“Belajar lah kami membuat gazebo, bagaimana cara ngebor, masang atap dan sebagainya. Jadi kalau kelihatan kurang rapi, ya maklum karena yang kerja perempuan semua,” katanya.
Termasuk diajari memasang keramik, membuat adonan semen dan pasir.
“Jadi semua yang ada di sini memanfaatkan barang-barang bekas. Termasuk wastafel itu, kami bikin dari bambu bekas dan ember bekas,” katanya.
Setelah pandemi Covid-19, para warga binaan tidak bisa menerima kunjungan keluarga sesuai protokol kesehatan sehingga mempengaruhi kondisi psikologis mereka.
“Lalu Ibu Kalapas punya ide membuat perpustakaan outdoor. Jadi ketika warga binaan ke sini (perpustakaan outdoor) rasanya seperti tidak dipenjara. Kebahagiaan mereka itu kan bertemu keluarga,” ujarnya.
Untuk merawat dan membersihkan taman tersebut ada 11 orang warga binaan yang berbagi tugas.
Menurutnya para narapidana bisa memanfaatkan lokasi tersebut untuk curhat kepada alam.