Jadi Sarang 900.000 Turis, Bali Nyatanya Lebih Santai dan Minim Kasus Corona Dibanding Jakarta, Tetap Tenang Tanpa Darurat Tenaga Kesehatan

Senin, 04 Mei 2020 | 08:42
Tribun Travel

Bali

Gridhot.ID - Wabah virus corona kini sedang mencapai puncaknya.

Salah satu wilayah yang memiiki angka sangat rendah adalah wilayah Bali.

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) Provinsi Bali mencatat pada Januari 2020, total warga negara asing yang masuk Bali mencapai 542.230.

Dari jumlah tersebut warga China mendominasi dengan jumlah 113.646. Kemudian, diikuti Australia sebanyak 105.575 dan India 30.324.

Baca Juga: Dibanderol Hingga Rp 300 Juta Per Kantong, Oknum Mafia Medis Jual Belikan Darah Pasien Covid-19 yang Sembuh Lewat Pasar Gelap, Diklaim Punya Kasiat Setara Vaksin

Selebihnya berasal dari Rusia, Korea Selatan, Inggris, hingga Amerika Serikat.

Kemudian pada Februari 2020, jumlah warga asing yang masuk ke Bali turun menjadi 367.107 orang.

Tiga besar negara lainnya yakni Autralia 80.077, India 30.056, dan Jepang 22.688.

Sementara warga China yang ke Bali pada Februari jumlahnya 4.820 orang.

Baca Juga: Rumah Muzdalifah Ditawar Rp 40 Miliar oleh Baim Wong, Nasib Makam Suami Pertama Mulai Dipertanyakan, Mantan Istri Nassar Langsung Jawab Ini

Artinya ada 900.000 turis asing berkunjung ke Bali hingga Februari 2020.

Meski begitu, angka kasus Covid-19 di Pulau Dewata itu terpantau cenderung rendah jika dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia.

Kasus virus corona 237 positif

Berdasarkan data Pemerintah melalui laman covid19.go.id per Minggu (3/5/2020) total kasus di Bali ada di angka 237, jauh di bawah DKI Jakarta yang mencapai 4.397 kasus.

Baca Juga: Tembak Mati 3 Anggota KKB dan Biarkan Mayatnya Tergeletak Tak Terurus, Prajurit RPKAD Ini Gunakan Cara Unik untuk Obrak-abrik Pertahanan Lawan, 83 Pemberontak Langsung Ciut Ogah Adu Nyali

Angka kematian juga masih ada di angka yang relatif rendah, yakni 5 kasus, sementara lebih dari 120 kasus telah dinyatakan sembuh.

Padahal, sebelumnya Bali diprediksi akan menjadi salah satu titik persebaran terparah Covid-19 di Indonesia.

Lalu, apa penjelasan yang dapat disampaikan untuk kondisi ini?

Dikutip dari Aljazeera pada Sabtu (2/5/2020) tanda-tanda penyebaran masif virus corona di Bali tidak begitu terlihat meskipun setelah muncul pelarangan wisatawan asing.

Baca Juga: Heboh Tokopedia Diretas, Keamanan OVO Sempat Diragukan, Mitra Marketplace Hijau Pastikan Keamanan Berlapis Ini Mampu Lindungi Data Pengguna

Kehidupan di ibu kota Provinsi, Denpasar, juga berlangsung dengan normal.

Berbagai pendapat mengemuka

Dalam diskusi yang muncul, ada pendapat yang menyebutkan imunitas penduduk dan sisi mistis dari pulau itu yang membuat Bali minim kasus Covid-19.

Pimpinan Masyarakat Hindu Indonesia, Gede Wanasari mengatakan Bali bisa selamat karena karma baik dan doa-doa yang dipanjatkan masyarakatnya.

Baca Juga: Bagai Angin Segar di Tengah Pandemi, THR untuk PNS Jadi Dibagikan, Simak Kebijakan Pemberian THR yang Ditetapkan Pemerintah

Dia juga menyebut masakan tradisional masyarakat Bali banyak terbuat dari bahan-bahan herbal yang baik untuk meningkatkan kekebalan tubuh.

Sementara dari perspektif medis, Ahli Epidemiologi dari Universitas Padjadjaran, Dr. Panji Hadisoemarto tidak menampik imunitas masyarakat Bali berperan besar dalam menahan persebaran penyakit di pulau itu.

"Ketika Covid-19 pertama kali diidentifikasi di Wuhan, saya pikir Bali akan menjadi salah satu tempat pertama yang terkena dampak paling parah, karena semua turis China (ada di sana)," kata Panji.

"Saya salah, dan saya mulai mempertanyakan asumsi di balik model-model ini karena laju penularannya jauh lebih rendah dari yang diperkirakan."

Baca Juga: Dijemput Paksa karena Hasil Rapid Tesnya Reaktif Covid-19, Keluarga Ini Menangis Sejadi-jadinya Saat Diseret Petugas TNI Karena Menolak Dibawa ke RS: Kami Sehat, Mati Itu Takdir Tuhan!

"Tetapi pertanyaan sebenarnya adalah, apakah ini benar atau hanya pelaporan yang kurang valid?" lanjutnya.

Diketahui, Indonesia tercatat sebagai salah satu negara yang paling sedikit melakukan pengujian sampel untuk melacak keberadaan virus di tengah warganya.

Tak ada tanda-tanda darurat kesehatan

Di Rumah Sakit Universitas Udayana, Aljazeera yang melakukan kunjungan pekan lalu tidak menemukan keberadaan pasien yang berada di luar ruang perawatan.

