Gridhot.ID - Para Orang tua kini sedang repot mengurus anak-anak mereka untuk masuk ke sekolah yang baru.
Beberapa waktu ini sistem Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di Jakarta bahkan telah dibuka.
Namun lantaran menggunakan faktor usia sebagai acuan utama lolos seleksi, membuat banyak siswa terancam akan kalah saing untuk bisa lolos di sekolah-sekolah tahun ini.
Meski mendapat kecaman, Dinas Pendidikan DKI Jakarta ternyata telah menyiapkan alteBaca Juga: Hampir 1 Dekade Nikahi Duda Ikke Nurjanah, Rumah Tangga Pesinetron Cantik Ini Justru Diterpa Isu Perceraian, Istri Aldi Bragi Mendadak Singgung Soal Perjuangan
Alternatif ini disebut sebagai PPDB jalur bina RW yang akan dibukan pada tanggal 4-6 Juli 2020 mendatang.
Tetapi orang tua murid meyakini bahwa alternatif dari Dinas Pendidikan tersebut tidak bisa menyelesaikan masalah yang ada.
Hal itu seperti apa yang dialami oleh seorang nenek yang harus mencarikan sekolah bagi cucunya ini.
Siwi Purwanti (60) harus memutar otak untuk bisa mendaftarkan cucunya yang bernama Aristawidya Maheswari (15) agar bisa melanjutkan sekolah ke jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA).
Keluarga yang tinggal di RT 01/09 Rusun Jatinegara Kaum, Pulogadung, Jakarta Timur ini terancam tak bisa menyekolahkan Aristawidya ke jenjang SMA.
Apa yang dialami oleh Aristawidya itu lantaran hal yan sepele.
Tak adanya SMAN yang terletak di wilayah tempat tinggalnya menjadikan kendala siswa berprestasi itu terancam putus sekolah.
Kebijakan faktor usia dalam sistem PPDB di daerah Jakarta menyulitkan sang nenek Aristawidya untuk mencarikan sekolah bagi cucunya.
Apalagi alternatif yang diberikan oleh Dinas Pendidikan setempat juga tak mungkin ditempuh oleh Siwi demi menyekolahkan cucunya.
Padahal ada satu SMA negeri yang berada di dekat tempat tinggal mereka, dan jaraknya hanya 500 meter.
Namun kendalanya adalah letak sekolah tersebut berada di RW sebelah hingga bisa membuat pupus harapan Aristawidya melanjutkan jenjang pendidikannya.
"Rusun ini ada 5 blok, semua itu jadi 1 RW, namanya RW 09. Tidak ada SMA Negeri di RW 09. Sekolah terdekat adalah SMAN 12 Jakarta, berjarak 500 meter, tapi beda RW," ucap Siwi Purwanti (60) nenek dari Arista saat ditemui di kediamannya, Kamis (2/7/2020).
Padahal Aristawidya adalah salah satu siswi berprestasi sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).
Total ada 700 piala yang telah diraih oleh Arista dari berbagai lomba seni lukis yang pernah ia ikuti tersebut.
Namun prestasi itu tak bisa membuat Arista mendapatkan SMA negeri sampai hari ini.
Sang nenek pun telah berusaha mendaftarkan cucunya ke 6 sekolah negeri lewat jalur yang telah ditetapkan oleh Dinas Pendidikan.
Tapi dari 6 sekolah tersebut tak satupun ada yang bisa menerima Arista lantaran faktor usia Arista yang kini menginjak 15 tahun 8 bulan 3 hari.
"Saya nyoba 6 sekolah, pertama di SMAN 12, 61 dan 21. Gagal karena usia. Dicoba lagi ke SMAN 36, 59 dan 53, sama tidak keterima, kalah usia," ungkap Siwi.
"Kesehariannya ya kami dibantu untuk memenuhi kebutuhan hidup, karena itu berat biayanya kalau sekolah swasta. Kalau enggak masuk sekolah negeri, paling nunggu setahun, karena anaknya enggak mau juga sekolah di swasta," ujar Siwi.
Bahkan lantaran segudang prestasi tersebut, Arista berkesempatan berfoto dengan sederet pejabat negara.
Di antaranya Mantan Presiden Ke-3 BJ Habibie, Mantan Presiden Ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono, Istri SBY Ani Yudhoyono, Mantan Gubernur DKI Fauzi Bowo dan yang teranyar Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Artikel ini telah tayang di Sosok.ID denga judul Ironi, Meski Berprestasi Hingga Miliki 700 Piala, Siswa SMP Ini Terancam Putus Sekolah di Tengah Pandemi Gegara Hal Sepele, Ini Penyebabnya!
(*)