Find Us On Social Media :

Diam-diam Curi Strategi Perang, 2 Negara Ini Berhasil Obrak-abrik Pertahanan Terakhir Tentara Israel yang Bercokol di Terusan Suez, Begini Kronologinya

Tentara Israel

GridHot.ID - Israel dikenal sebagai kekuatan militer yang sulit dikalahkan. Khususnya ketika peperangan melawan negara-negara Arab.

Tapi sesungguhnya imej militer Israel yang selalu unggul dalam peperangan itu tidak sepenuhnya benar.

Meskipun berhasil memenangkan pertempuran dalam Perang Enam Hari (Six Day War) yang berlangsung pada 5-11 Juni 1967 dan Yom Kippur (Oktober 1973), sejumlah operasi militer Israel pernah mengalami kegagalan dan kesalahan strategi militer serta intelijennya.

Kemenangan Israel dalam Perang Enam Hari tidak menyurutkan perlawanan dari pihak Mesir dan pejuang Palestina yang terus melancarkan serangan gerilya.

Baca Juga: Lirik Peluang Bisnis di Tengah Panasnya Ancaman China, Singapura Jadi Sales Israel Tawarkan Rudal Blue Spear ke Negara ASEAN, Indonesia Minat?

Secara diam-diam, pasukan Mesir dan Suriah bahkan mempelajari bagaimana cara Israel memenangkan perang dan strategi yang dipelajari itu kemudian diterapkan dalam Perang Yom Kippur serta terbukti sukses.

Dalam Perang Yom Kippur, pasukan Israel yang semula bercokol di sepanjang Terusan Suez dan Dataran Tinggi Golan babak belur dihajar pasukan Mesir dan Suriah.

Pasukan Mesir bahkan sukses menyeberangi Terusan Suez, mengamankan bibir pantai di bagian timur Gurun Sinai, dan sekaligus mendobrak garis pertahanan terakhir Bar Lev Israel.

Baca Juga: Tembakkan Rudal dari dalam Perut Bumi, Iran Sengaja Buat Amerika Serikat dan Israel Ketakutan, Mantap Klaim Teluk Persia adalah Wilayah Miliknya Sendiri

Sedangkan pasukan Suriah berhasil mengalahkan pasukan Israel di Gunung Hermon yang berlokasi di bagian utara Israel.

Terdesaknya pasukan Israel dalam Perang Yom Kipuur sekaligus menunjukkan bahwa pasukan yang dikenal memiliki superioritas di kawasan Timur Tengah itu ternyata bisa dikalahkan.

Terpukul mundurnya pasukan Israel oleh gempuran Suriah juga menunjukkan adanya kelemahan di pihak intelijen Israel, Mosad, yag selama ini terkenal mumpuni.

Kendati akhirnya Israel berhasil memenangkan Perang Yom Kippur, secara politik dan strategi tempur saat itu justru sedang mengalami kekalahan.

Baca Juga: Puluhan Tahun Wilayahnya Digempur Israel, Siapa Sangka Tel Aviv Justru Jadi Partner Dagang Utama, 80% Ekspor Palestina Bersumber dari Sana

Pada 2 April 1974, Komisi Agranat dan Pengadilan Tinggi Israel memanggil enam orang pejabat militer Israel untuk mempertanggungjawabkan kesalahan respon militer Israel dalam mengantisipasi serangan Mesir dan Suriah di hari pertama.

Mereka adalah Kastaf David Elasar, Pimpinan Dinas Intelijen Militer, Eli Zeira dan sejumlah stafnya.

Sejumlah petinggi dan intelijen yang bertanggungjawab atas keamanan Terusan Suez dan Dataran Tinggi Golan, serta para pejabat terkait itu selanjutnya diminta mengundurkan diri.

Baca Juga: Otoritas Negaranya Bakal Dibubarkan Setelah 26 Tahun Berdiri, Palestina Pilih Serahkan Senjata pada Tentara Negeri Yahudi: 'Kami Tidak Rugi, Justru Ini Akan Jadi Mimpi Buruk Israel'

Beberapa hari berikutnya kondisi politik dan militer Israel terus mengalami pergolakan akibat kesalahan strategi tempur itu.

Perdana Menteri Israel saat itu, Golda Meir juga menyatakan turut mengundurkan diri karena merasa ikut bertanggungjawab terhadap bobolnya pertahanan Israel.

Apalagi di akhir Perang Yom Kippur, Israel telah kehilangan 2500 serdadunya. Meir kemudian digantikan oleh Yitzhak Rabin.

Sejumlah kegagalan akibat kesalahan strategi terus saja menghantui Israel seperti kegagalan pasukan elit Israel ketika berusaha menaklukan para pejuang Hizbullah dalam pertempuran yang berlangsung di Lebanon pada bulan Agustus 2006.

Baca Juga: Israel Bersiap Caplok Tepi Barat, Palestina Langsung Ciptakan Kekacauan, Tarik Pasukan Keamanan hingga Buat Negara Zionis Kewalahan

Senjata andalan antitank milik Hizbullah bahkan berhasil menghancurkan tank-tank canggih Israel, Merkava.

Rontoknya pamor Merkava yang selama ini merajai pertempuran di berbagai front, jelas merupakan pukulan telak bagi superioritas militer Israel.

Sebaliknya bagi para pejuang Hizbullah dan kelompok-kelompok perlawanan lainnya, kelemahan militer Israel itu telah menjadikan momentum untuk melancarkan serangan ke Isreal secara terus-menerus.

Baik berupa serangan secara gerilya maupun serangan asimetris berupa gempuran roket ke wilayah Israel seperti yang dilakukan oleh para pejuang dari kelompok Hamas.

Baca Juga: Sudah Dihukum Mati 10 Tahun Lalu di Israel, Pria Palestina Ini Masih Bisa Hamili Istrinya Sendiri, Begini Kisahnya 'Tembus Batasan Waktu' Demi Teruskan Keturunannya

Akibat serangan yang dilakukan secara gerilya dan taktik perang asimetris dengan hanya mengandalkan roket, hasilnya ternyata sangat efektif.

Militer Israel ternyata terbukti kewalahan dan sekaligus menunjukkan bahwa militer Israel makin tidak berdaya ketika harus menghadapi peperangan dalam jangka panjang. (Ade Sulaeman)

Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul Terkenal Superior di Kawasan Timur Tengah, Justru Militer Israel Kewalahan dan Tak Berdaya dalam Peperangan Ini, 'Jadi Pukulan Telak Bagi Kesombongan Mereka'

(*)