Analis militer yang berbasis di Beijing, Zhou Chenming mengatakan, jika Jepang berhasil mengembangkan senjata tersebut, hal itu bisa menjadi ancaman bagi aktivitas angkatan laut China dan mungkin berdampak pada keseimbangan strategis di wilayah yang disengketakan.
Namun dia mencatat ada penundaan dalam program senjata Jepang sebelumnya.
"Ada banyak ketidakpastian ... dari politik internal Jepang hingga perubahan kebijakan diplomatiknya, serta teknologi militer," katanya kepada South China Morning Post. "Jadi kita perlu mengawasi bagaimana program ini berlangsung selama beberapa tahun ke depan."
China dan Rusia untuk saat ini adalah satu-satunya negara dengan rudal luncur hipersonik yang beroperasi. Pada bulan Maret, AS menguji senjata umum-hipersonik, atau senjata C-HGB. AS menatgetkan dapat menyelesaikan rudal pertama pada tahun 2022.
Artikel ini telah tayang di Kontan dengan judul Ini ancaman baru bagi kapal induk China: Rudal anti-kapal hipersonik buatan Jepang.
(*)