Sangat Berbahaya, Inilah Kisah Operasi Pembebasan Sandera Mapenduma, Kopassus Sampai Libatkan 3 Pendekar Sakti untuk Menghalau Ilmu Gaib Musuh

Senin, 18 Mei 2020 | 05:42
Tribun Jambi

Ilustrasi Kopassus

GridHot.ID -Komando pasukan Khusus (Kopassus) dikisahkan pernah mengajak tiga orang pendekar sakti asal banten untuk ikut memburu kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua.

Kisah tersebut tertulis dalam buku 'The Politics of Inner Power: The Pratice of Pencak Silat in West Java' karya Ian Douglas Wilson.

Saat itu,Kopassus ditugaskan untuk misi penyelamatan warga yang disandera KKB Papua pimpinan Kelly Kwalik di Desa Mapenduma, Kecamatan Tiom, Kabupaten Jayawijaya, Papua.

Nah, di antara pasukan Kopassus itu, terdapat tiga orang pendekar sakti yang disebut berperan khusus untuk menangkal ilmu gaib yang kemungkinan dipakai oleh musuh.

Baca Juga: Kisah Mantan Jenderal Goliat Tabuni yang Rela Membelot Demi Kembali ke NKRI, Hidup Susah di Tengah Hutan, Akui Awalnya Tertipu Janji Manis Sang Pemimpin

Tiga orang itu adalahH Tubagus Zaini, Tubagus Yuhyi Andawi, dan Sayid Ubaydillah Al-Mahdaly.

"Waktu itu kami diminta membantu. Tugas kami memberikan perlindungan spiritual para anggota pasukan. Termasuk menangkal ilmu gaib yang mungkin dipakai para penyandera," ungkap Sayid Ubaydillah.

Saat itu, Kopassus memang agak kesulitan menerabas lokasi KKB Papua di rimba belantara Mapenduma lantaran tak memiliki peta daerah.

Menurut Douglas Wilson, ide kolaborasi grup Silat dan militer memang sudah ada sejak tahun 1988, dan kemudian diterapkan saat operasi pembebasan sandera Mapenduma, Papua.

Baca Juga: Identitasnya Dikuliti Kapolda Papua, Ini Sosok Mata-mata KKB yang Bertugas Atur Penembakan Karyawan PT Freeport di Kuala Kencana, Beri Akomodasi Langsung ke Abubakar Kogoya

Kronologi misi penyelamatan

Kisah keterlibatan tiga pendekar sakti membantu Kopassus ini tak lepas dari tragedi penyanderaan Tim Lorentz ’96 oleh KKB Papua pimpinan Kelly Kwalik.

Penelitian Tim Lorentz ’96 dilakukan antara bulan November 1995 dan Januari 1996.

Anggota tim dari Indonesia terdiri dari Navy Panekanan (28), Matheis Y.Lasamalu (30), Jualita Tanasale (30), Adinda Arimbis Saraswati (25).

Sementara anggota tim dari Inggris terdiri dari Daniel Start (22), William "Bill" Oates (23), Annette van der Kolk (22), dan Anna Mclvor (21).

Baca Juga: Tembak Mati 3 Anggota KKB dan Biarkan Mayatnya Tergeletak Tak Terurus, Prajurit RPKAD Ini Gunakan Cara Unik untuk Obrak-abrik Pertahanan Lawan, 83 Pemberontak Langsung Ciut Ogah Adu Nyali

Mereka juga dibantu oleh antropolog Markus Warip (36) dari Universitas Cendrawasih dan Abraham Wanggai (36) dari Balai Konservasi Sumber Daya ALam (BKSDA) Kantor Wilayah Kehutanan Irian Jaya.

Bersama mereka ada juga Jacobus Wandika, putra daerah suku Nduga, yang merupakan antropolog lulusan Universitas Cendrawasih dan murid Markus Warip.

Tidak ada gangguan berarti yang dialami tim selama menjalankan misinya.

Meski begitu, sebelum keberangkatan, tim tahu jika di sana terdapat KKB Papua yang mengaku kecewa dengan Pemerintah Pusat Republik Indonesia.

