Laporan Wartawan Gridhot, Desy Kurniasari
Gridhot.ID - Beberapa waktu lalu Inggris dan Amerika Serikat (AS) secara kompak ngotot menyalahkan China sebagai biang kerok munculnya virus corona.
Pasalnya mereka menemukan banyak hal disembunyikan oleh China.
Hal ini pun lantas menjadi masalah global yang belum bisa diatasi pada saat ini.
Melansir Intisari-online.com, dua negara yang kini bergabung dengan Inggris dan Amerika adalah Prancis dan Jerman.
Bahkan kini Jerman menjadi negara yang paling ngotot menyalahkan China atas bencana yang memicu kepanikan masyarakat dunia ini.
Melansir Daily Express pada Senin (20/4/20), Jerman melayangkan tuntutan dalam nominal uang kepada Beijing atas pandemi Covid-19.
Menurut keterangan, mereka menuntut ganti rugi pada Tiongkok sebesar 130 miliar poundsterling atau setara dengan Rp 2.512 triliun.
Mereka juga melayangkan kemarahan kepada China yang merupakan tempat asal virus tersebut.
Serangan yang dilakukan Jerman tersebut, bermula dari temuan bahwa Beijing tampaknya menutup skala informasi dari krisis tersebut, dan menyembunyikan sumber wabah.
Sejak kemunculannya di China beberapa bulan lalu, China tidak memberikan informasi penting seperti mengungkap asal mula virus hingga pasien nol juga belum ditemukan.
Bahkan jumlah kasus yang mereka laporan juga ternyata disembunyikan, terbukti dari beberapa waktu lalu setelah ditekan oleh banyak pihak akhirnya China merevisi jumlah korbannya.
Mereka menambahkan hingga 50% dari jumlah korban yang meninggal, dalam jumlah di atas 1.000 orang.
Pada Sabtu (19/4) Donald Trump memperingatkan bahwa China harus menerima konsekuensi serius jika negara itu 'secara sadar' bertanggung jawab karena menyebabkan pademi virus corona.
Trump mengatakan pada wartawan, "Itu bisa saja diberhentikan oleh China, sebelum wabah itu meluas ke seluruh dunia."
"Jika itu adalah kesalahan, kesalahan tetaplah kesalahan, maka harus ada konsekuensi untuk itu," jelasnya.
Dia juga mengatakan, "Kesalahan yang keluar kendali, ataukan ini dilakukan dengan kesengajaan?"
Presiden Trump telah berulang kali menuduh Tiongkok sebagai negara yang tidak transparan, dan mengungkapkan kasus Covid-19 kepada dunia.
Minggu ini pemerintah China juga merevisi jumlah korban virus corona di Wuhan yang melonjak hingga 50%.
Inggris juga telah bergabung, dengan pejabat intelijen AS dalam menyelidiki klaim virus tersebut berasal dari kebocoran di laboratorium Wuhan.
Selain itu, Jerman juga meluapkan kemarahannya kepada China dengan meluncurkan bom tagihan kepada negeri tirai bambu dengan jumlah fantastis.
Mereka menuntut China mengganti rugi atas wabah Covid-19 yang kini melanda seluruh dunia.
Jumlah 130 miliar Pound atau Rp 2.512 triliun ini untuk menutup kerugian sektor pariwisata, industri film, penerbangan, dan bisnis kecil di Jerman.
Mengutip Kompas.com, Kanselir Jerman, Angela Merkel meminta China agar transparan terkait penanganan mereka melawan wabah virus corona.
Sejak wabah virus dengan nama resmi SARS-Cov-2 itu merebak sejak Desember 2019, Beijing mendapat sorotan atas cara mereka mengatasi krisis.
Kritis yang muncul menyatakan, China dianggap menurunkan cakupan dan dampak yang timbul karena merebaknya pandemi virus corona.
Sang Kanselir Jerman mendesak Beijing untuk membuka informasi mengenai masa awal pandemi, terutama sumber dari SARS-Cov-2 tersebut.
"Saya percaya semakin transparan China terkait asal virus, semakin baik bagi dunia untuk belajar mengatasinya," kata dia dikutip AFP Senin (20/4/2020).(*)