Beras 10 Kilogram Dijual Rp 2 Juta, Harga Bahan Pangan di Wilayah Tertinggal Ini Ternyata Sangat Mahal, Ben Yarik: Pemerintah Indonesia Tidak Pernah Membangun Korowai

Sabtu, 04 Juli 2020 | 10:13
Tribun Madura - Tribunnews.com

Beras

GridHot.ID - Benarkah harga beras 10 kilogram bisa mencapai Rp 2 juta?

Ya, hal itu benar adanya.

Dilansir dari Kompas.com, harga satu karung berukuran 10 kilogram di kawasan tambang emas tradisional di Korowai, tepatnya di Maining 33, Distrik Kawinggon, Kabupaten Pegunungan Bintang mencapai Rp 2 juta.

Tak hanya beras, harga satu kardus mi instan dijual seharga Rp 1 juta.

Baca Juga: Ironis! Inilah Kehidupan Orang Korowai Pedalaman Papua di Tengah Emas yang Berlimpah,Susah Dapat Logistik hingga Rela Tukar Emas dengan Mi Instan

Bahkan ada satu kardus mi instan ditukar dengan emas dua gram.

"Mi instan satu karton kalau ditukar dengan emas itu, dua gram, satu karton Rp 1 juta, satu bungkus Rp 25.000," kata salah satu pengelola Koperasi Kawe Senggaup Maining Hengki Yaluwo di Korowai, Rabu (1/7/2020).

"Beras 10 kilogram itu emas empat gram, kalau dibeli dengan uang, satu karung itu harganya Rp 2 juta," kata dia.

Baca Juga: Hari Kemerdekaan Papua Barat di Depan Mata, TNI Langsung Kirim Ribuan Pasukan Agar Tak Kecolongan, 3 Wilayah Ini Jadi Target Utama

Selain bahan makanan pokok, harga bahan lain juga cukup tinggi.

Satu ikan kaleng berukuran besar dijual seharga Rp 150.000. Sedangkan untuk ponsel dibanderol seharga 10 gram sampai 25 gram emas.

Tak tersentuh pembangunan pemerintah

(Dok Pendam XVII/Cenderawasih)
(Dok Pendam XVII/Cenderawasih)

Lokasinya jatuhnya Heli MI 17 di Pegunungan Mandala, Distrik Oksop, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, Senin (10/02/2020)

Wilayah Korowai, Kabupaten Pegunungan Bintang masuk kawasan terisolir dan tertinggal.

Baca Juga: Bawa Toga dan Ijazah Pulang ke Kampung Halaman, Putra Papua Ini Ingin Orang Tuanya Bisa Lihat Sang Anak Wisuda, Neas Wanimbo: Mama Tidak Berangkat Jadi Saya ke Sini

Kawasan Korowai sendiri diapit lima kabupaten, yakni Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Yakuhimo, Kabupaten Asmat, Kabupaten Boven Digooel, dan Kabupaten Mappi.

Walapun diapit lima kabupaten, kawasan tersebut belum pernah tersentuh pembangunan. Untuk menjangkau wilayah tersebut, warga harus menggunakan helikopter dari Kabupaten Boven Digoel.

Lalu mereka melanjutkan perjalanan menggunakan long boat dari Boven Digoel selama satu hari dan berjalan kaki selama dua hari menuju kawasan tambang Korowai.

Baca Juga: Diboyong ke Rumah Sakit, Pentolan KKB Tendison Enumbi Beri Pesan Ini ke Anak Buahnya Sebelum Kembali ke Pangkuan NKRI, Kisahnya Berawal dari Komunikasi Dandim TNI

Ben Yarik salah satu pemilik dusun Kali Dairam Korowai di Maining 33, mengatakan, suku Korowai adalah penghuni asli kawasan itu.

"Bertahun-tahun pemerintah tidak pernah membangun Korowai, Tuhan yang memberikan hasil emas bagi kami, sehingga kami bisa menambang dan membantu kami," kata Ben.

Ben mengatakan, tambang emas tradisional adalah salah satu mata pencaharian masyarakat setempat.

Ia berharap pemerintah tak menutup penambangan tradisional itu karena kawasan tambang tradisional itu menghidupi ekonomi masyarakat sekitar.

"Kasihan ini, banyak masyarakat tidak lagi diperhatikan dan terus tertinggal. Selagi masih ada emas yang menjamin," ujarnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Di Pedalaman Pegunungan Bintang Papua, Beras 10 Kilogram Dijual Rp 2 Juta dan Mi Instan Ditukar Emas"

(*)

Tag

Editor : Siti Nur Qasanah

Sumber Kompas.com