Banyak yang Susah Makan, Indonesia Justru Bakal Ekspor Sayuran ke Luar Negeri, Petani yang Kesulitan di Tengah Pandemi Corona Jadi Alasannya

Kamis, 28 Mei 2020 | 12:13
Tribunnews

Ilustrasi pedagang sayur

Gridhot.ID - Produksi sayuran di Indonesia mengalami surplus.

Oleh karenanya, di masa pandemi ini masih dapat mengekspor ke luar negeri.

Hal tersebut diungkap langsung oleh Direktur Jenderal (Dirjen) Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan), Prihasto Setyanto.

Baca Juga: Diam-diam Belanja Senjata Berat hingga Jet Tempur Canggih, Lembaga Asal Swedia Bocorkan Daftar Belanja Alutsista TNI Tahun 2019, Ketahuan Impor dari Israel Padahal Tak Berhubungan Diplomatik

Prihasto menyatakan, beberapa jenis sayuran daun segar produksi Indonesia bisa diekspor karena pasokan dalam negeri melimpah, Senin (25/05/2020).

Menurut dia, sayuran segar produksi dalam negeri yang bisa diekspor tersebut, yakni selada, bayam, kangkung, kubis, wortel.

"Dalam masa pandemi kita lihat sendiri, petani sampai kesulitan menjualnya karena produksi melimpah. Kami bantu petani memasarkan, bahkan kami bantu distribusinya," jelas Prihasto.

Baca Juga: Disayang Jokowi dengan Prestasi Menyaingi Susi Pudjiastuti, Mantan Menteri Ini Ogah Nganggur Setelah Tak Dipilih Lagi, Banting Setir Jadi Petani Sayur di Tengah Hutan Beton Jakarta

Tak hanya itu, ia menegaskan produksi pertanian dan sayuran segar dalam negeri masih sangat mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya di tengah suasana Idul Fitri dan selama masa pandemi Covid-19 ini.

Terkait hal tersebut, pihaknya berharap, momen pandemi Covid-19 ini membuat masyarakat semakin mencintai produk lokal petani Indonesia.

"Hal ini dikarenakan kekayaan ragam buah dan sayuran lokal lebih sehat dan menolong petani itu sendiri," kata Prihasto.

Dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, ia mengatakan penguatan dan pemberdayaan produk pertanian lokal juga harus terus ditingkatkan.

Baca Juga: Sekolah Siap Normal 13 Juli 2020, Orang Tua Murid Malah Menolak Habis-habisan, Pentingkan Keselamatan Anak Sampai Ogah Ambil Resiko Manut Pemerintah

"Kalau ada pengamat yang bercerita impor sayuran kita meningkat di tahun 2019, dari data Badan Pusat Statistik (BPS) bisa di kroscek atau dipastikan, impor tersebut adalah terbesar bawang putih dan kentang industri," katanya

Menurut dia, komoditas ini masuk dalam kelompok aneka sayuran, karena nyatanya masyarakat Indonesia memang masih membutuhkan pasokan besar untuk jenis sayur tertentu.

"Bawang putih volumenya mencapai 38,62 persen dari total nilai impor seluruh jenis sayuran, disusul kentang olahan industri, bawang bombay dan cabai kering," ujarnya.

Baca Juga: Kapolsek Tertidur Saat Rapat, Kapolda Jawa Timur Usir dan Minta Hadap Propam, Begini Kronologinya

Lebih lanjut, ia menjelaskan, jumlah produksi bawang putih nasional belum dapat memenuhi kebutuhan nasional yang mencapai 580.000 ton per tahun.

Hal itu terjadi meskipun jumlah produksinya naik dari 49.000 ton menjadi 88.000 ton karena bawang putih tumbuh optimal di daerah sub tropis seperti China.

"Begitu pula kentang industri, yang berbeda dengan jenis kentang sayur atau granola, jenis granola kita malah sudah bisa ekspor," katanya.

Dengan demikian, ia mengatakan, impor sayuran Indonesia hanya dilakukan pada komoditas sayur yang produksi dalam negerinya masih rendah.

Baca Juga: Langgar Tradisi Lebaran di Mabes Polri, Idham Aziz dan Keluarga dukung Pemerintah Lakukan Ini di Hari Raya Idul Fitri, Kapolri: Tetap Saling Mendoakan!

Sementara itu, Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri menegaskan kondisi neraca perdagangan pertanian Indonesia saat ini masih positif bila berbasis data BPS.

Menurut dia, perdagangan internasional merupakan hal yang wajar karena tiap negara punya keunggulan komparatif dan kondisi agroekologi atau lingkungan wilayah dan iklim yang spesifik.

“Yang harus kita jaga adalah, neraca dagangnya menguntungkan bagi kita," ujar Kuntoro.

Baca Juga: Nekat Bolehkan Mal Buka di Tengah Wabah Corona, Pemerintah Disebut Lakukan Pelanggaran Hukum, Jusuf Kalla Bandingkan Kelakuan Indonesia dengan China

Lebih lanjut, ia menjelaskan, berdasarkan neraca perdagangan komoditas pertanian dengan China tahun 2019, nilai ekspor Indonesia ke negeri tirai bambu senilai 3,89 miliar dollar AS.

Sementara itu, nilai impor produk China ke Indonesia senilai 2,02 miliar dollar AS "Sehingga di tahun 2019 Indonesia mengalami surplus senilai 1,87 dollar AS dari China," kata Kuntoro.

Sementara itu, menurut dia, di periode Januari sampai dengan Maret 2020 saja, Indonesia telah mengalami surplus sebesar 164.000.000 dollar AS dari China untuk komoditas pertanian.

"Untuk volumenya, tahun 2019 sebesar 5,762,987 ton atau naik 49.86 persen dibanding 2018. Khusus sektor hortikultura pun neracanya tumbuh positif hingga 8,25 persen," jelas Kuntoro.

Baca Juga: Batal Pesta Kembang Api, Pemerintah Tegal Pilih Lakukan Aksi Ini untuk Rayakan 'Zero Covid-19, Walikota: Kita Hilangkan Kesan Euforia dan Hura-hura

Ia mengatakan, hal tersebut adalah dampak positif penguatan produksi dalam negeri dan membuka akses pasar ekspor yang dilakukan pemerintah.

"Produksi aneka sayuran 2019 mencapai 13,4 juta ton atau naik 2,67 persen dari sebelumnya. Kami sepakat bila inovasi dan upaya pemenuhan kebutuhan nasional, penting dilakukan secara simultan atau bersamaan," jelas Kuntoro.

Dengan demikian, ia berharap, kedepannya pemerintah terus memacu sentra produksi baru berbasis keunggulan wilayah, agar produk pertanian mampu berkembang.

Baca Juga: Siap-siap Hirup Udara Segar, Pemerintah Makassar Buka Mall & Sekolah Hingga Perbolehkan Resepsi Pernikahan, Berikut Protokol yang Harus Dipatuhi

"Upaya tersebut dilakukan untuk menguntungkan petani dan memenuhi sendiri kebutuhan nasional, serta mengurangi ketergantungan impor”, tegas Kuntoro.

Artikel ini telah tayang di Nova dengan judulNeraca Dagang Pertanian Positif, Indonesia Siap Ekspor Berbagai Sayuran untuk Bantu Petani di Tengah Pandemi Covid-19(*)

Tag

Editor : Dewi Lusmawati

Sumber Nova