Gridhot.ID - Dunia kini sedang ketar-ketir gara-gara dua negara besar ini.
Pasalnya Amerika Serikat dan China kini sedang panas-panasnya laksanakan perang dingin.
Memanasnya hubungan China dengan Amerika Serikat (AS) disebut yang paling buruk selama satu dekade ini.
Bahkan kemunduran yang sangat drastis ini disebut memicu perang dingin yang bisa menyeret negara mana saja, termasuk sekutu.
Baca Juga: Buat Aturan Baru, Sekolah SMK Bakal Jadi 4 Tahun, Ini Alasan Kemendikbud
Hubungan bilateral antar kedua negara besar ini dikabarkan memburuk beberapa hari terakhir.
Hal itu setelah pernyataan pemerintah AS mengenai apa yang melanda dunia saat ini setelah wabah virus corona berawal di Wuhan, China.
Melansir South China Morning Post, beberapa waktu lalu, pemerintahan Trump telah mengancam untuk membatalkan kesepakatan perdagangan fase satu dan meningkatkan pemberlakuan tarif terhadap China.
China pun tak tinggal diam dengan tudingan mengenai sumber virus corona dari AS pada mereka.
Sejumlah diplomat China di beberapa negara pun akhirnya menyerang tokoh-tokoh politik AS melalui media sosial.
Hal itu pun dianalisis oleh para ahli politik dunia sebagai peringatan munculnya "perang dingin" baru.
Melansir dari CNBC, perang dingin antara AS-China ini sangat berpeluang menyeret negara-negara lain terjerumus di dalam jurang konflik.
“Segala sesuatu akan menjadi lebih buruk, mungkin jauh lebih buruk, sebelum menjadi lebih baik. Fenomena ini sedang berlangsung,” jelas Dan Ikenson, direktur Herbert A. Stiefel Center untuk Studi Kebijakan Perdagangan di Cato Institute, merujuk pada perpecahan ekonomi antara dua ekonomi terbesar di dunia.
Menurutnya, Tiongkok kini mulai menargetkan sekutu dari Amerika yang sebut para analis sebagai taktik "diplomasi prajurit serigala".
Taktik tersebut merujuk pada sebuah film yang sangat populer di mana pejuang China mengalahkan musuh secara global.
Bahkan seperti situasi di Hong Kong belum lama ini yang masih menjadi bagian dari China bisa jadi pemicunya.
Diketahui bahwa China mengusulkan undang-undang keamanan baru untuk Hong Kong yang membuat warga Hong Kong pun turun ke jalan.
Padahal wilayah Hong Kong merupakan daerah China semi-otonom yang memiliki kedekatan hubungan perdagangan khusus dengan AS.
Presiden Amerika Donald Trump dengan cepat mengumumkan bahwa AS akan mencabut status preferensi kota.
"Hong Kong tidak lagi cukup otonom untuk menjamin perlakuan khusus yang telah kami berikan pada wilayah itu sejak negara kota bekas koloni Inggris itu dikembalikan ke China pada 1997," katanya seperti yang dikutip dari CNBC.
Christopher Granville dari perusahaan riset TS Lombard juga berpendapat hal yang sama.
Kejadian yang muncul baru-baru ini sebagai ketegangan "Perang Dingin 2.0" menurutnya.
Granville mengatakan dalam sebuah catatan, beberapa dari taktik diplomasi prajurit serigala sudah berlangsung.
Sebagai contoh, China menghentikan sementara impor daging sapi dari Australia setelah Negeri Kanguru itu menyerukan penyelidikan global tentang asal-usul virus corona.
"Diplomasi prajurit serigala adalah pendekatan baru Tiongkok yang dilarang berlaku di dunia luar," tambah Edward Lucas dari Pusat Analisis Kebijakan Eropa dalam sebuah catatan bulan lalu.
Dia menambahkan: “Serangan balik terhadap diplomasi Wolf Warrior sedang tumbuh. Tiongkok memicu kemarahan di Australia, Kanada, Jerman, Belanda, dan Swedia - jika mengambil beberapa contoh baru-baru ini.”
Melansir dari South China Morning Post, Shi Yinhong, seorang profesor hubungan internasional di Universitas Renmin China sekaligus penasihat Dewan Negara Tiongkok mengungkap bahwa akan terjadi perang dingin model baru.
"Amerika Serikat dan China sebenarnya berada di era Perang Dingin yang baru," kata Shi.
Dia menambahkan, “Berbeda dari Perang Dingin antara AS dan Uni Soviet, Perang Dingin baru antara AS dan China memiliki kompetisi penuh dan perputaran cepat. Hubungan AS-China tidak lagi sama dengan beberapa tahun yang lalu, bahkan tidak sama dengan beberapa bulan yang lalu.”
Artikel ini telah tayang di Sosok.ID dengan judul Gunakan Taktik Prajuri Serigala, China Bisa Seret Negara Sekutu Dalam Perang Dinginnya dengan AS, Analis: Perang Dingin AS-China Memiliki Kompetisi Penuh...
(*)