Baca Juga: Punya Ribuan Pasukan dan Dikenal Kejam, Inilah Sosok Pimpinan KKB Paling Legendaris yang Akhirnya Kembali ke Pangkuan Ibu Pertiwi, Dibuat Tekuk Lutut Saat Bertemu Soeharto

Tanggal 8 Januari menjelang hari-hari kepulangan ke Jakarta, mereka berkumpul di rumah kayu milik Pendeta Adriaan van der Bijl asal Belanda yang sudah menetap di sana sejak tahun 1963.

Hari itu sang pemilik rumah sedang pergi, berkeliling ke daerah Mbua dan Alama untuk menyusun kegiatan misionaris bersama istrinya.

Tiba-tiba, datanglah sekelompok suku setempat berjumlah puluhan orang berpakaian perang, lengkap dengan tombak.

Tak hanya itu, salah satu dari mereka, diduga sebagai komandan, membawa senapan laras panjang M-16 yang diacung-acungkan dan sesekali ditembakkan ke udara.

Baca Juga: Lagi, Anggota KKB Pimpinan Lekagak Telenggen Berulah di Tembagapura, Tembaki Iring-iringan Kendaraan Trailer Milik PT Freeport, Kapolres Mimika Buka Suara

Mereka lalu mendobrak mendobrak pintu yang dikunci, memaksa masuk, menyerang, menyandera tim, dan akhirnya membawa seluruh tim peneliti ke hutan pedalaman.

Berita penyanderaan Tim Lorentz mulai beredar di media massa dan menjadi berita besar hingga ke Jakarta bahkan dunia.

Pemerintah segera meminta ABRI (TNI) melakukan penyelamatan.

Komandan Jenderal Kopassus saat itu (Mayjen TNI Prabowo Subianto) diputuskan memimpin misi penyelamatan.

Baca Juga: Rekam Jejak Menakutkannya Bakal Terus Diingat, Jenazah Tandi Kogoya yang Tewas dalam Baku Tembak dengan Satgas TNI-Polri Diperlakukan Seperti Ini, Tak Dibiarkan Begitu Saja Seperti Anggota KKB Lain

Beberapa satuan TNI lainnya seperti pasukan Kostrad juga dilibatkan dalam misi penyelamatan ini.

Sekitar lima bulan berlalu, misi pembebasan Tim Lorentz yang disandera oleh KKB Papua pimpinan Kelly Kwalik belum juga membuahkan hasil.

Para OPM terus bersembunyi dan berpindah-pindah tempat sambil mengirimkan beberapa pesan tuntutan mereka kepada Pemerintah RI.

Pasukan yang dibawa Kelly Kwalik mula-mula berjumlah 50 orang, kemudian ditambah lagi hingga menjadi 100 orang.

Baca Juga: 2 Mayat Tanpa Kaki yang Diduga Korban Penembakan Aparat Ditemukan Tertimbun Pasir di Area Perang KKB Papua, Pangdam XVII/Cendrawasih Sampaikan Permohonan Maaf, Akui Pihaknya Masih Menunggu Hasil Investigasi

Tanggal 7 Mei 1996, satu kompi pasukan batalyon Linud 330/Kostrad di bawah pimpinan Kapten Inf Agus Rochim ikut dikirim ke Timika untuk menambah kekuatan.

Kompi dibagi dalam beberapa tim.

Secara berangsur masing-masing tim dikirim ke daerah operasi.

Setelah berbagai upaya dilakukan, Tim Kopassus dan Kostrad berhasil menuntaskan misinya pada tanggal 9 Mei 1996.

Tim gabungan Kopassus dan Kostrad itu akhirnya berhasil menyelamatkan para sandera kecuali 2 orang, yaitu Navy dan Matheis yang gugur di tangan keganasan para KKB Papua

Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul "3 Pendekar Sakti Ikut Memburu KKB Papua Bersama Kopassus, Kelly Kwalik dkk Sembunyi dan Berpindah"

(*)

Tag

Editor : Siti Nur Qasanah

Sumber Surya.co.id