Gridhot.ID - Sejak empat hari terakhir, dalam peta sebaran Covid-19 di provinsi Jawa Timru, gambaran wilayah Kota Surabaya terlihat berwarna hitam.
Sedan kota dan kabupaten lain di Jawa Timur masih berwarna merah.
Hal itupun di klarifikasi oleh Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur, dr Joni Wahyudi.
dr Joni mengatakan bahwa warna hitam menunjukkan kasus covid-19 di daerah tersebut lebih dari 1.025 kasus.
Namun demikian, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini malah tuai pujian saat status wilayahnya dikategorikan dalam zona hitam Covid-19 dan berpotensi menjadi Kota Wuhan kedua.
Dalam peta persebaran Covid-19 di Indonesia Ibu Kota Jawa Timur itu berwarna hitam sejak lima hari terakhir.
Hal itu disebabkan Surabaya menjadi wilayah yang dengan jumlah kasus Covid-19 tertinggi di Indonesia.
Hingga Selasa (2/6/2020) jumlah kasus mencapai 2.748.
Karena itu, Kota Pahlawan ini bahkan disebut-sebut bisa menjadi Wuhan kedua, alias kota pertama di China dan dunia yang diduga menjadi asal-usul munculnya Covid-19.
Penyebab tingginya jumlah kasus Covid-19 di Surabaya baru-baru ini terungkap.
Namun, hal tersebut malah membuat sang Wali Kota, Risma menuai pujian dari Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo.
Hal itu disampaikan Doni saat berkunjung ke Balai Kota Surabaya bersama Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto di Balai Kota Surabaya, Selasa (2/6/2020).
Dalam kesempatan itu, ia mengapresiasi Pemerintah Kota Surabaya yang melakukan langkah cepat untuk menangani pandemi Covid-19.
Berkat tracing yang gencar dilakukan, kasus bisa dikonfirmasi lebih cepat.
Itu pula yang menyebabkan jumlah kasus di Surabaya mengalami peningkatan yang signfikan.
"Tentunya tak mudah untuk mendapatkan informasi daerah yang kawasannya banyak yang positif.
"Ini langkah yang strategis dan sangat cerdas," kata Doni, seperti dikutipdari Kompas.com.
Risma mengakui, sejak kemunculan kasus Covid-19 pada Maret lalu, pihaknya sempat mengalami kesulitan untuk melakukan tes cepat atau tes swab karena keterbatasan alat.
Karena keterlambatan itu, ujar Risma, kasus Covid-19 di Surabaya kini menjadi tinggi.
Namun, berkat bantuan alat kesehatan dari Kemenkes, BIN dan BNPB, pihaknya kini bisa melakukan tes dengan mudah kepada warganya.
Walaupun banyak warganya yang positif Covid-19, namun Risma mengaku masih bisa mengendalikan jumlah tersebut.
Hal itu disampaikan Risma dalam tayangan Kompas TV, Senin (1/6/2020).
"Kalau saya melihat data sebetulnya masih terkendali.
"Cuma karena ada target-target yang ingin kita capai supaya kehidupan perekonomian kita normal.
"Maka memang saya butuh treatment yang sangat cepat, untuk menyelesaikan permasalah ini," ujarnya, seperti dikutip via Tribun Wow.
Untuk mengendalikan kasus Covid-19, Pemkot Surabaya telah berhasil memetakan data dan pola penyebaran virus di kota tersebut.
Karena itu, Risma yakin pihaknya dapat mengatasi dan segera mengakhiri pandemi Covid-19 di Surabaya.
"Jadi karena kami punya data, siapa pasien itu dan kemudian bagaimana pola penyebarannya kami sudah tahu," kata Risma.
"Jadi kenapa kemudian saya percaya dengan ketepatan dan kecepatan, maka kita bisa menyelesaikan masalah ini secepat mungkin," lanjutnya.
Ia juga mengakui bahwa sebagaian warganya ada yang masih belum memahami situasi pandemi ini.
Untuk itu, pihaknya terus melakukan sosialisasi pada warga.
Bahkan Risma tak ragu untuk terjun langsung ke lapangan dan memberikan pengertian pada rakyatnya.
"Memang ada yang mungkin mereka tidak tahu bagaimana penyebarannya, karena itu kita terus melakukan sosialisasi," ungkap Risma.
"Memang terus-menerus harus kita lakukan, karena kita tahu penduduk Surabaya jumlahnya cukup besar kemudian banyak pula urban, pendatang yang datang ke Surabaya. Juga dengan berbagai macam tingkatan pendidikan," imbuhnya.
"Tapi saya terus terang percaya dengan warga Surabaya," tandasnya.
(*)
Artikel ini telah tayang di Sosok.ID dengan judul "Surabaya Digadang-gadang Bakal Jadi Wuhan Kedua Setelah Dinyatakan Sebagai Zona Hitam, Tapi Risma Malah Panen Pujian Usai Ditemukan Penyebab Tingginya Lonjakan Kasus Covid-19 di Kota Pahlawan"