskan untuk lari kehutan bersama keluarganya.
Elly Lasaheng adalah seorang kepala keluarga di Desa Winetin, Kecamatan Talawan, Kabupaten Minahasa Utara.
Sepulangnya dari perantauan lantaran dipecat, Elly pun harus menyandang status sebagai Orang Dalam Pengawasan (ODP).
Tak sampai di situ saja, Elly sempat ketakutan lantaran tetangga rumahnya yang berjarak 10 meter meninggal dunia.
Tetangga tersebut dipastikan meninggal lantaran positif terinfeksi virus corona.
Melansir dari Kompas.com, Elly bercerita sebelum tetangganya meninggal, ia didatangi oleh tiga petugas kesehatan dari Dinas Kesehatan Minahasa Utara.
Kedatangan petugas kesehatan tersebut menggunakan APD lengkap.
Elly pun diambil sampel darahnya beserta keluarga untuk memastikan status kesehatannya.
"Mereka mengambil sampel darah saya dan keluarga untuk pemeriksaan. Saya sempat bertanya, kenapa? Kata mereka 'oh hanya untuk memastikan apakah terkena virus atau tidak'," kata Elly ditemui Kompas.com di kediamannya, di Desa Winetin, Jaga III, Kamis (16/4/2020) siang.
Gegara kasus tetangganya meninggal dunia yang disebut-sebut positif corona itupun, Elly merasa seperti dijauhi warga desa.
Lantaran tak memiliki pilihan lain, Elly pun mengajak keluarganya untuk mengungsi ke tempat lain demi menghindari virus corona.
Pilihannya hanya jatuh ke hutan yang tak jauh dari rumahnya sebagai tempat untuk mengisolasi diri bersama keluarga.
Elly hanya membawa bekal untuk kebutuhan sehari-hari dalam pengungsiannya di hutan tersebut.
"Sorenya, suami dari ibu yang meninggal itu tiba di rumahnya. Kemudian, kita melihat tetangga samping rumah sudah menghindar lebih dulu. Kita juga langsung mengungsi, tidak tahu mau ke mana, jadi kita pilih ke hutan saja," ungkap Elly.
Karena tak memiliki tenda untuk membuat tempat tinggal sementara, Elly menggunakan mobil bak terbuka yang dimodifikasi dengan terpal sebagai tempat istirahat.
Saat di hutan, Elly pun memanfaatkan alam untuk bertahan hidup selama tinggal di sana seperti ubi-ubian dan ikan sungai.
"Kita juga membuat tenda sendiri untuk memasak," katanya.
Saat malam hari, mereka mengandalkan lilin untuk penerangan.
Sedangkan untuk mandi dan cuci pakaian mereka memanfaatkan sungai.
"Sempat juga saat memancing cari ikan di sungai," sebutnya.
"Selama beberapa hari di sana, kadang-kadang kalau tidak ada beras ya hanya rebus ubi saja, nyari di hutan dan mancing di sungai," jelasnya.
Elly Lasaheng tak ingin kembali ke rumah mereka sebelum ada perkembangan mengenai kondisi kesehatan mereka dari dinas kesehatan setempat.
"Sekitar empat hari kita mengisolasi diri di hutan. Kita kembali ke rumah karena sudah ada informasi dari Dinkes, hasil pemeriksaan saya dan keluarga, bagus atau tidak terkena virus," ujarnya.
Elly Lasaheng pun akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumahnya di Desa Winantin.
Saat pulang, Elly mengaku tidak pernah dihubungi oleh pemerintah desa setempat atau dari pihak kabupaten.
"Jadi kita pulang, begitu pulang sampai saat ini tidak pernah disentuh oleh pemerintah desa Winantin atau dari pemerintah kabupaten," pungkasnya. (*)
Artikel ini telah tayang di siaran KompasTV dengan judul "Satu Keluarga Kabur dan Tinggal di Hutan untuk Hindari Corona"