Baca Juga: Tertohok dengan Kritikan Najwa Shihab, Politikus Partai Gerindra Malah Balik Tuding Sang Jurnalis, Andre Rosiade: Seandainya Dugaan Ini Benar

Pun di RS Sanglah, rumah sakit terbesar di pulau itu, ada 9 orang terlihat menunggu namun semuanya tidak menunjukkan gejala-gejala penderita Covid-19 seperti batuk kering.

Sementara itu, penggali kubur di Pemakaman Muslim Kampung Jawa dan Krematorium Taman Mumbul, salah satu pemakaman terbesar di Bali mengatakan mereka tidak lebih sibuk dari biasanya, walaupun pandemi sudah dimulai.

Kesalahan diagnosis

Meskipun demikian, Panji mengatakan ada dua kemungkinan yang bisa menjawab pertanyaan itu.

Baca Juga: Kim Jong Un Hanyalah Manusia Biasa, Ogah Pamor Kejamnya Rusak Begitu Saja, Korea Utara Sampai Lancarkan Misi Rahasia Demi Antar Sang Pemimpin Main-main ke Disneyland

Pertama, bisa jadi karena memang benar tidak terjadi penularan di sana.

Atau yang kedua, karena banyaknya masyarakat yang terinfeksi namun tidak menunjukkan gejala berarti.

"Apakah itu ada hubungannya dengan gen, gaya hidup di Bali atau bagaimana virus berperilaku di daerah tropis?" kata Panji.

Sementara itu, Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dr. Dicky Budiman mempercayai sebenarnya jumlah kasus Covid-19 di Bali jauh lebih tinggi dari perhitungan resmi yang dipublikasikan.

Baca Juga: Taaruf dengan Aurel Hermansyah, Atta Halilintar Minta Hari Baik untuk Menikah pada Sang Ibu, Langgogeni Faruk Beri Saran Setelah Lebaran, Shohwa Girang Setengah Mati: Jangan Lama-lama Bang!

Kasus-kasus itu tidak terdeteksi, akibat minimnya pengujian dan pelaporan kondisi ke petugas medis.

Kultur adat di sana memengaruhi ini, mereka masih banyak melakukan penyembuhan secara tradisional menggunakan bahan herbal.

Banyak juga kasus Covid-19 di Bali yang menurut Dicky salah didiagnosis sebagai demam berdarah.

"Ada jumlah kasus demam berdarah yang luar biasa tinggi di Bali saat ini, lebih dari 2.100 kasus dan saya percaya itu."

Baca Juga: Kisah Pilunya Mirip Drama Sinetron, Wanita Ini Digrebek Keluarganya Saat Selingkuh di Kamar Kos, Sang Suami Justru dengan Besar Hati Minta Sang Istri Nikahi Si Pebinor

"Karena pengujian untuk demam berdarah lebih mudah, lebih murah dan lebih cepat daripada pengujian untuk Covid-19," ujar Dicky.

Tidak bergejala

Pada beberapa kasus, Covid-19 memang bisa terjadi tanpa menunjukkan gejala apapun atau asimptomatik.

Dicky mengatakan tingkat kematian Covid-19 yang luar biasa rendah di Bali dapat dikaitkan dengan wabah asimptomatik.

Baca Juga: Tertohok dengan Kritikan Najwa Shihab, Politikus Partai Gerindra Malah Balik Tuding Sang Jurnalis, Andre Rosiade: Seandainya Dugaan Ini Benar

"Kami tahu 80 persen dari semua kasus di dunia tidak menunjukkan gejala karena mereka terkait dengan orang dewasa muda."

"Saya percaya itu juga terjadi di Bali, sebagian besar kasus tidak menunjukkan gejala karena demografi anak muda," ucap Dicky.

Ahli virologi dari Universitas Udayana, Prof. Gusti Ngurah Mahardika juga percaya bahwa demografi pendududuk di pulau Bali berperan penting.

"Jika Anda melihat struktur usia di Bali, usia rata-rata 30 tahun."

Baca Juga: Bagai Angin Segar di Tengah Pandemi, THR untuk PNS Jadi Dibagikan, Simak Kebijakan Pemberian THR yang Ditetapkan Pemerintah

"Tetapi jika Anda membandingkannya dengan Amerika di mana 16 persen populasi berusia lebih dari 70 tahun dan di Italia 20 persen, itu memberikan penjelasan yang masuk akal tentang rendahnya jumlah kasus yang dilaporkan dan tingkat kematian yang rendah di Bali," jelas Mahardika.

Teori cuaca panas

Di sisi lain, Mahardika menyebut virus tidak menular secara efektif di iklim tropis seperti Bali.

"Saya telah membuat makalah yang menyebut Covid-19 mungkin sensitif terhadap panas dan kelembaban seperti yang telah dilaporkan terjadi pada virus corona penyebab MERS dan SARS," ungkapnya.

Baca Juga: Dibanderol Hingga Rp 300 Juta Per Kantong, Oknum Mafia Medis Jual Belikan Darah Pasien Covid-19 yang Sembuh Lewat Pasar Gelap, Diklaim Punya Kasiat Setara Vaksin

Presiden Jokowi juga pernah menyebutkan peran teori ini kepada para wartawan, pekan lalu.

"Semakin tinggi suhunya, semakin tinggi kelembaban dan paparan langsung sinar matahari akan semakin memperpendek masa hidup Covid-19 di udara dan pada permukaan yang tidak berpori. Ini adalah berita baik bagi Indonesia," kata Jokowi.

Namun semua itu merupakan dugaan, karena keterbatasan pengujian yang dilakukan.

Artikel ini telah tayang di Intisari dengan judul Digadang-gadang Seperti Wuhan, Nyatanya Kasus Virus Corona di Bali Terpantau Rendah, Padahal Dikunjungi 900.000 Turis Asing, Apa Alasannya?

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber intisari