Gridhot.ID - Wabah virus corona membuat sekolah harus ditutup untuk menghentikan penyebaran virus tersebut.
Pemerintah kemudian memutuskan mengambil tindakan khusus agar pelajar tidak ketinggalan pelajaran selama masa pembelajaran.
Selama masa pandemi virus corona (Covid-19) hampir seluruh pelajar di dunia terpaksa harus mengikuti kelas secara online.
Namun kelas online yang dilakukan demi menerapkan lockdown atau pembatasan sosial ini rupanya memantik gelombang kecaman masyarakat di India.
Pasalnya baru-baru ini dikabarkan ada seorang pelajar di Valancherry, Kerala, India nekat bunuh diri usai tidak punya kuota internet untuk ikut kelas online.
Hal itu diketahui karena di dekat mayatnya ditemukan botol kosong berisi cairan beracun.
Melansir dari Daily Mirror, Jumat (5/6/2020), pelajar tersebut bernama Devika Balakrishnan berusia 14 tahun.
Diduga Devika bunuh diri karena dia takut ketinggalan kelas online selama lockdown virus corona, karena keluarganya tak mampu beli kuota internet.
Sang ayah yang tidak bekerja karena sakit menjelaskan, anaknya itu sempat depresi karena tidak bisa ikut kelas online.
"Dia selalu mengatakan agar kami membetulkan televisi, sehingga dia bisa segera ikut kelas yang diselenggarakan daring," ujar ayahnya.
Ia menerangkan keluarganya memang tak punya uang untuk memperbaiki televisi, apalagi membeli ponsel.
Saat olah kejadian perkara ditemukan juga catatan yang ditinggalkan Devika.
"Saya pergi," begitu ucapan terakhir dari dia.
Alhasil kasus ini memantik gelombang protes di Kerala, karena menjadi bukti nyata ketimpangan di India buntut adanya pandemi virus corona.
Siswa miskin yang tinggal di pedesaan mengalami kesulitan selama wabah ini, kata Abhijith, Ketua Serikat Siswa Negara Bagian Kerala.
"Tindakan yang dilakukan pemerintah membuat para murid miskin ini berada dalam kondisi depresi dan stres karena tak bisa ikut kelas online," paparnya.
Sementara itu, Menteri Pendidikan, Profesor C Raveendranath, memerintahkan agar Kantor Pendidikan Distrik menyelidiki kematian Devika.
Dia menjelaskan pihaknya sudah melakukan survei terkait fasilitas murid-murid, dan memperkenalkan kelas lingkungan bagi mereka yang tak punya ponsel atau TV.
"Kami telah meluncurkan kelas daring berdasarkan pendekatan eksperimental, dan akan terus memperkenalkan kelas itu," jelas Raveendranath.
Pemerintah negara bagian sudah menginstruksikan otoritas lokal untuk membuat kelas lingkungan, guna mengakomodasi mereka yang tak punya internet.
Melihat kejadian tersebut, dilansir dari WebMD, depresi biasanya muncul ketika seseorang tak bisa menyelesaikan permasalahannya.
Selain itu, depresi juga gejalanya agak sulit dikenali atau disadari.
Biasanya seseorang menyadari ada sesuatu yang tidak beres dengan dirinya, namun ia tidak tahu cara keluar dari masalah.
Ciri-ciri orang yang mengalami depresi berat antara lain merasa putus asa, suasana hati yang buruk, merasa lelah, atau kehilangan minat dan motivasi dalam hidup.
Ciri tersebut dapat memberi dampak buruk bagi kehidupan orang tersebut secara menyeluruh.
Pada akhirnya, hal ini dapat memicu seseorang untuk lebih mungkin mencoba untuk bunuh diri.
Meski begitu tindakan tersebut bukanlah keputusan yang bijak, sebab bunuh diri jelas bukanlah jalan keluar dari masalah.
Artikel ini telah tayang di Gridhealth dengan judul Tak Punya Kuota Untuk Ikuti Kelas Online Selama Pandemi, Siswa Ini Depresi dan Nekat Bunuh Diri.
(*)