Gridhot.ID - Nabi Muhammad SAW lahir di Mekkah pada tahun 570 Masehi.
Ia melewati masa kecilnya sebagai yatim piatu dengan diasuhan kakeknya, Abdul Muthalib.
Setelah sang kakek wafat, Muhammad diasuh oleh pamannya, Abu Thalib.
“Muhammad adalah seorang jenius yang sangat luar biasa. Tatkala wafat pada tahun 632, dia telah berhasil menyatukan hampir semua suku Arab menjadi komunitas baru, atau ummah.”
Begitulah deretan kalimat Karen Armstrong tentang keagungan yang melekat pada diri Nabi Muhammad SAW.
Karen Armstrong menuliskannya dalam buku ‘Sejarah Tuhan’ terbitan Mizan edisi ketiga cetakan kedua tahun 2018.
Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir yang diutus Allah SWT ke dunia untuk menyempurnakan ajaran agama Islam, menyampaikan risalah sekaligus kabar baik kepada seluruh manusia.
Nabi Muhammad SAW merupakan putra dari pasangan Abdullah bin Abdul Muttalib dan Aminah bin Wahab bin Abd Manaf bin Zuhra.
Muhammad lahir pada Tahun Gajah atau tahun 570 Masehi, dikutip SURYAMALANG.COM dari ‘Sejarah Hidup Muhammad’ karya Muhammad Husain Haekal terbitan Pustaka Jaya cetakan kelima 1980.
Lahir ke dunia dengan predikat nabi terakhir pilihan Allah SWT, sudah tentu Muhammad dibekali dengan rupa-rupa sikap mulia, serta kesempurnaan lainnya.
Sejak masih dalam kandungan Aminah, Muhammad sudah mendapatkan perhatian lebih dari keluarganya, tak terkecuali sang kakek Abdul Muttalib yang merupakan orang penting dalam tatanan masyarakat Quraisy.
Saat Muhammad lahir, di Arab termasuk Mekkah sedang ada wabah penyakit yang menyebabkan angka kematian bayi sangat tinggi, dikutip SURYAMALANG.COM dari biografi ‘Muhammad Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik’ karya Martin Lings atau Abu Bakr Siraj al-Din, terbitan Serambi cetakan kedua 2014.
Situasi Mekkah yang sedang dihantam wabah penyakit, membuat Aminah dan Abdul Muttalib mengirim Muhammad ke daerah gurun.
Selain itu, pengiriman bayi ke daerah gurun untuk disusui oleh ibu susu merupakan tradisi bangsa Arab.
Martin Lings menyebutkan, alasan lain mengirim bayi untuk disusui oleh wanita gurun adalah karena di sahara udaranya lebih segar dibandingkan dengan Mekkah.
Tentunya udara segar sangat baik untuk pertumbuhan bayi, tak terkecuali bayi Muhammad.
Muhammad pun kemudian disusui oleh perempuan dari suku Badui bernama Halimah yang memiliki suami bernama Harits.
Baca Juga: Ramadan Pertama Tanpa Sosok Ashraf Sinclair, BCL Ungkap Curahan Hati: Tahun Ini Akan Berbeda...
Selain itu, pengiriman bayi ke daerah gurun untuk disusui oleh ibu susu merupakan tradisi bangsa Arab.
Sebelum mengambil Muhammad untuk disusui, Halimah sama sekali tidak memiliki air susu ibu (ASI) pada payudaranya.
Namun, ketika Halimah mendekapkan bayi Muhammad pada dadanya, seketika itu payudaranya penuh air susu.
“Ia (Muhammad) meminumnya sampai kenyang, dan saudara angkatnya pun sampai kenyang. Setelah itu, mereka tertidur nyenyak,” kata Halimah, seperti ditulis Martin Lings pada bukunya.
Kejadian luar biasa juga dialami oleh Harits, suami Halimah, setelah mengambil Muhammad sebagai anak susuan.
Harits diriwayatkan memiliki unta betina yang nyaris tidak berguna.
Sebab unta itu sudah tua dan ringkih, serta tidak sanggup menghasilkan susu untuk dijual.
Namun, tiba-tiba Harits dikejutkan oleh kejadian yang luar biasa, menurutnya.
Unta betina tua itu mendadak memiliki air susu yang banyak.
Halimah dan Harits pun langsung meminum susu unta itu hingga kekenyangan.
Sejak mengasuh Muhammad, keluarga Halimah dan Harits selalu memperoleh keberkahan dan kebahagiaan.
“Demi Tuhan, Halimah, engkau telah mengambil makhluk (Muhammad) yang diberkahi Tuhan!” Ucap Harits, seperti ditulis Martin Lings pada bukunya.
Artikel ini telah tayang di suryamalang.com dengan judul Nabi Muhammad SAW Lahir di Tengah Wabah Penyakit Mekkah, Halimah Mendapat Berkah saat Menyusuinya (*)