Find Us On Social Media :

Sekolah Siap Normal 13 Juli 2020, Orang Tua Murid Malah Menolak Habis-habisan, Pentingkan Keselamatan Anak Sampai Ogah Ambil Resiko Manut Pemerintah

Ilustrasi

Gridhot.ID - Wabah virus corona memang belum sepenuhnya hilang dari Indonesia.

Namun pemerintah sepertinya sudah berencana akan membuka beberapa fasilitas umum secara bertahap.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berencana akan kembali membuka sekolah dan memulai aktivitas belajar-mengajar di kelas per 13 Juli mendatang.

Baca Juga: Padahal Pundi-pundi Kekayaannya Menumpuk, Raffi Ahmad Jual Kapal Pesiarnya, Suami Nagita Slavina: Jarang Main Kapal Lagi, Jadi Gue Jual

Pembukaan sekolah di tengah pandemi virus corona ini rupanya bertepatan dengan dimulainya tahun ajaran baru 2020/2021.

Rencana itu pun disambut dengan respons yang beragam dari berbagai pihak, mengingat kurva kasus infeksi virus corona baru di Indonesia masih terus meningkat, bahkan beberapa hari lalu hampir mencapai 1.000 kasus baru ditemukan dalam sehari.

Untuk itu, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) berencana akan mengadakan survei dengan menyasar orangtua, guru, dan anak sebagai respondennya untuk mengetahui pandangan masing-masing pihak soal rencana pembukaan kembali sekolah.

Baca Juga: Dijuluki The Legend of Pelakor, Begini Kisah Pertemuan Mayangsari dan Bambang Trihatmodjo, Berawal dari Artis Pendukung Kampanye Partai Hingga Duduk di Pelaminan

Survei itu baru akan dilakukan pada akhir Mei-awal Juni 2020.

Namun, baru-baru ini survei uji coba telah dilakukan oleh Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listyarti melalui akun Facebook pribadinya.

Survei dibuat pada Jumat (22/5/2020) sekitar pukul 12.00 WIB.

Baca Juga: Terkuak! Asal-usul Makhluk Mitologi Indonesia Jenglot, Dikenal Sebagai Makhluk yang 'Ditolak Bumi' dan Haus Darah, Berikut Penelitian Para Ahli

Retno menyampaikan hasil survei uji coba yang dibuatnya setelah 6 jam diunggah dan mendapat 87 respons dari netizen yang merupakan guru, orangtua, dan tenaga kesehatan.

Hasil dari survei uji coba yang dilakukannya itu, 71% responden menyatakan tidak setuju terhadap rencana pembukaan ini, karena berbagai alasan.

Mayoritas mereka tidak setuju karena melihat angka positif Covid-19 di Indonesia masing sangat tinggi.

Baca Juga: Namanya Naik Daun Usai Bintangi Sinetron 'Tukang Ojek Pengkolan', Artis Cantik Ini Justru Pilih Pulang Kampung dan Banting Setir Jadi Penjual Kopi, Alasannya Tak Terduga

Mereka lebih mementingkan keselamatan anak dan guru dan tidak memilih untuk mengambil risiko untuk berdamai dengan virus sebagaimana disampaikan oleh Pemerintah.

"Saya tidak setuju. Keselamatan dan kesehatan anak-anak harus yg utama dan pertama. Mereka kelak generasi di bangsa ini," tulis seorang warganet.

Bahkan tak sedikit orangtua yang menguhubungkan kejadian di luar negeri, di mana banyak anak sekolah tertular virus corona usai kembali bersekolah.

"Merujuk dari negara-negara lain, kita persiapkan dulu imun kita sampai penyakit ini benar-benar minim terjadi. Jangan sampai kejadian di luar negeri itu terulang di Indonesia," tulis seorang warganet.

Baca Juga: Dituding Bermewah-mewah di Atas Derita Halimah, Mayangsari Ngamuk Saat Putrinya Disebut Mirip Adi Firansyah: Hati-hati Kamu Bicara Ya!

Pada 11 Mei 2020 sekolah dan penitipan anak di Prancis kembali buka, dalam hal itu sekitar 1,4 juta anak kembali ke sekolah.

Namun sejak sekolah dibuka kembali, setidaknya ada 70 kasus Covid-19 yang dilaporkan yang terdeteksi di sekolah-sekolah.

Sementara di Finlandia, sebanyak 17 siswa dan 4 guru yang telah terpapar virus corona di sekolah menengah yang memiliki 550 siswa itu.

Baca Juga: Sudah Kaya Sejak Belum Jadi Janda, Ini Pabrik Uang Veronica Tan Selama 20 Tahun Mendampingi Ahok, Tak Heran Sekarang Berkecukupan

Kejadian serupa juga terjadi di Inggris, sejumlah siswa sekolah dasar dikabarkan positif terinfeksi virus corona setelah pemerintah membuka kembali aktivitas belajar di sekolah

Artikel ini telah tayang di Gridhealth dengan judul Sekolah Akan Dibuka Lagi, 71 Persen Orangtua Menolak: 'Saya Tidak Setuju, Kesehatan dan Keselatan Anak Harus Utama'

(*)