GridHot.ID- Roda zaman berputar.
Dulu berada di atas PLA Navy China, TNI AL sekarang harus mengakui ketertinggalannya.
Sebagaimana diketahui, China memang tengah membangun militernya secara besar-besaran.
China bahkan sudah menangguhkan program pembuatan kapal perang kelas Korvet.
Oleh karenanya, China tinggal fokus membangun kapal perang Fregat, Destroyer, kapal induk, serta Kapal Selam.
Semuanya berspesifikasi Ocean Going untuk mendukung klaim Nine Dash Line mereka.
Melihat itu, pihak TNI tentu merasa perlu menambah kekuatan laut di Natuna Utara.
Gayung bersambut, Indonesia kini bakal punya dua kapal fregat kelas gahar dari Denmark, yakni Iver Huitfeldt class.
Laporan navalnews.com pada Selasa (16/6/2020) mengatakan, jika Indonesia kekurangan kapal Ocean Going untuk mengimbangi agresivitas China di Natuna Utara, maka Kementerian Pertahanan mencanangkan pembuatan fregat baru untuk menjaga Natuna agar lebih aman dari gangguan asing.
PT PAL Indonesia lalu ditugaskan untuk mengembangkan desain untuk 2 kapal selama 5 tahun seharga USD720 juta (Rp1,1 triliun) pada Maret 2020, bekerja sama dengan Denmark untuk membuatkan kapal fregat bagi TNI AL.
Denmark sendiri nantinya akan diwakili oleh galangan kapalnya Odense Maritime Technology (OMT) yang akan melakukan Transfer of Technology kepada PT PAL Indonesia.
Bahkan Direktur Pelaksana Tim Angkatan Laut Denmark dan mantan Kepala Angkatan Laut Denmark Laksamana Muda (Purn) Nils Wang mengatakan Indonesia sudah menunjukkan minat kuat untuk akuisisi Iver Huitfeldt class.
"Tim Angkatan Laut Denmark dapat mengkonfirmasi bahwa Indonesia - di antara negara-negara lain - telah menunjukkan minat untuk frigat Denmark Iver Huitfeldt. Namun, saya tidak dapat mengomentari pertanyaan spesifik Anda," ujar Nils seperti dikutip dari Naval News.
Bukan hanya itu saja, seorang peneliti di Program Keamanan Maritim, Sekolah Studi Internasional S. Rajaratnam, Singapura, Collin Koh malah membuat pernyataan lebih gila lagi.
Collin menyebutkan jika Indonesia tidak akan bisa mempertahankan Natuna Utara jika hanya dibekali dengan dua Fregat kelas berat saja.
Indonesia perlu membangun fregat sekelas Iver Huitfeldt lebih banyak lagi dan lagi ditambah kapal Offshore Patrol Vessel (OPV) untuk menjaga wilayah lautnya yang luas terutama di Natuna karena lawannya China.
"Dua fregat besar tidak cukup untuk menutupi perairan Natuna, di mana serangan China sering terjadi. Paling-paling, di setiap titik waktu, 1 dari pasangan fregat baru ini akan ada di pangkalan, meskipun untuk jangka waktu terbatas dan menyediakan perawatan yang tepat, jadwal perbaikan."
"Tentu saja, dengan anggaran yang sama, lebih banyak OPV yang lebih kecil dapat diperoleh. Namun, saya menduga beberapa alasan di balik pencarian untuk kelas Iver Huitfeldt,"
"Dan menambahkan bahwa Iver Huitfeldt juga lebih besar, dan mewakili desain yang sepenuhnya baru yang harus ditangani oleh PT PAL. Dengan transfer teknologi yang tepat di bawah bimbingan rekan-rekan mereka dari Denmark, dan tentu saja dengan komitmen Jakarta terhadap program ini, adalah mungkin bagi PT PAL untuk mengatasi masalah awal dari kurva pembelajaran dan secara bertahap menjadi mampu membangun kapal secara mandiri."
"Kita bisa mengambil contoh dari kolaborasi PT PAL dengan DSME dalam pembangunan lisensi kapal selam. Ada cegukan awal, terutama karena transfer teknologi, tetapi ini kemudian diatasi dan Indonesia akhirnya berhasil membangun kapal selam kelas Nagapasa ketiga, dan menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang membangun kapal selam secara lokal,"ujar Collin.
Collin juga mengungkapkan jika Indonesia sedang merancang taktik jitu untuk menandingi kekuatan PLA Navy di Natuna Utara nantinya.
"Namun, saya menduga beberapa alasan di balik pencarian untuk kelas Iver Huitfeldt," ungkapnya.
Yang pertama adalah "bahwa orang Indonesia sedang melihat pembuatan kapal perang yang lebih besar di luar PKR yang didasarkan pada kelas SIGMA, yang diklasifikasikan sebagai fregat ringan."
Yang kedua adalah "konsep modular misi unik yang ditawarkan untuk desain Denmark, yang dapat diminati oleh orang Indonesia untuk kapal perang masa depan."
Tampaknya orang Indonesia tertarik pada kesamaan antara angkatan laut dan BAKAMLA, yang dapat dimungkinkan dengan konsep modular yang kuat.
Yang ketiga, "saya yakin perlu ditinjau secara serius, adalah apakah orang Indonesia mungkin tidak begitu puas dengan program PKR, dan apakah ini ada hubungannya dengan hubungan pembuat kapal lokal dengan Damen. Sekali lagi, poin ini perlu dieksplorasi."
Nah, sekarang tinggal tunggu tanggal mainnya dimana Indonesia bakal mempunyai kekuatan angkatan bersenjata yang sangat diperhitungkan di kawasan. (Seto Aji/Sosok.ID)
Artikel ini telah tayang di Sosok.id dengan judul "Tidak Berharap Bantuan Negara Lain, Analis Ungkap Indonesia Siapkan Taktik Jitu Tandingi Kekuatan PLA Navy China di Natuna Utara"
(*)